Anda di halaman 1dari 31

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Melvina Afika (12100115064)

Preceptor : Neilvy Ratnadewi,dr.,SpOG


Definisi
 Perdarahan uterus abnormal merupakan
perdarahan yang terjadi di dalam maupun di
luar siklus menstruasi.
Klasifikasi jenis perdarahan
 Perdarahan uterus abnormal akut: perdarahan haid yang
banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera
untuk mencegah kehilangan darah
 Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan
terminologi untuk pendarahan uterus abnormal yang
telah terjadi lebih dari 3 bulan
 Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan
pendarahan haid yang terjadi diantara 2 siklus haid yang
teratur
Klasifikasi penyebab perdarahan
Polip (PUA-P)
 Definisi : Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih
yang bersifat lokal mungkin tunggal atau ganda, berukuran
mulai dari beberapa milimeter sampai sentimeter. Polip
endometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh
darah endometrium.
 Gejala : asimptomatik, perdarahan banyak dan di luar siklus
atau perdarahan bercak ringan pasca menopause, lesi
umumnya jinak, namun sebagian atipik atau ganas.
 Diagnostik : USG/histeroskopi
 Terapi : eksisi (berulang), histerektomi
Adenomiosis (PUA-A)
 Definisi : ditemukannya jaringan stroma dan kelenjar
endometrium ektopik pada lapisan myometrium.
 Gejala :
a. Nyeri haid, nyeri menjelang atau sesudah haid, nyeri saat
buang air besar, nyeri pelvik kronik
b. Nyeri disertai dengan perdarahan uterus abnormal berupa
perdarahan banyak yang terjadi dalam siklus.
 Terapi : reseksi, histerektomi
Leiomioma (PUA-L)
 Definisi : pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan
myometrium
 Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi:
submukosum, intramural, subserosum
Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
 Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan
abnormal berlebihan dari kelenjar endometrium.
 Gejala : perdarahan uterus abnormal
Coagulopathy (PUA-C)
 Definisi : gangguan hemostatis sistemik yang
berdampak terhadap perdarahan uterus
 Gejala : Perdarahan uterus abnormal
Ovulatory dysfunction (PUA-O)
 Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal yang dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan uterus
abnormal.
 Gejala : amenorea, perdarahan ringan dan jarang,
hingga perdarahan haid banyak
 Penyebab : sindrom ovarium polikistik (SOPK),
hiperprolaktinemia, hipotiroid, obesitas,
anoreksia, olahraga berat yang berlebihan.
Endometrial (PUA-E)
 Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada
perempuan dengan siklus haid teratur akibat
gangguan hemostasis lokal endometrium.
Iatrogenik (PUA-I)
 Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan
dengan penggunaan obat-obatan hormonal
(estrogen, progestin) ataupun non hormonal
(obat-obat antikoagulan) atau AKDR.
Not yet classified (PUA-N)
 Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang
jarang atau sulit dimasukkan dalam klasifikasi
(misalnya adalah endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena).
Pola Perdarahan Uterus Abmormal
1. Menoragia
2. Hipomenorea
3. Metroragia
4. Polimenorea
5. Menometroragia
6. Oligomenorea
7. Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus)
Menoragia
 Perdarahan menstruasi yang banyak dan
memanjang.
 Mioma submucosa, komplikasi kehamilan,
adenomiosis, IUD, hyperplasia endometrium,
tumor ganas, dan perdarahan disfungsional.
Hipomenorea
 Perdarahan menstruasi yang sedikit dan
terkadang hanya berupa bercak darah.
 Kontrasepsi oral.
Metroragia
 Perdarahan yang terjadi pada waktu-waktu
diantara periode menstruasi.
 Ditandai dengan adanya bercak darah, dapat di
cek dengan suhu tubuh basal.
 Polipendometrium, karsinoma endometrium,
serviks endometrium
Polimenorea
 Periode menstruasi yang terjadi terlalu sering
 Biasanya berhubungan dengan anovulasi dan
pemendekan fase luteal pada siklus menstruasi.
Menometroragia
 Perdarahan yang terjadi pada interval yg
ireguler.
 Jumlah dan durasi perdarahan bervariasi
 Onset yang tiba- tiba dari episode
perdarahan dapat mengindikasikan adanya
keganasan
Oligomenorea
 Periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari
 Volume perdarahan berkurang, dan biasanya
berhubungan dengan anovulasi
 Berhubungan dengan factor endokrin (
kehamilan, pituitary- hipotalamus), ataupun
factor sistemik ( penurunan berat badan yang
terlalu banyak).
Perdarahan kontak (perdarahan post-
koitus)
 Harus dianggap sebagai tanda dari kanker serviks
sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
 Penyebab lain : cervical eversi, polip
serviks,infeksi serviks atau vagina.
 Kontak berdarah berasal dari kemungkinan:
a. Perlukaan atau keganasan pada genitalia bagian
bawah, vulva, vagina dan serviks.
b. Terdapat polip dan endometrium dan serviks
Diagnosis
 Anamnesis
a. Penyakit yang diketahui berhubungan dengan
uterus
b. Peningkatan perdarahan vaginal
c. Faktor resiko hipotiroidism
d. Riwayat pasien/keluarga gangguan hemostasis
e. Konsumsi kontrasepsi oral yang tidak teratur
 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan darah (anemia)
b. Palpasi abdomen

 Pemeriksaan ginekologi:
 Penilaian ovulasi
a. Siklus haid yang berovulasi berkisar 22- 25 hari
b. Jenis perdarahan PUA-O bersifat irregular dan sering
diselingi amenorea
 Penilaian endometrium
a. Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada
perempuan usia lebih 45thn, terdapat factor resiko genetic
b. Terdapat factor resiko DM, hipertensi, obesitas, nulipara.
c. Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada
perdarahan uterus abnormal yang menetap ( tidak respon
tehadap pengobatan)
 Penilaian cavum uteri
a. Untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium
atau mioma uteri submucosa
b. USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan
harus dilakukan pada pemeriksaan awal PUA
c. Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma
uteri submucosa disarankan untuk melakukan saline
infusion sonography (SIS)
 Penilaian myometrium
a. Menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis
b. Miometrium dinilai menggunakan USG ( transvaginal,
transrectal, dan abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI.
Penatalaksanaan
 Perdarahan uterus abnormal akut
a. Perdarahan aktif dan banyak dengan gangguan
hemodinamik dan atau hb < 10g/dl (rawat inap)
b. Hemodinamik stabil (rawat jalan)
c. Pasien rawat inap, berikan cairan kristaloid, oksigen 2
liter/menit dan transfusi darah jika Hb < 7g/dl
d. Stop perdarahan dengan estrogen ekuin konjugasi (EEK)
2.5 mg per oral setiap 4-6 jam + promesatin 25 mg/injeksi
IM setiap 4-6 jam (mengatasi mual)
e. Perdarahan tidak berhenti dalam 12-24 jam (dilatasi dan
kuretase)
f. Perdarahan berhenti dalam 24 jam, lanjutkan dengan kontrasepsi
oral kombinasi (KOK) 4x1 (4 hari), 3x1 (3 hari), 2x1 (2 hari),
1x1 (3 minggu), kemudian stop 1 minggu dilanjutkan
Levonorgestrel Intrauterine System (LNG-IUS)
g. Kontraindikasi KOK, medroksi progesterone asetat (MPA) 10
mg perhari (7 hari)
h. Hemodinamik stabil, cari penyebab perdarahan. Lakukan
pemeriksaan USG transvaginal/transrektal, periksa darah
perifer lengkap, hitung trombosit,PT, aPTT, TSH.
i. Jika medikamentosa tidak berhasil/kelainan organic bisa
dilakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium,
miomektomi, polipektomi, histerektomi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai