Anda di halaman 1dari 41

REFLEKSI KASUS

DEMAM TIFOID
Firdha Kumala I./ 20174011070
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
Alamat : Suruh, Semarang
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Masuk RS : 3 Januari 2018
Keluhan Utama
Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Kota Salatiga dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS.
Demam yang dirasakan naik turun terus menerus setiap harinya Demam yang dirasa lebih
tinggi terutama pada sore hingga malam hari kemudian menurun pada pagi hari menjelang
siang tetapi tidak sampai normal. Setiap harinya demam dirasakan semakin meningkat.
Keluhan juga disertai pusing cekot-cekot, badan lemas, pegal-pegal, nyeri otot, mual dan
muntah 1 kali sekitar 1 gelas kecil (300 ml) di awal demam berupa makanan dan minuman
yang dikonsumsinya. Pusing dirasakan saat demam hari pertama berlangsung. Nyeri
dirasakan di otot paha betis dan punggung sampai mengganggu aktivitasnya dan pasien
memilih istirahat serta rebahan untuk mengurangi nyerinya. BAB seperti biasa 1x/ hari
warna kekuningan, lembek, tidak ada lendir dan darah. BAK lancar seperti biasa dan tidak
ada keluhan. Nafsu makan dan minum berkurang. Pasien sudah mencoba minum obat yang
di dapatkannya saat periksa ke klinik, namun keluhan tidak membaik. Pasien juga mengeluh
batuk berdahak putih selama 3 hari waktu di rawat di rumah sakit. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi terhadap obat dan makanan tertentu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama tapi waktu masih SD dan emiliki riwayat sakit maag
yang pernah terjadi 2 bulan yang lalu. Riwayat jantung (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang serupa dan dirawat di rumah sakit juga
bersamanya. Riwayat penyakit jantung disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM
disangkal.

Riwayat Personal Sosial


Pasien ini anak kedua dari dua bersaudara yang masih memiliki orangtua komplit. Bapak ibunya
jarang di rumah karena bekerja.
Pasien adalah seorang mahasiswa semester 4 yang tinggal di pondok kampusnya meski jarak
rumahnya tidak terlalu jauh. Aktivits kesehariannya dalam 2 bulan ini sangat padat. Kuliah di mulai
dari pagi sampai sore setiap harinya belum lagi aktivitas pondoknya yang di lakukannya setelah itu.
Pasien juga sering makan di luar dan senang sekali makan makanan pedas. Keseharian makan
pasienpun sering kali telat dan sering tidak tepat waktu karena kesibukannya.
Tinjauan Sistem
Kepala leher : pusing cekot-cekot
THT : batuk berdahak
putih dan suara serak
Respirasi : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : mual, muntah
Kardiovaskular : tidak ada keluhan
Perkemihan : tidak ada keluhan
Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan
Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum Lemah
Kesadaran Compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah = 120/70 mmHg
Nadi = 80 kali/menit, reguler, isi dan tekanan cukup
Vital sign Respirasi = 16 kali/menit
Suhu = 370C
SpO2 =99%
Kepala dan Leher
Bentuk kepala Normocephali
Simetris, deformitas (-)
Wajah
Mulut: lidah kotor (+)
Edema palpebra (-/-)
Mata Conjungtiva anemis (+/+)
Sklera ikterik (-/-)
Inspeksi: bentuk tidak nampak kelainan, deviasi trakea (-)
Leher
Palpasi: trakea teraba di garis tengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Inspeksi: bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, ketertinggalan
gerak (-), pernapasan torakoabdominal, retraksi (-)
Pulmo Palpasi: pengembangan dada simetris, vocal fremitus simetris, nyeri (-)
Perkusi: sonor (+/+), batas paru-hepar dalam batas normal
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, reguler
Inspeksi: tidak nampak pulsasi di ictus cordis
Palpasi: teraba ictus cordis di sic V linea midclavicularis kiri, diameter 2 cm,
kuat denyut, thrill (-)
Perkusi: batas kanan bawah paru-jantung pada sic V line sternalis kanan, batas
Cor kanan atas paru-jantung pada sic III line sternalis kanan. Batas kiri paru-
jantung pada sic V linea midclavicularis kiri, batas atas kiri paru-jantung pada
sic III linea parasternalis kiri.
Auskultasi: BJ 1 dan BJ 2 reguler, punctum maximum pada sic V linea
midclavicularis kiri, murmur (-), gallop (-), splitting (-)
Abdomen
Inspeksi Simetris, caput medusa (-), tidak nampak distensi
Auskultasi Bising usus (+)
Timpani pada semua lapang perut, shfting dullness (-), liver
Perkusi span lobus dexter 11 cm, lobus sinister 6 cm. Area traube
timpani.
Palpasi Distensi (-), defans muskular (-), Nyeri tekan (-)

Extremitas
Inspeksi Jaringan nekrosis (-), ulkus (-)
Palpasi Capillary refill time < 2 detik, akral hangat
Edema pitting -/-//-/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Januari 2018 PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 4 4.5 – 11 ribu/uL
Eritrosit 4.07 4.5 – 6.5 juta/uL
Hemoglobin 12.1 13 – 18 g/dL
Hematokrit 15 40 – 54 %
Trombosit 155 150 – 450 103/uL
HITUNG JENIS
Eosinofil% 0 1-6 %
Basofil% 0 0.0-1.0 %
Limfosit% 34 20-45 %
Monosit% 0 2-8 %
Neutrofil% 66 40-75 %
IMUNO/SEROLOGI
Salmonella typhi O 1/160 Negative
Salmonella typhi H 1/80 Negative
Salmonella paratyphy AH Negative Negative
Salmonella paratyphi BH Negative Negative
5 Januari 2018
SATUA
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
N
HEMATOLOGI
Leukosit 3.68 4.5 – 11 ribu/uL
Eritrosit 4.07 4.5 – 6.5 juta/uL
Hemoglobin 12.0 13 – 18 g/dL
Hematokrit 34.9 40 – 54 %
MCV 85.7 85 – 100 fL
MCH 29.5 28 – 31 pg
MCHC 34.4 30 – 35 g/dL
Trombosit 32 150 – 450 103/uL
Golongan Darah ABO B
HITUNG JENIS
Eosinofil% 6.1 1-6 %
Basofil% 0.7 0.0-1.0 %
Limfosit% 46.4 20-45 %
Monosit% 7.3 2-8 %
Neutrofil% 39.5 40-75 %
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Leukosit 4.71 4.5 – 11 ribu/uL
6 Januari 2018 Eritrosit 3.88 4.5 – 6.5 juta/uL
Hemoglobin 11.5 13 – 18 g/dL
Hematokrit 33.0 40 – 54 %
MCV 85.1 85 – 100 fL
MCH 29.6 28 – 31 pg
MCHC 34.8 30 – 35 g/dL
Trombosit 62 150 – 450 103/uL
Golongan Darah ABO B

HITUNG JENIS
Eosinofil% 2.4 1-6 %
Basofil% 2.5 0.0-1.0 %
Limfosit% 43.0 20-45 %
Monosit% 6.8 2-8 %
Neutrofil% 45.3 40-75 %
IMUNO/SEROLOGI
Dengue IgG Positive Negative ICT
Dengue IgM Negative Negative ICT
PENATALAKSANAAN DI BANGSAL
DIAGNOSA KERJA DI IGD Inf. Ringer lactat 20 tpm (1500
Demam tifoid Inf. Asering 20 tpm
PO. Paracetamol tab 500 mg 3x1
ml/hari)
PO Paracetamol 5tab 00 gr 3x1
Inj. Ceftriaxone 2x1 gram Inj. Ceftriaxone 2x1 gram
Inj. Ondansetron 4 mg 3x1 amp Inj. Ondansetron 4 mg 3x1 amp
Inj. Ranitidine 2x1amp Inj. Ranitidine 2x1amp
Neurodex 1x1
Diet bubur saring
DEMAM
TIFOID
DEFINISI POLIP NASI
DEFINISI
Demam tifoid (enteric fever, tifus, paratifus abdominalis) adalah infeksi sistemik
akut yang disebabkan oleh Salmonella enteric serotype typhi atau paratyphi
Tifoid karier: ditegakkan berdasarkan temuan kuman S. typhi pada biakan feces atau kecing
manusia tanpa tanda infeksi/ 1 tahun pasca demam tifoid.
EPIDEMIOLOGI

Abad ke 20 <<  di USA dan


Eropa karena ketersediaan air
bersih dan sistem pembuangan
yang baik

Insiden >>  Asia Tenggara,


Tengah, Selatan, Afrika Selatan
ETIOLOGI
 Genus Enterobacteriaceae
 Basil Gram Negatif
 Motil dan Patogenik
 Tidak berspora, anaerob fakultatif

Bagian dari bakteri yang menimbulkan gejala


(antigennya) :
• Antigen O-Somatic (komponen dari dinding
sel lipopolisakarida)
• Antigen Vi-surface.
• Antigen H-flagel
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan Hematologi
 Darah perifer lengkap: paling sering leukopenia, dapat normal atau
leukositosis
 Anemia ringan
 Trombositopenia ringan
 LED meningkat
 SGOT dan SGPT meningkat
 Eosinofilia
Uji Widal

 Deteksi antibodi terhadap S.typhi


 Reaksi aglutinasi = antigen + antibodi 
aglutinin
 Widal  Menentukan aglutinin dalam
serum
Aglutinin O (tubuh kuman)
Aglutinin H (flagela kuman)
Aglutinin Vi (simpai kuman)
Hanya aglutinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis
Sampai saat ini belum ada kesamaan
pendapat mengenai titer aglutinin
yang bermakna untuk diagnostik
TUBEX
 Sederhana, mudah digunakan
 Mendeteksi antibodi anti-S.typhi IgM
dalam 10 menit dengan Inhibitions
Magnetic Binding Immunoassay (IMBI)
 Dapat mendeteksi penyakit secara dini
(hari ke 4-5 )
 Sensitifitas dan spesifisitas kuat

Skor Interpretasi Keterangan


<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi aktif
3 Borderline Tidak dapat disimpulkan  ulang
4-5 Positif Infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid
TYPHIDOT

 Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada


membran luar s.typhi
 Hasil positif dapat ditemukan 2-3 hari setelah
infeksi
 Reinfeksi  IgG teraktivasi secara berlebihan
 IgM sulit di deteksi
 IgG bertahan sampai 2 tahun
 Deteksi IgG saja tidak bisa membedakan fase
akut atau reinfeksi
 Modifikasi  Uji Typhidot – M
 Sensitivitas dan spesifisitas baik
KULTUR DARAH

 Hasil biakan positif  memastikan demam tifoid


 Hasil negatif tidak menyingkirkan
 Dipengaruhi oleh:
 Pemberian antibiotik
 Volume darah kurang
 Darah mesti langsung dimasukkan ke dalam media empedu
 Riwayat vaksinasi
 Pengambilan darah setelah minggu pertama aglutinin meningkat
PENATALAKSANAAN

• Mencegah komplikasi
Istirahat dan perawatan
• Mempercepat kesembuhan

• Mengembalikan rasa nyaman


Diet dan penunjang
• Mengembalikan kesehatan

• Menghentikan dan mencegah penyebaran


Antibiotika
kuman
DEMAM DENGUE
DEFINISI

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue
FAKTOR RISIKO

 Sanitasi lingkungan yang kurang baik


 Adanya nyamuk aedes aegypti pada genangan air
ditempat tinggal pasien sehari-hari
 Adanya penderita demam berdarah dengue disekitar
pasien
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan Fisik

 Tanda patogonomik demam dengue : suhu >37,5 derajat celcius,


ptekie, purpura, ekimosis, perdarahan mukosa, rumple leed (+)

 Tanda patogonomik demam berdarah dengue: suhu >37,5 derajat


celcius, ptekie, purpura, ekimosis, perdarahan mukosa, rumple
leed (+), hepatomegali,
hepatosplenomegali,hematemesis/melena, jika terdapat
kebocoran plasma periksa tanda efusi pleura dan ascites
Pemeriksaan Penunjang
 Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
 Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
 Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal,
umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
 Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi
perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
 Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
 SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
 Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
 Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
 Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah
 Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
 IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
DIAGNOSIS DEMAM DENGUE

 Demam akut selama 2-7 hari, tinggi, terus-menerus, bifasik


 Manifestasi perdaraahan: ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis atau melena, uji torniquet +
 Nyeri kepala, nyeri retro-oebital, mialgia / artralgia.
 Leukopenia <4.000/mm3
 Trombositopenia <100000/mm3
 Adanya kasus DBD disekitar
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

 Terapi simtomatik dengan analgetik antipiretik


(paracetamol 3x 500-1000 mg)
 Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
KONSELING DAN EDUKASI

 Berikan pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang


perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga pasien
dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk
penanganan DBD, terai hanya bersifat sportif dan
mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh
sesuai perjalanan alamiah penyakit
 Modifikasi gaya hidup: lakukan 3M, tingkatkan daya tahan
tubuh dengan makan makanan bergizi dan olahraga rutin.
KESIMPULAN
• Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan yang penting di negara yang sedang berkembang
di Asia, termasuk Indonesia. Juga di Afrika Selatan dan Amerika Latin.
• Diagnosis demam tifoid dan demam dengue ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan tambahan dari laboratorium.
• Terapi yang diberikan adalah istirahat, diet lunak, dan antimikroba, simtomatis dan pemeliharaan
volume cairan sirkulasi. Pada saat ini, antimikroba dengan waktu penurunan demam cepat,
pemberian praktis 1 kali sehari selama 7 hari, dan efek samping minimal adalah levofloxacin.
• Diagnosis demam tifoid dan dengue yang ditegakkan secara dini dan disertai pemberian terapi yang
tepat mencegah terjadinya komplikasi, kekambuhan, pembawa kuman (carrier), dan kemungkinan
kematian.
• Strategi pencegahan diarahkan pada ketersediaan air bersih, menghindari makanan yang
terkontaminasi, higiene perorangan, sanitasi yang baik, dan pemberian vaksin sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai