Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Peroneal Palsy
Alda Yulianita – 2013730004
Pembimbing : dr Djati Susanto, Sp.S
Anatomi
 Topografi innervasi pada extremitas inferior, berasal dari : ramus
anterior nervus spinalis thoracalis XII, plexus lumbalis dan plexus
sacralis.
Nervus Peroneus Communis
 Nervus peroneus communis yang
merupakan cabang terminal n.
ischiadicus
 Kemudian saraf berjalan posterior
terhadap caput fibulae, melengkung
ke lateral di sekeliling collum,
menembus m. peroneus longus,
dan bercabang menjadi 2 cabang
terminal, yaitu
 (1) n. peroneus superficialis dan
 (2) n. peroneus profundus.
Nervus Peroneus Superficialis
 N. peroneus superficialis adalah
salah satu cabang terminal n.
peroneus communis.
 Cabang-cabang untuk m. peroneus
superficialis mempunyai cabang-
cabang :
 Rami musculares untuk m. proneus
longus dan m. proneus brevis.
 Rami cutanei.
 Ramus cutaneus medialis dan lateral
didistribusikan ke kulit bagian bawah
depan tungkai bawah dan dorsum
pedis.
 Disamping itu, mempersarafi facies
dorsalis dan kulit semua jari-jari kaki,
kecuali sisi-sisi yang berdampingan
antara jari pertama dan kedua dan
sisi lateral jari kelingking.

Nervus Peroneus Profunda
 N. peroneus profunda
adalah salah satu cabang
terminal n. peroneus
communis.
 Saraf ini dipercabangkan di
dalam massa m. peroneus
longus pada sisi lateral
pada sisi lateral collum
fibulae.
Fisiologi berjalan

 0% : heel strike pada permulaan fase  60% : jari-jari terangkat dari lantai,
berdiri (stance phase) akhir dari fase berdiri untuk
 15% : kaki bagian depan menyentuh mengawali fase mengayun, disebut toe
lantai, disebut juga foot flat off.
 30% : tumit terangkat dari lantai  Pada pertengahan ayunan diperlukan
(heel off) dorsofleksi kaki untuk mencegah jari-
 45% : lutut dan panggul menekuk jari menyentuh lantai.
untuk mempercepat kaki kedepan
dalam antisipasi fase mengayun  100% : tumit kaki yang sama kembali
(swing phase) disebut knee band menyentuh lantaiI
Peroneal palsy
Definisi
 Keadaan yang ditandai dengan penurunan fungsi sensorik
dan motorik pada tungkai bawah dan kaki akibat lesi pada
nervus peroneal.
Etiologi
 Drop foot paling sering disebabkan oleh cedera pada N.
peroneus atau peroneus nerve palsy.
 Peroneal nerve palsy paling sering diakibatkan oleh :
 duduk bersilang kaki yang mana menyebabkan saraf peroneal
terjepit antara caput fibula dan condylus femur externa serta
patella pada tungkai yang berlawanan.
 Kebiasaan duduk bersilang kaki dapat menimbulkan dimple sign yang
terdiri dari daerah pressure atropi berbentuk oval yang mengenai
jaringan sampai ke saraf peroneal di caput fibula.
 Selain itu beberapa pekerjaan yang memerlukan berjongkok
atau bersujud, seperti bertani, penambang
 meningkatkan tekanan pada saraf terhadap collum fibula sehingga
menyebabkan terjadinya occupational peroneal palsy juga gangguan
fungsi saraf peroneal dapat terjadi setalah mengalami keseleo atau
terkilir pada pergelangan kaki.
 Mekanisme lain yang diketahui sebagai penyebab peroneal
nerve palsy adalah :
 trauma langsung,
 dislokasi lutut,
 fraktur tibia dan fibula,
 myxedema pretibial,
 Lokalisasi lesi sebagian besar ditemukan pada collum fibula
tempat saraf tersebut bercabang menjadi N.Peroneal
superficial dan profunda.
 Pada daerah ini tampaknya saraf tersebut paling mudah
mengalami kompresi atau streching.
 Gejala cedera saraf peroneal (foot drop) dapat meliputi :
 Ketidakmampuan untuk menunjukkan jari-jari kaki ke arah
tubuh (dorsofleksi)
 Nyeri
 Kelemahan
 Mati rasa (pada shin atau atas kaki)
 Hilangnya fungsi kaki High-stepping walk (disebut steppage gait
atau footdrop gait)3.
 Gejala yang paling umum dari penurunan kaki, gaya berjalan
steppage tinggi sering ditandai dengan menaikkan paha dalam
mode berlebihan sambil berjalan, seolah-olah menaiki tangga.
Steppage gait tinggi dikaitkan dengan salah satu dari berikut:
 Menyeret kaki dan jari kaki
 Menyeret jari kaki di tanah
 Jari kaki menapak dengan tidak terkontrol.
Diagnosis
 Diagnosa peroneus palsy ditegakkan berdasarkan gejala
klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
 Foto polos pada lutut dan pergelangan kaki
 untuk mengevaluasi adanya fraktur, lesi massa, atau arthritis jika ada
riwayat yang menunjukkan salah satu etiologi tersebut.
 MRI
 Kecurigaan tumor/massa yg menekan saraf peroneal
 Pemeriksaan elektromiogram
 Konfrimasi jenis neuropati, menetapkan lokasi lesi, memperkirakan
luasnya cedera & memberikan pronosis
 Mengetahui perlambatan amplitudo ekstensor digitorum brevis
didaerah kompresi pada lesi myelin, hasilnya akan terlihat blok
konduksi
Penatalaksanaan
 Konservatif
 mengistirahatkan kaki dan menghindari faktor-faktor kompresi
seperti menyilangkan kaki.
 Tindakan bedah diperlukan jika terdapat lesi akibat terdapat
suatu masa yang mengkrompresi saraf, membebaskan saraf
yang tertambat atau terjepit, dan jika terjadi trauma terbuka
dan tumpul yang berat dan mengkompresi saraf.
 Menggunakan splint atau sepatu yang dapat membantu
dropfoot
 Angkle foot orthosis (AFO)
 Exercise
 Konduksi listrik
 peroneal nerve stimulation/ funtional electrical stimulation)
AFO
 memberikan dorsofleksi jari-jari kaki pada saat fase
mengayunkan kaki, stabilitas lateral dan medial pada saat
fase stasis, dan jika perlu juga dapat membantu stimulasi
mendorong ke atas pada saat fase stasis akhir.
Peroneal nerve stimulation
 dilakukan dengan memberikan stimulasi elektrik durasi pendek pada nervus
peronealis diantara fossa poplitea dan kepala fibula.
 Sebuah saklar yang dipasang di tumit kaki yang menderita kelemahan akan
mengontrol aliran stimulasi elektrik.
 Stimulator akan diaktivasi pada saat kaki diangkat dan berhenti pada saat
kaki menyentuh lantai.
 Dengan demikian maka tercapai dorsofleksi dan eversi selama fase
mengayun pada gait
Komplikasi
 Komplikasi dari penyakit ini yaitu berkurangnya kemapuan
berjalan dan sensasi serta kelemahan atau paralisis pada
tungkai bawah dan kaki secara permanen.

Anda mungkin juga menyukai