Anda di halaman 1dari 13

FARMASI FISIKA

SISTEM DISPERSI
KELOMPOK 4

ARI ARDIANA S 12040007
DINDA ANNISA PUTRI 12040013
ERY ERAWATI 12040020
EKA SULISTYANI 12040016
FEBRIYANA LESTARI 12040023
IDA LESTARI 12040028
NANI MARYANI 12040037
PUTRI RACHMADI 12040041
RIKA FATMALA 12040044
SITI NUR FAUZIAH 12040047

Sistem dispersi dapat diartikan sebagai suatu sistem
yang salah satu zatnya adalah fase terdispersi kedalam
zat atau fase pendispersi. Berdasarkan ukuran
partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu larutan, koloid, dan suspensi.
Larutan
merupakan sistem disperse yang ukuran partikel-partikelnya sangat
kecil sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel
pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunakan
maikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi mikroskop ultra).

Koloid
merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar
(1 – 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall.

Suspensi
Merupakan suatu sisem dispersi dengan partikel yang
berukuran relative besar tersebar merata di dalam
medium pendispersinya.
Evaluasi Dispersi Padat

 Uji FTIR
Analisis gugus fungsi dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya ikatan hidrogen yang terbentuk pada pembuatan
dispersi padat dan melihat perubahan gugus fungsi yang
terjadi pada gemfibrozil sebelum dan setelah pembuatan.
 Uji Disolusi
dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan kelarutan
yang ditandai dengan peningkatan laju disolusi dari
gemfibrozil setelah dilakukan dispersi padat.
 Uji Difraksi Sinar X

dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan bentuk
kristal.
 DSC (Differential Scanning Calorimetry)
digunakan untuk menentukan sifat termal.


Kofein merupakan obat perangsang sistem
saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa
kantuk secara sementara.
Umumnya absorpsi obat di saluran cerna terjadi
secara difusi pasif. Agar dapat diabsorpsi, obat
harus larut dalam cairan pencernaan. Sebelum
absorpsi terjadi, suatu bentuk sediaan tablet
mengalami disintegrasi, deagregasi dan disolusi.
Peningkatan laju disolusi obat merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki permasalahan bioavaibilitas.

 Dispersi padat merupakan dispersi dari satu atau
lebih bahan aktif dalam pembawa inert atau matriks
pada keadaan padat.

 Dispersi padat diklasifikasikan dalam enam tipe yaitu


campuran eutektik sederhana, larutan padat, larutan
dan suspensi gelas, pengendapan amorf dalam
pembawa kristal, pembentukan senyawa kompleks
dan kombinasi dari lima tipe diatas.
Evaluasi yang dilakukan adalah
 Jarak Lebur
 Penentuan Sudut Angkat
 Bobot Jenis
 Faktor Hausner

 Kompresibilitas
 Porositas
 Kandungan air
 Distribusi Ukuran Partikel
 Daya Penyerapan Air
 Analisa Mikroskopik
 Penetapan Profil Disolusi

ρ𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 ρ𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 − ρ𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎


F𝐻 = K𝑃% = 𝑥 100%
ρ𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 ρ𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
0,682−0,536
=
0,674 = 0,682 x 100%
1,304
= 0,517 = 21,41%
ρ𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
E=1− 𝑥 100%
ρ𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
0,541
=1− x 100%
1,192
=54,66 %
Berdasarkan Jurnal “Uji
Sistem Dispersi Padat
Kofein Dengan Polivinil
Pirolidon (PVP) K-30”
dapat diketahui bahwa
salah satu metode untuk
meningkatkan laju
 Berdasarkan evaluasi tersebut
disolusi obat adalah dapat disimpulkan bahwa
Dispersi Padat Kofein Dengan
pembentukan dispersi Polivinil Pirolidon (PVP) K-30
obat yang sukar larut memiliki jarak lebur yang
dalam pembawa baik , mempunyai sudut
polimer. angkat yang baik , faktor
Hauser yang baik karena
harganya sangat mendekati,
mempunyai porositas yang
baik sedangkan pada
kandungan air formulasi
yang baik yaitu 7:3 pada
fraksinasi mengalami
kerusakan partikel sehingga
air mudah diserap .

Anda mungkin juga menyukai