Anda di halaman 1dari 22

REFRAT

PENATALAKSANAAN
UREMIC ENSEFALOPATI
DEFINISI
 Uremic ensefalopati adalah suatu gangguan otak
organik.
 Dijumpai pada pasien dengan acute atau chronic renal
failure.
 Biasanya ketika creatinine clearance (CrCl) level
turun dan menetap dibawah 15 mL/min.
 Manifestasinya bervariasi dari mild symptoms (eg,
lassitude, fatigue) sampai severe symptoms (eg,
seizures, coma).
 Severity and progresifitas tergantung pada tingkat
penurunan fungsi ginjal, sehingga gejala biasanya
lebih berat pada pasien dengan acut renal failure.

 Identifikasi cepat uremia sebagai penyebab


ensefalopati sangat penting, karena gejala bisa
reversibel dengan dialisis secepatnya.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI

Uremic ensefalopati dapat


terjadi pada pasien acute kidney
injury atau chronic kidney
failure oleh penyebab apapun.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
PEMERIKSAAN FISIK
 Altered mental status (confusion)
 Cranial nerve signs (nystagmus)

 Papilledema

 Hyperreflexia, clonus, asterixis

 Stupor

 Coma occurs only if uremia remains untreated and


progresses.
DIAGNOSIS
o2. Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan jumlah sel darah lengkap untuk
mendeteksi leukositosis, yang mungkin
menunjukkan penyebab infeksi dan menentukan
apakah terdapat anemia. (Anemia dapat
berkontribusi pada keparahan perubahan mental.)

B. Pemeriksaan kalsium serum, fosfat, dan kadar PTH


untuk menentukan adanya hiperkalsemia,
hipofosfatemia, dan hiperparatiroidisme yang
parah, yang menyebabkan ensefalopati metabolik.
 C. Kadar magnesium serum mungkin meningkat
pada pasien dengan insufisiensi ginjal, terutama
jika pasien mengkonsumsi magnesium yang
mengandung antasida. Hipermagnesemia
mungkin bermanifestasi sebagai ensefalopati

 D. Elektrolit, BUN, kreatinin, dan glukosa


 Peningkatan kadar BUN dan kreatinin terlihat pada
ensefalopati uremik.
 Pemeriksaan elektrolit serum dan pengukuran
glukosa untuk menyingkirkan hiponatremia,
hipernatremia, hiperglikemia, dan sindrom
hiperosmolar sebagai penyebab ensefalopati.
E. Kadar obat dalam darah
 Menentukan kadar obat karena obat dapat
terakumulasi pada pasien dengan gagal ginjal
dan berkontribusi untuk ensefalopati
(misalnya, digoxin, lithium).
 Beberapa obat tidak dapat dideteksi dan
diekskresikan oleh ginjal. Ini juga dapat
terakumulasi pada pasien dengan gagal ginjal,
sehingga terjadinya ensefalopati (misalnya,
penisilin, cimetidine, meperidin, baclofen).
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Pasien dengan gejala ringan, awalnya pasien
diobati dengan dialisis dan diamati untuk
perbaikan neurologis.
2. Pasien dengan gejala parah
 Pemeriksaan MRI atau CT scan kepala untuk
pasien uremik dengan gejala neurologis yang
parah untuk menyingkirkan kelainan
struktural (misalnya, trauma serebrovaskular,
massa intrakranial).
 CT scan tidak menunjukkan adanya temuan
karakteristik ensefalopati uremik.7
PEMERIKSAAN LAIN
 1. Elektroensefalogram
 Pemeriksaan EEG biasanya dilakukan pada
pasien dengan ensefalopati metabolik.
Temuan biasanya meliputi:
 Perlambatan dan hilangnya gelombang frekuensi alpha
 Disorganisasi

 Semburan intermiten gelombang theta dan delta dengan


aktivitas latar belakang lambat.
 2. Pengurangan frekuensi gelombang EEG
berkorelasi dengan penurunan fungsi ginjal dan
perubahan dalam fungsi otak. Setelah periode
awal dialisis, stabilisasi klinis mungkin terjadi
saat temuan EEG tidak membaik. Akhirnya,
hasil EEG bergerak ke arah normal.
 3. Selain dari EEG rutin, evoked potentials (EP)
(yaitu, sinyal EEG yang terjadi pada waktu
reproduksi setelah otak menerima stimulus
sensorik [misalnya, visual, auditori,
somatosensorik]) dapat membantu dalam
mengevaluasi ensefalopati uremik

 4. Gagal ginjal kronis memperpanjang waktu dari


respon visual-evoked kortikal. Respon auditory-
evoked umumnya tidak berubah dalam uremia,
tapi keterlambatan dalam potensi kortikal dari
respon somatosensory-evoked memang terjadi.
 2. Tes fungsi kognitif: Beberapa tes fungsi kognitif
yang digunakan untuk mengevaluasi ensefalopati
uremik.
 Uremia dapat mengakibatkan hasil buruk pada tes
membuat-keputusan, yang mengukur kecepatan
psikomotor, tes memori terus menerus, yang
mengukur rekognisi jangka pendek, dan tes waktu
reaksi pilihan, yang mengukur membuat keputusan
sederhana.
 Perubahan dalam waktu reaksi pilihan tampaknya
berkorelasi baik dengan gagal ginjal.7
3. Punksi lumbal
 Pungsi lumbal tidak rutin dilakukan, namun dapat
diindikasikan untuk menemukan penyebab lain
dari ensefalopati jika status mental pasien tidak
membaik setelah dialisis dimulai.
 Tidak ada temuan CSF spesifik menunjukkan
ensefalopati uremik.
Gambar . Hasil elektroensefalografi pada pasien uremic encephalopathy, didapatkan
perlambatan general dengan gelombang delta dan theta dan spikes bilateral12
PENATALAKSANAAN

1. Tidak ada obat yang spesifik untuk pengobatan


ensefalopati.
2. Ensefalopati uremik pada pasien dengan gagal
ginjal akut atau gagal ginjal kronis merupakan
indikasi untuk inisiasi terapi dialisis (yaitu,
hemodialisis, dialisis peritoneal). Setelah mulai
dialisis, pasien umumnya membaik secara
klinis, meskipun temuan EEG tidak segera
membaik.
3. Pada pasien dengan stadium akhir penyakit
ginjal (ESRD), kelainan EEG umumnya
membaik setelah beberapa bulan tetapi
mungkin tidak normal sepenuhnya.
 4. Mengatasi faktor-faktor berikut ketika
merawat ensefalopati uremik, yang juga
termasuk dalam perawatan standar dari setiap
pasien dengan ESRD:
 Kecukupan dialisis
 Koreksi anemia
 Pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat
5. Diet  Untuk menghindari malnutrisi pada
pasien dengan ESRD, asupan protein dijaga
tetap cukup (>1g/kgBB/h) dan memulai dialisis
(meskipun adanya ensefalopati).
6. Tirah baring
KOMPLIKASI

 Kejang
 Koma

 Kematian
PROGNOSIS

 Dengan terapi dialisis yang cepat, kadar


mortalitas adalah rendah.

Anda mungkin juga menyukai