Anda di halaman 1dari 47

Add Your Company Slogan

SKENARIO 1
Kelompok 10
Tutor: Drg. Aminullah Majedi

L/O/G/O
Kelompok 10

• ANUGRAH QATRUNNADA HAKIM • I1D115002


• FITRIA ANWARINI • I1D115215
• DITA AGUSTINA • I1D115209
• NAILA KHAIRIYAH
• I1D115059
• MUHAMMAD RIZKY RIDHO
• I1D115206
• ANNISA VARA NURDIANTY
• MAYANG SEKAR INDRAPUTRI • I1D115225
• GINA ELMAWATI • I1D115218
• RAHMA DANIA ARISA JALI • I1D115234
• JULIANA MARGARETH SITORUS • I1D115056
• KURNIA FATWATI • I1D115222
• RUDIE SYAHRIZAL AKHMAD • I1D115238
skenario
DOKTER ADA APA DENGAN WAJAH SAYA?

Wanita 45 tahun datang ke praktek dokter gigi datang ingin


dicabut gigi sisa akar dan berlubang di sisi kanan rahang atas dan
rahang bawah, gigi berlubang dan sisa akar tidak ada keluhan,
namun pasien merasakan keluhan pada sisi yang sama, rasa
tersusuk, terbakar dan nyeri hebat skala 7-8 terjadi beberapa saat
kemudian tiba2 menghilang. Nyeri tersebut dirasakan hilang
timbu sejak 1 tahun yang lalu, frekuensi kejadian nyeri dalam 1
bulan terakhir semakin sering. Keluhan tersebut menyebabkan
pasien ingin mencabut semua gigi sisi kanan, pasien jugabtelah
berobat dengan cara non medis, namun hingga saat ini tidak ada
perubahan.
Identifikasi Masalah

1. Apa diagnosa pada skenario tersebut?


2. Mengapa rasa nyeri meningkat?
3. Apa hubungan nyeri dengan sisa akar & berlubang?
4. Bagaimana penanganan pertama?
5. Bolehkah melakukan pencabutan?
6. Bagaimana mekanisme nyeri pada pasien?
7. Apa hubungan pengobatan yang dilakukan pasien dengan
nyerinya?
8. Ada berapa skala nyeri?
9. Apa prognosis penyakit pasien?
10. Apa Diagnosa banding untuk skenario tersebut?
Pem. Subjektif
- rasa tersusuk, terbakar dan Pem. Objectif
nyeri hebat skala 7-8 pada
Pasien wanita usia regio RA Kanan gigi sisa akar dan
45 tahun berlubang di sisi
- Nyeri hilang dan timbul kanan rahang atas
ingin dicabut gigi sejak 1 tahun yang lalu dan rahang bawah,
sisa akar dan
- frekuensi kejadian nyeri gigi berlubang dan
berlubang
dalam 1 bulan meningkat. sisa akar tidak ada
keluhan.
-pasien ingin mencabut
semua gigi sisi kanan.

Trigeminal Neuralgia

definisi etiologi Manifestasi Epidemiologi Patofisiologi Anatomi Penata


klinis laksanaan
Sasaran Belajar

1. Pengertian trigeminal neuralgia


2. Manifestasi trigeminal neuralgia
3. Epidemiologi trigeminal neuralgia
4. Patofisiologi trigeminal neuralgia
5. Penatalaksaan trigeminal neuralgia
6. Anatomi dari saraf trigeminal
7. Etiologi dari trigeminal nueralgia
DEFINISI
TRIGEMINAL NUERAL GIA
Definisi

Trigeminal Neuralgia adalah gangguan


yang terjadi akibat kelainan dari nervus cranialis
ke-5 yaitu nervus trigeminal dan dikenal juga
sebagai tic douloureux. Penyakit ini merupakan
suatu sindrom nyeri wajah yang ditandai dengan
serangan rasa sakit paroksismal dan syok yang
terletak pada distribusi somatosensori saraf
trigeminal.

(Montano N, et All. Advances in diagnosis and treatment of trigeminal neuralgia. J Therapeutics


and Clinical Risk Management. 2015;11:289–299)
ANATOMI TRIGEMINAL
NEURALGIA
Anatomi Nervus
Trigeminalis
• GSA ( General somatic afferent ) SENSORIS
– Sumber serabut saraf : Serabut afferent di berbagai reseptor
pada mukokutan
– Serabut saraf GSA bertanggung jawab terhadap inervasi
sensoris sebagian besar wajah. Inervasi sensoris dari N.
Trigeminus terbagi menjadi 3 divisi :
– 1. Optalmika V1
– 2. Maksilaris V2 Paling sering
terkena TN
– 3. Mandibularis V3
– Semua Perikarion / badan sel saraf diatas terdapat pada
trigeminal ganglion
Norton, NS. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Ed. 2. Philadelphia. Elsevier : 2012
Anatomi Nervus
Trigeminalis
• SVE ( Special Visceral Efferent ) MOTORIS
– Sumber serabut : Dimulai dari motor nucleus dari
N. Trigeminal
– Serabut saraf SVE bertanggung jawab terhadap
inervasi motoris dari otot mastikasi ( M. masseter,
M. temporalis, M. Pterigoid media, M. pterigoid
lateral ) dan juga menginervasi M. mylohyoid, M.
digastric anterior, M. tensor timpani, M. tensor veli
palatini

Norton, NS. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Ed. 2. Philadelphia. Elsevier : 2012
Anatomi Nervus
Trigeminalis

Norton, NS. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Ed. 2. Philadelphia. Elsevier : 2012
ETIOLOGI TRIGEMINAL
NEURALGIA
Etiologi

Etiologi TN merupakan idiopatik

Sering terjadi akibat dari kompresi/penekanan oleh vascular terhadap


nervus trigeminus khususnya sering pada cabang kedua dan ketiga.

Perbesaran terhadap vascular tersebut bisa terjadi karena penyakit


sistemik seperti multiple sklerosis. Juga bisa terjadi karena malformasi
dari vascular sekitar. Bisa juga karena terdapatnya kista, tumor, infeksi
virus, dan trauma.

Glick, M. Burket’s Oral Medicine. Ed 12. People’s Medical Publishing House. USA
: 2015
Etiologi

Gangguan infiltrasi akar saraf trigeminal, gangglion gasserion, dan


n. trigeminal.
• disebabkan oleh adanya karsinomatosa pada saraf trigeminal, akar saraf, dan
ganglion gesserian

Lesi non demyelinassi pons/medula.


• Disebabkan karena adanya infark kecil (nekrosis pada bagian otak)

Karena faktor keturunan


• dimana ada kelainan pada kromosom 12q maka akan terjadi anomali neurovaskular
kususnya arteri vertebralis yang mengkompres aspek ventolateral dari medulla

TJ normikko. Trigeminal neuralgia pathology and pathogenesis. 2001


EPIDEMIOLOGI TRIGEMINAL
NEURALGIA
Epidemiologi sekitar 150.000 orang didiagnosis terkena
Neuralgia Trigeminal setiap tahunnya.

Kebanyakan pada usia > 50 th

Pasien usia 20-40 biasanya disebabkan karena


adanya lesi demielinisasi sekunder pada pons
yang disebabkan multiple sclerosis.

Perempuan > Laki-laki

(Sunaryo, Utoyo. Neuralgia Trigeminal. PDGI Probolinggo. Indonesia : 2010)


KLASIFIKASI TRIGEMINAL
NEURALGIA
Klasifikasi Trigeminal Neuralgia

Menurut klasifikasi IHS (International Headache


Society)
TN Klasik TN simtomatik
• Idiopatik • penyebab yang dapat
• Nyeri paroxysmal V2 dan V3 diidentifikasi dapat
• Nyeri hilang timbul ditemukan
• Nyeri merupakan gejala • Nyeri berlangsung terus
tunggal dan utama. menerus.
• Usia > 45 • Horner syndrom
• wanita > pria.

(McMillan R. Trigeminal Neuralgia – a debilitating facial pain. Reviews in pain. March 2011;
5(1))
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis

1. Nyeri paroksimal hebat


2. Lokasi unilateral ( 96% ), kanan > kiri
3. Stimulus ringan superfisial menimbulkan rasa sakit. Seperti
membersihkan wajah dengan air, memakai make up, bercukur,
terkena angin yang agak deras, mengunyah atau gosok gigi
4. Dermatom ( persarafan ) yang terkena V2 dan V3
5. Nyeri yang diikuti dengan periode tanpa nyeri ( hilang muncul ).
Nyeri hanya berkisar 1-2 menit lalu hilang dan akan muncul lagi.
Remisi spontan tiap minggu hingga tahun namun rata rata pasien (
20 )menderita remisi tiap hari
6. Tidak ada kelainan pada sarafnya
7. Tidak disebabkan oleh dentoalveolar
8. Anastesi local pada trigger zone menghilangkan nyeri hanya
sementara
Hupp JR, Ellis III dan Tucker MR. Contemporary Oral And Maxilofacial Surgery. Ed 6. Riverport
Lane. Elsevier : 2014
PATOFISIOLOGI
TRIGEMINAL
NEURALGIA
PATOFISIOLOGI

PD berjalan Sentuhan
PD
bersama nervus pada
Berdenyut
trigeminus ganglion

terjadi hyperexcitable
Kompresi
Mielyn robek dan fenomena burst
neurovaskular
"after discharge"

Kontak
Rasa sakit yg
Neuron
tajam
demyelin
(Montano N, et All. Advances in diagnosis and treatment of trigeminal neuralgia. J Therapeutics
and Clinical Risk Management. 2015;11:289–299)
CARA MENDIAGNOSIS
ANAMNESIS

HIS menetapkan kriteria untuk Trigeminal Neuralgia :


1. Serangan nyeri paroksimal yg bertahan selama beberapa
detik sampai 2 menit, mengenai satu/lebih daerah
persarafan cabang saraf trigeminal
2. Nyeri harus memenuhi satu dair kriteria tsb :
– Intensitas tinggi tajam dipermukaan / spt ditusuk2
– Berasal dari trigger zone atau karena sentuhan pemicu.
3. Pola serangan sama terus
4. Tidak ada defisit neurologis
5. Tidak ada penyakit terkait lain yg ditemukan TN
hendaknya memenuhi seluruh kriteria tsb, minimal
kritria 1,2, & 3.

Siccoli MM, Basetti CL, Sandor PS. Facial Pain : Clinical Differential Diagnosis Lancet Neurology.2006;5:257-
267.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Diperlukan CT scan kepala atau MRI kepala
• MRI sangat bermanfaat karena dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat hubungan antara
saraf dan pembuluh darah, juga dapat
mendeteksi tumar yang masih kecil

Lumbantobing, S. M, et al: Neurologi Klinik – Pemeriksaan Fisik Mental. 2012; 51-53


PERAWATAN
Perawatan

perawatan

Obat obatan surgical

Ekstral cranial Intra cranial

Sensory Radyofrequensy
Blok alkohol Cryosurgery radiosurgery GLISERION Ballon kompresi
ryzotomi rhyzotomi
Medikasi

Obat anti konvulsi


• Cara kerja obat anti konvulsan : Mengurangi serangan trigeminal neuralgia dengan
menurunkan hiperaktifitas nukleus nervus trigeminus didalam brain stem.
Lini pertama : Carbamazepine (200-1200mg/hr), Oxcarbazepine COXC (600-
1800 mg/hr).

Lini kedua : Terapi tambahan dengan lamotigrin (400mg/hr) atau diganti dg


bacloven (40-8- mg/hr) atau pimozide (4-12mg/hr) namun jarang digunakan.

Lini ketiga : Other Antiepileptic Drugs (AED)  Fenitoin, klonozepan, dll (


12mg/hr).

Obermann M. Treatment Options in Trigeminal Neuralgia. The Adv Neuro Disord


Journal.Maret 2010. Vol 3(2); 107-115.
Bedah

• Dilakukan jika setelah perawatan medis belum terasa optimal.


Sebagian besar prosedur operasi bertujuan untuk menghambat
atau memblokir aktivitas listrik di saraf sehingga dapat
menghentikan rasa sakit.
• Berbagai perawatan bedah meliputi
1. Operasi perifer, operasi yang dilakukan sangat dekat dengan
area pemicu, meliputi : cryotherapy, blok alkohol, laser, dan
neuroektomi
2. Operasi minor, adalah operasi non-invasif tanpa dilakukan
pemotongan

Kaur, Binti; Neuralgia Trigeminal And It’s Management. International Dental Journal of Student
Research. Juni 2016. Vol 4 (2)
EKSTRA CRANIAL

Blok alkohol
• Menyuntikkan alkohol langsung ke saraf, namun cara ini
sudah ditinggalkan
Cryosurgery
• Dengan cara pengaplikasikan cryoprobe dengan suhu -50
sampai -70 C
Radiosurgery
• Dengan menggunakan ɣ knife. ɣ knife adalah rangkaian dari
201 potongan dari ɣ radiasi yg diproduksi oleh kobalt

Trigeminal neuralgia pathology and pathogenesis. 2001


INTRA CRANIAL

Gliserol ganggliolisis
• Dengan cara memasukkan cairan gliserol pada foramen ovale, gliserol akan
menghancurkan saraf yang bermilin
Ballon Kompresi
• Sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam foramen ovale, lalu kateter balon no 4
french fogerty dimasukkan lewat sebuah suntikkan
Radiofrekuensy rhyzotomy
• Sama dengan gliserol namun dengan menghancurkan saraf dengan radiasi panas
pada area gangglion gasseri
Sensory rhyzotomy
• Cara yang dilakukan dengan cara memotong ganglion gassery secara permanen,
namun teknik ini menjadikan muka mati secara total

Trigeminal neuralgia pathology and pathogenesis. 2001


Komplikasi setelah dilakukan pembedahan

• 1. Perdarahan kranial yang menyebabkan stroke.


• 2. Infeksi mata akibat hilangnya sensasi.
• 3. Gangguan pendengaran di satu sisi.
• 4. Kesulitan makan.
• 5. Hilangnya sensasi atau perubahan sensasi pada satu sisi wajah.
• 6. Anastesi dolorosa yaitu sakit terus menerus di daerah yang mati
rasa.

(Trigeminal neuralgia and it’s management. Binti kaus international dental journal of student
research,june 2016 : 4 (2) : 79-82)
Pengobatan tradisional

Akupuntur sebagai perawatan trigeminal


neuralgia
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding

Kategori Trigeminal Tipical Atipical Trigeminal neuropatic


Neuralgia Neuralgia Neuralgia
Rasa Sakit Tajam, Tajam Tajam Tajam , rasa sakit yang
menusuk, Menusuk menusuk tumpul
Terbakar,
Superfisial
Durasi sakit Singkat Beberapa Detik- Menit Sampai berjam jam
detik
Sakit yang Tidak ada Tidak ada Ada tapi tidak Ada dan parah
berulang ulang parah

TJ normikko. Trigeminal neuralgia pathology and pathogenesis. 2001


Gejala lain kemerahan Vasodilatasi, Vasodilatasi, Vasodilatasi, bengkak
bengkak, dgn bengkak, dgn
sakit yang sakit yang
parah parah

Faktor yang Makan, Sentuhan, Sentuhan, Sentuhan, gerakan bicara,


memicu berbicara, gerakan gerakan rasa dingin, panas
menyikat gigi, bicara, rasa bicara, rasa
merokok dingin, panas dingin, panas

Sifat dari rasa Remisi, remisi Remisi Tdk ada remisi, lambat
sakit spontan

TJ normikko. Trigeminal neuralgia pathology and pathogenesis. 2001


SKALA NYERI
TEKNIK ASSESSMENT
NYERI

Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat


nyeri menggunakan skala assessment nyeri tunggal
atau multidimensi :

1. Uni dimensional

• Hanya mengukur intensitas nyeri


• Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
• Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome pemberian
analgetik
• Skala assessment nyeri uni-dimensional ini
meliputi :
A. VAS (Viusal Analog Scale)
B. VRS (Verbal Rating Scale)
C. NRS (Numeric Rating Scale)
D. Wong-Baker Pain Rating Scale
a. VAS (Viusal Analog
Scale)
Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan
atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis
ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif.
Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung
yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala
dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi
menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien
anak >8 tahun dan dewasa.
b. VRS (Verbal Rating
Scale)
Skala verbal menggunakan kata-kata dan
bukan garis atau angka untuk menggambarkan
tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa
tidak ada nyeri, sedang, parah.
c. NRS (Numeric Rating
Scale)
d. Wong-Baker Pain Rating
Scale
2. Multi dimensional
• Mengukur intensitas dan afektif
(unpleasantness) nyeri
• Diaplikasikan untuk nyeri kronis
• Dapat dipakai untuk outcome
assessment klinis
Yudiyanta, Khoirunnisa N, Novitasari RW. Assessment Nyeri. CDK-226. Vol 42 no.3. 2015
Prognosis

• Terapi farmakologi memberikan hasil yang


bervariasi pada masing-masing individu.
• Dekompresi mikrovaskular umumnya
memberikan hasil yang baik dan jarang relaps

Lumbantobing, S. M, et al: Neurologi Klinik – Pemeriksaan Fisik Mental. 2012; 51-53


DAFTAR PUSTAKA

• Lumbantobing, S. M, et al: Neurologi Klinik – Pemeriksaan Fisik Mental. 2012; 51-53


• Yudiyanta, Khoirunnisa N, Novitasari RW. Assessment Nyeri. CDK-226. Vol 42 no.3. 2015
• TJ normikko. Trigeminal neuralgia pathology and pathogenesis. 2001
• Kaur, Binti; Neuralgia Trigeminal And It’s Management. International Dental Journal of
Student Research. Juni 2016. Vol 4 (2)
• Obermann M. Treatment Options in Trigeminal Neuralgia. The Adv Neuro Disord
Journal.Maret 2010. Vol 3(2); 107-115.
• Montano N, et All. Advances in diagnosis and treatment of trigeminal neuralgia. J
Therapeutics and Clinical Risk Management. 2015;11:289–299)
• Hupp JR, Ellis III dan Tucker MR. Contemporary Oral And Maxilofacial Surgery. Ed 6.
Riverport Lane. Elsevier : 2014
• McMillan R. Trigeminal Neuralgia – a debilitating facial pain. Reviews in pain. March 2011;
5(1)
• Sunaryo, Utoyo. Neuralgia Trigeminal. PDGI Probolinggo. Indonesia : 2010)
• Norton, NS. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. Ed. 2. Philadelphia. Elsevier :
2012

Anda mungkin juga menyukai