Preskas KDK

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

“KEJANG DEMAM KOMPLEKS”


Disusun Oleh : Reiny Mayawat
Program Dokter Internship Indonesia
RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung
Identtas Pasien

• Nama : An. DN
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 1 Tahun 9 Bulan
Anamnesis

• Keluhan Utama :
Kejang kelojotan sejak 1 hari Sebelum Masuk
Rumah Sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
• Demam sejak 2 hari SMRS
• Kejang sejak kurang lebih 1 hari SMRS
• Kejang terjadi 2 kali pada 18-20 jam setelah demam mulai terasa lebih tnggi

• Ibu tdak mengukur suhu tubuh pasien


• Setelah minum obat penurun panas, panas turun sebentar ± 2 jam kemudian
demam tnggi lagi
• Tidak terdapat adanya keluhan BAB cair, keluar cairan dari telinga, batuk dan
pilek.
• BAK berkurang jadi sekitar 3 kali sehari, warna kuning, jumlah cukup. Nafsu
makan pasien menurun, mengeluh mual dan tdak nyaman pada bagian
perut, tdak sampai muntah
• Posisi tangan menekuk dan kaki lurus kaku bergantan
dengan posisi tangan lurus kaku dan kaki menekuk
• Kejang pertama berlangsung ± 1 menit, selang beberapa
jam kemudian pasien kejang lagi selama ± 15 menit
• Sebelum kejang pasien sedang rewel dan setelah kejang
berhent sendiri pasien langsung dan menangis
• Riwayat Penyakit Dahulu

Kejang sebelumnya (-)


• Riwayat Penyakit Keluarga

Epilepsi (-)
• Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Tidak ada masalah atau penyulit yang bermakna


• Riwayat Nutrisi

Kuanttas cukup, kualitas baik


• Riwayat Tumbuh Kembang

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia


• Riwayat Imunisasi

DPT 3 (-), Campak (-)


Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit Sedang
• Kesadaran : E4M6V5, kompos ments

• Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Laju nadi : 110 x/menit
Laju pernapasan: 24 x/menit
Suhu : 39,1 °C
Saturasi 02: 99%
• Status Gizi dan Antopometri (Kurva CDC)
BB : 9 kg BB/U : 2>SD>0
TB : 82 cm TB/U : 2>SD>0
BB ideal : 11 kg
BB-TB ideal : 10 kg BB/TB: 2>SD>0
Kesan : Gizi baik, perawakan normal
Kulit Warna kuning langsat

Status Tidak terdapat lesi


Tidak terdapat perdarahan
Generalis Tidak terdapat jaringan parut
Kepala
· Bentuk dan ukuran Normosefali
· Ubun-ubun besar menutup, cekung (-), tegang/bonjol (-)
· Rambut Hitam

Wajah Normal simetris


Mata Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Pupil isokor 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung +/+
Gerak bola mata bebas ke segala arah
Cekung (-) air mata (+)
Hidung Sekret -/-, napas cuping hidung (-)
Telinga Sekret -/-, nyeri tekan tragus (-)
Mulut Mukosa bibir basah, sianosis (-)
Lidah bersih
Tidak tampak peradangan maupun bengkak pada
daerah gusi
Bau napas (-)
Tenggorokan Tonsil T1/T1, faring tenang
Leher Tidak teraba limfadenopati
Dada Bentuk normal simetris
Tidak terdapat retraksi epigastrium, interkostal, dan
suprasternal
Precordial bulging (-)
Paru-paru Inspeksi : tidak tampak adanya gerakan napas yang
tertinggal, simetris pada saat statis maupun dinamis
Palpasi : ekspansi kedua paru simetris
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-. Wheezing -/-
Jantung Iktus kordis tidak terlihat
Bunyi jantung S1,S2 normal reguler
Murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : cembung
Auskultasi : bising usus 5-16x/menit
Perkusi : timpani pada semua regio abdomen
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+),
organomegali (-), turgor baik
Punggung Deformitas (-)
Ekstremitas Akral hangat, capillary refill time <2 detik, edema
(-), inflamasi (-),
KGB Limfadenopati (-)
Genitalia Phimosis : Tidak tampak
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Hemoglobin 9,00 g/dl 10,8 – 12,8
Hematokrit 27,5 % 35 – 43
Eritrosit (RBC) 3,86 106/µl 3,6 – 5,2
Leukosit (WBC) 31.000 103/µl 5,5 – 15,5
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 3 % 1–3
Neutrofil batang 0 % 2–6
Neutrofil segmen 78 % 50 – 70
Limfosit 13 % 25 – 40
Monosit 6 % 1–6
Trombosit 457.000 103/µl 217.000 – 497.000
MCV 71,2 fL 73,00 – 101,00
MCH 23,3 pg 23,00 – 31,00
MCHC 32,7 g/dl 26,00 – 34,00
Natrium 132 mEq/L 132 – 145
Kalium 3,1 mEq/L 3,1 – 5,1
Chlorida 105 mEq/L 96 - 111
Urin Analysis direncanakan
Diagnosis Kerja

• Kejang demam kompleks


• Leukositosis ec susp. Infeksi bakteri
Tatalaksana
• O2 nasal kanul 2-3 lpm
• IVFD KaEN 1B 1000 ml/24 jam
• Inj. Ceftriaxone 1x800 mg
• Inj. Diazepam 3 mg (bila pasien kejang)
• Paracetamol 3x100 mg po
• Diazepam 3x1 mg po
Saran
• Pemeriksaan urinalisa
• Pemeriksaan kultur urin dan uji resistensi
• Pemberian antbiotk yang sesuai
• Edukasi hygiene sanitasi dan KD ke orang tua
KEJANG DEMAM PADA
ANAK
Definisi
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38o C) akibat
suatu proses ekstra kranial, biasanya terjadi
antara umur 6 bulan - 5 tahun.
Epidemiologi

• Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah


5 tahun pernah menderita kejang demam.
• 85% kejang pertama terjadi sebelum umur 4
tahun, terutama antara usia 17-23 bulan.
• Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tdak
kejang demam lagi
Etologi

1. Faktor demam
2. Faktor usia
3. Faktor Riwayat keluarga
4. Faktor prenatal
5. Faktor perinatal
6. Faktor pascanatal
Faktor demam
Bangkitan kejang demam :

• 37°C - 38.9°C : 11%


• 38.9°C - 39.9°C : 40% - 56%
• >40oC : 20%
Faktor usia
Tahap perkembangan otak dibagi 6 fase yaitu:
1. Neurulasi

PERKEMBANGAN
INTRAUTERIN
2. Perkembangan prosensefali
3. Proliferasi neuron
4. Migrasi neural
5. Organisasi DEVELOPMENTAL KEJANG

6. Mielinisasi WINDOW (2 thn) DEMAM
Faktor usia
Pada keadaan otak belum matang
(developmental window):
• Reseptor asam glutamat sebagai reseptor
eksitator padat dan aktf
• Reseptor GABA sebagai inhibitor kurang aktf

Eksitasi lebih dominan dibanding Inhibisi


Faktor usia
Pada keadaan otak belum matang :
• CRH @ Hipokampus tnggi  Neuropeptd
eksitator  Prokonvulsan

Bangkitan kejang apabila terpicu demam

• 90% kejang demam terjadi pada anak antara usia 6 bulan -5 tahun
• Kejadian paling sering pada anak usia 18 -24 bulan.
Faktor riwayat keluarga
Pewarisan gen secara autosomal dominan
sebanyak 60-80%.
• Salah salah satu orang tua memiliki riwayat
kejang demam : resiko 20-22%.
• Kedua orang tua : 59-64%.
• (X) pada kedua orang tua : 9%
• Pewarisan kejang demam oleh ibu vs ayah :
27% vs 7%
Faktor prenatal & perinatal
Usia ibu : <20 / >35 tahun  + komplikasi
• Kehamilan: Hipertensi & eklamsia
• Persalinan : Trauma persalinan

Aliran darah ke • Keterlambatan


Hipertensi plasenta pertumbuhan
berkurang intrauterin
• Prematuritas
• BBLR
Faktor prenatal & perinatal

Partus lama Asfiksia Hipoksia

Lesi pada Hipokampus

Rusaknya faktor inhibisi


Meningkatnya eksitasi
Iskemia
Mudah tmbul kejang
Faktor pascanatal
Berlangsung dengan infeksi SSP  Risk +
• Meningits
• Ensefalits
• Herpes simpleks (tpe 1) menyerang
temporal

Cedera kepala  Risk +


Faktor pascanatal
Luar SSP :
• ISPA
• Otts media akut
• Pneumonia
• Gastroenterits akut
• Bronkits
• ISK
Imunisasi :
• DPT
• Morbili

Perubahan keseimbangan cairan & elektrolit


Manifestasi klinis
Serangan kejang = 24 jam pertama sewaktu
demam
• Berlangsung singkat (<6 menit)
• 8% kasus >15 menit  Curiga: infeksi / toksik
• Kejang dapat berhent dengan sendirinya
• Kejang bersifat tonik-klonik, menyeluruh &
periode mengantuk singkat pasca kejang
Klasifikasi
UKK Neurologi IDAI
Kejang demam Sederhana :
• Terjadi pada anak usia 6 bulan - 5 tahun
• Kejang yang berlangsung singkat (kurang dari 15
menit), umumnya akan berhent sendiri
• Bersifat tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal
• Kejang tdak berulang dalam waktu 24 jam.
• Biasanya tmbul dalam kurun waktu 16 jam pasca
kenaikan suhu
Klasifikasi
UKK Neurologi IDAI
Kejang demam Kompleks:
• Kejang lama dengan durasi lebih dari 15
menit.
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial.
• Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Patofisiologi
• Setap kenaikan suhu tubuh 1oC akan meningkatkan
metabolisme basal sebesar 10-15%  Meningkatkan
kebutuhan glukosa dan oksigen  Berpengaruh pada kanal ion
dan metabolisme seluler serta produksi ATP  Hipoksia
Otak akan kekurangan energi  Menggangu fungsi normal
pompa Na+  Permeabilitas membran sel terhadap ion Na+
meningkat  Memudahkan tmbulnya bangkitan kejang.
• Demam dapat merusak neuron GABA-ergik  Inhibisi
terganggu.
Patofisiologi
Dapat menurunkan nilai ambang kejang
pada sel-sel yang belum matang / immatur

Meningkatkan Cerebral blood flow 


Gangguan aliran ion-ion keluar masuk sel

Timbul dehidrasi  gangguan elektrolit 


gangguan permeabilitas sel
PembentukanATP terganggu

Reaksi oksidasi meningkat


Timbunan Asam laktat dan CO2 yang
O2 cepat habis merusak neuron

Hipoksia
Ketdakseimbangan antara
GABA & A. Glutamat
Patofisiologi
Diagnosis
1. Anamnesa : membedakan kejang demam
sederhana, kompleks, atau epilepsi yang
dibangkitkan oleh demam. Riwayat keluarga,
dll
2. Pemeriksaan Fisik :
suhu rektal & aksila, fokus infeksi: pucat, panas,
perdarahan
Diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan darah tepi, gula darah, elektrolit,
biakan darah, dll
b. Pungsi lumbal  singkirkan meningits
• Sangat dianjurkan : <12 bulan
• Dianjurkan : 12-18 bulan
• Dipertmbangkan > 18 bulan yang dicurigai
menderita meningits.
Diagnosis
c. Radiologi :
• Riwayat / tanda klinis trauma
• Peningkatan TIK
• Hemiparesis menetap
d. EEG :
• Kejang demam tdak khas: KDK pada >6 tahun /
kejang fokal
• Tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru
terjadi 1x & tanpa defisit neurologis
Diagnosis

Hemiparesis Todd
Hemiparesis sementara beberapa jam – hari
16% pasien Hemiparesis menetap
Kejang disertai demam, terjadi > 30 menit, 1x / multpel, tanpa
kesadaran penuh diantara kejang :
Status epileptikus yang diprovokasi demam.
Penatalaksanaan
• Tujuan pengelolaan kejang :
– Menjamin oksigenasi jaringan otak, serta fungsi
jantung dan paru
– Mengatasi kejang secepat mungkin dan mencegah
berulangnya kejang
– Memperbaiki gangguan metabolisme dan
keseimbangan air dan elektrolit
– Mencegah komplikasi sistemik
– Mengenal dan mengobat penyebab naiknya suhu
Penatalaksanaan
• Perawatan umum :
Dilaksanakan pada saat mengatasi kejang dengan
diberinya pertolongan untuk memperbaiki dan menjamin
oksigenasi otak dengan jalan :
– Memberi suplai oksigen
– Melonggarkan pakaian yang ketat
– Membersihkan jalan napas, menghisap cairan dari rongga
mulut dan saluran pernapasan
– Memiringkan kepala untuk mencegah aspirasi
– Menurunkan suhu apabila panas dengan cara:
• Mengompres menggunakan es atau alkohol
• Antpiretk : Parasetamol 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
atau Asetosal 60 mg/tahun umur/kali, 3 kali perhari
Penatalaksanaan
• Apabila kejang terjadi lebih dari 30 menit, maka untuk
mengatasi edema otak diberikan kortkosteroid:
– Deksametason 0.2-0.3 mg/kgBB/kali, 3 kali sehari, lama
pemberian 4-5 hari.
– Apabila terdapat tanda herniasi yakni pernafasan tdak teratur,
bradipneu, kesadaran yang semain menurun maka dapat
diberikan manitol 20% dengan dosis 0.25-1 gram/kgBB/kali
intravena. Diberikan dalam waktu 30 menit dan dapat diulang
setap 8 jam. Berikan cairan dengan kadar natrium yang rendah
yaitu cairan 2 : 1 dan jumlah cairan pada hari pertama 70% dari
kebutuhan maintenance.
– Apabila tdak tersedia manitol maka dapat juga diberikan
gliserol 10% dengan dosis 0.5-1 gram/kgBB/hari peroral yang
diberikan sebanyak 4 dosis.
Penatalaksanaan
• Mencari dan mengobati penyebab demam :
– Tidak ditemukan bukt bahwa penggunaan antpiretk
mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Namun
kesepakatan Dokter Saraf Anak menyatakan bahwa
pengalaman menunjukkan bahwa antpiretk tetap
bermanfaat. Antbiotk yang digunakan adalah:
– Parasetamol atau asetaminofen 10-15mg/kgBB/kali
diberikan sebanyak 4 kali. Efek samping yang dapat
terjadi adalah hiperhidrosis
– Ibuprofen 10mg/kgBB/kali, diberikan sebanyak 3 kali
Penatalaksanaan
• Indikasi Pengobatan Rumatan:
Salah satu / lebih gejala berikut
– Kejang lama >15 menit
– Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum
dan sesudah kejang misalnya hemiparesis Todd, Cerebral
Palsy, retardasi mental.
– Kejang fokal

Dipertmbangkan pada :
– Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
– Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
– Kejang demam ≥4 kali pertahun.
Penatalaksanaan
• Pilihan Obat Rumatan Kejang :

– Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3


dosis, atau
– fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
Penatalaksanaan
• Pengobatan Intermitten :
pengobatan yang diberikan pada saat anak mengalami
demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam.

Terdiri dari pemberian:


– Antipiretik ( parasetamol 10-15 mg/kgBB/ kali diberikan
4 kali sehari atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan
3-4 kali)
– Antikonvulsan (diazepam oral 0,3mg/kgBB setap 8 jam
pada saat demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kgBB
setap 8 jam pada suhu >38,5 °C).
Follow Up
A. Edukasi pada orang tua
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya
memiliki prognosis yang baik
• Memberitahukan cara penangan kejang
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan
kejang kembali
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi
memang efektf tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
Follow Up
B. Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:
– Tetap tenang dan tdak panik
– Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
– Bila tdak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring, membersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
– Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
– Tetap bersama pasien selama kejang
– Berikan diazepam rektal, tdak diberikan bila kejang telah
berhent
– Bawa kedokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih
Prognosis
• Gangguan intelek dan gangguan belajar jarang
terjadi pada kejang demam sederhana.
• IQ lebih rendah ditemukan pada penderita
kejang demam yang berlangsung lama
• Risiko retardasi mental menjadi 5 kali lebih
besar apabila kejang demam diikut
terulangnya kejang tanpa demam.
Prognosis
• Angka kematan dari kasus kejang demam
adalah 0.64% - 0.75%.
• Sebagian besar penderita dapat sembuh
sempurna, 2 - 7% berkembang menjadi
epilepsi.
Prognosis
• Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam
adalah:
– Riwayat kejang demam dalam keluarga.
– Usia di bawah 12 bulan.
– Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
– Cepatnya kejang setelah demam
• Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
– Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama.
– Kejang demam kompleks.
– Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai