Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Kelompok V

Zulkifly Putri Johana


Jasrudin Harun Siti Mamonto
Ilsha Lapian Micilia Alow
Jecklin Tuasa Rustia Ningsih
Rani Kindangen Juliani Makikama
Ramelan Fonda Mentu
Sity Fitria Poiyo Yunita Budiman
Fitria Andries
PENGERTIAN

Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90

mmHg (Smeltzer dan Bare, 2002 : 896).

Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90

mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya.

Mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai

hipertensi maligna (Doengoes, 2000 : 39).


ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :

1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak


diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas
susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-
faktor yang risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi aldosteronisme
primer, dan sindrom chusing, feokromositoma, koarkfasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan
lain-lain.
MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah
terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otot atau jantung.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah:
 Sakit kepala
 Epistaksis
 Marah
 Telinga berdengung
 rasa berat di tengkuk
 sukar tidur
 mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, Arif dkk,
2001 : 518).
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,

yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke pembuluh darah, di mana dengan di lepaskannya norepineprin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah, terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu

dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.


KOMPLIKASI

1. Perdarahan retina

2. Gagal jantung kongestif

3. Infufisiensi ginjal

4. CVA (cerebro vaskuler accident)

(Smeltzer, S.C & Bare, 2001 : 907)


PENATALAKSANAAN

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program

ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup

sehubungan dengan terapi.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya

kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi.

Biasanya diperiksa

 urinalisa

 darah perifer lengkap

 kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan

EKG).

Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24

jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi.

Anda mungkin juga menyukai