Anda di halaman 1dari 41

HIPERBILIRUBIN

IKTERUS

 Adalah perubahan warna


kuning pada kulit, membrane
mukosa, sclera dan organ lain
yang disebabkan oleh
peningkatan kadar bilirubin di
dalam darah
IKTERUS FISIOLOGIS

o Pada bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin


meningkat pelan-pelan
 Mencapai puncak 6-8 mg/dl pada hari ke-3 s/d 4 (
≥ pada hari ke-5
 Peningkatan bilirubin s/d 12 mg/dl

 Bayi cukup bulan akumulasi bilirubin < 5


mg/dl/24 jam
IKTERUS PATOLOGIS
 Sudah muncul < 24 jam pertama
 Peningkatan atau akumulasi bilirubin > 5
mg/dl/hari
 Bilirubin total >17 mg/dl

 Ikterus menetap > 8 hari pada bayi cukup


bulan dan > 14 hari pada bayi kurang bulan
IKTERUS NEONATORUM

 Timbul ikterus sebelum umur 36 jam post natal


 Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau >
setiap 24 jam
 Konsentrasi bilirubin total >13 mg %

 Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas


darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis)
 Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi <
36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
ETIOLOGI
1. Peningkatan produksi, akibat :
 Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidak sesuaian golongan darah
 Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
 Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
 Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)
 Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya
pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol (steroid)
 Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar
bilirubin indirek meningkat misalnya pada BBLR
 Kelainan congenital
ETIOLOGI
2.Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas
pengangkutan misalnya hipoalbuminemia atau karena
pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
3.Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung
merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
toksoplasmasiss, syphilis.
4.Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra
hepatic.
5.Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada
ileus obstruktif.
PATOFISIOLOGI
 penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia
 Peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu.
 Gangguan pemecahan bilirubin plasma terutama pada
bayi hipoksia, asidosis.
PATOFISIOLOGI
 Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh.
 Toksisitas terutama akibat ↑ bilirubin indirek yang bersifat
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat
ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
→Kernikterus.
 Kern ikterus akan timbul apabila kadar bilirubin indirek >
20 mg/dl
 Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila
bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah,
hipoksia, dan hipolikemia
KERN IKTERUS
Adalah suatu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin
yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat
(bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai
penyakit hemolitik berat dan pada
autopsy ditemukan bercak bilirubin pada
otak
TANDA DAN GEJALA
1. Stadium I
Reflek moro jelek, hypotoni, letargi, kejang,vomitus,
hihgt pitch cry
2. Stadium II
Opistotonus, panas, mata cenderung deviasi ke
atas
3. Stadium III
Spastisitas ↓ pada ± 1 minggu
4. Stadium IV
Gejala sisa lanjut, spastisitas, atetosis, paralisis
bola mata ke atas
TINGKAT IKTERUS ( KRAMER)

zone Perkiraan
Kadar
bilirubun
Mg %
1 5.0

2 9.0

3 11,4

4 12,4

5 16,0
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat


kehamilan dan bayi pada saat kelahiran
Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan
untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap
persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang
dibutuhkan
Kadar bilirubin serum total diperlukan bila
ditemukan ikterus pada 24 jam pertama kelahiran
PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan
pada bayi baru lahir dengan menggunakan
pencahayaan yang memadai.
 Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat
dengan penerangan yang kurang.
PEMERIKSAAN KLINIS
Ikterus muncul pertama di daerah wajah,
menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas.
Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan
untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
 Hari 1, tekan pada ujung hidung atau dahi;
 Hari 2, tekan pada lengan atau tungkai;
 Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan
dan kaki.
PENILAIAN KLINIS
UNTUK BERATNYA
IKTERUS

 Laju sefalokaudal
 Pemeriksaan secara visual mungkin
membuat kita kurang tepat memahami
situasi
PENATALAKSANAAN

 Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan


khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat
untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2
minggu.

 Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk


menyusui secara dini dan ASI ekslusif lebih sering
minimal setiap 2 jam.
 Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat
menimbulkan ensefalopati biliaris.
 Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI melalui pipa
nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
 Setiap Ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca kelahiran
adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan
laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total,
pemeriksaan kearah adanya penyakit hemolisis oleh
karena itu selanjutnya harus dirujuk
 Pada bayi dengan Ikterus kremer III atau lebih perlu
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadan bayi
stabil
PENATALAKSANAAN

1. Fototherapi
 Fototherapi profilaksis
Indikasi :
• BB < 1500 gr, yang cenderung berlanjut
pada bil.patologis
• Bayi prematur dengan memar yang hebat
• Bayi dengan proses hemolisis sementara
menunggu tranfusi ganti
LANJUTAN

 Foto therapi,
indikasi :
• BB < 1000 gr foto therapi dimulai

dlm umur 24 jam


• BB 1000-1500 gr apabila bil.total
7-9 gr/dl
• BB 1500-2000 gr, apabila bil.tot
10-12 gr/dl
• BB > 2500 gr dan bayi dalam

keadaan sakit bil.total 12 – 15


gr/dl
FOTO THERAPI PADA BAYI ATERM &SEHAT
 Indikasi
Umur ( jam ) Dipertimbangkan Foto therapi TT jika FT
FT gagal

≤ 24 jam - - -

25 – 48 jam Bil. Tot ≥ 12 bil. Tot ≥ 15 Bil Tot ≥ 20

49 – 72 jam Bil. Tot ≥ 15 bil. Tot ≥ 18 Bil Tot ≥ 25

> 72 jam Bil. Tot ≥ 17 bil. Tot ≥ 20 Bil Tot ≥ 25


PENATALAKSANAAN

Kriteria alat foto terapi


1. Menggunakan panjang gelombang 425 –
475 nm
2. Cahaya diberikan pada jarak 35 – 50 cm
di atas bayi
3. Jumlah bola lampu yang digunakan
berkisar antara 6-8 buah
PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI

Persiapan Unit
1. Hangatkan ruangan sehingga suhu
dibawah lampu 280 c – 300c
2. Pastikan semua lampu menyala
3. Ganti lampu yang sudah rusak
4. Catat tgl penggantian tabung dan lama
penggunaan lampu
5. Ganti lampu setelah 2000 jam atau
setelah 3 bulan
PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI
Pemberian terapi sinar
1. Tutupi mata bayi dgn penutup

2. Tempatkan bayi di bawah sinar lampu dalam


keadaan telanjang kecuali daerah genitalia
3. Balikkan bayi setiap 3 jam

4. Motivasi ibu utk menyusui

5. Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi


sinar dan buka tutup mata
6. Tingkatkan kebutuhan cairan 10%

7. Monitor BAB, BAK

8. Monitoring suhu tiap 3 jam

9. Monitoring sianosis pd bayi yg mendapat th/


oksigen
10. Ukur kadar bilirubin tiap 24 jam kec. Kasus khusus
11. Hentikan terapi sinar bila kadar serum < 10 utk
bayi dgn BB normal
12. Setelah terapi sinar dihentikan :observasi bayi dlm
24 jam dan ulang pemeriksaan bilirubin
13. Bila kadar bilirubun naik setelah 24 jam maka
berikan kembali terapi sinar
14. Bila terapi sdh tdk diperlukan dan bayi sdh mau
minum pulangkan
15. Berikan edukasi kepada orang tua
KAPAN FOTOTERAPI HARUS DIHENTIKAN?
Bergantung kepada:
 usia bayi dan JIKA Bil Total < 10 mg%

 Penyebab hiperbilirubinemia

 Jika fototerapi tidak berhasil menurunkan


kadar bil < 10 mg%

 TRANSFUSI TUKAR
TRANFUSI TUKAR (EXCHANGE TRANFUSI )
 Indikasi
• Bayi dengan hemolitik
 Rhesus tidak sesuai
o FT secepat mungkin
o Tranfusi ganti bila Bil.tot mencapai 20 mg/
dl
• ABO inkompatibilitas
 FT jika dalam :
o 12 jam Bil.tot. 10 mg/dl
o 18 jam Bil.tot. 12 mg/dl
o 24 jam bil tot. 15 mg/dl
 TT bila bil.tot. 20 mg/dl
TRANSFUSI TUKAR

Volume Ganda
Transfusi Tukar
2 X 85 mL/ kg

Partially packed
Red Blood Cells Produk sisa
TRANSFUSI TUKAR - KOMPLIKASI
 Gagal jantung
 Hipoglikemia metabolik, hiperkalemia,
hipokalsemia, toksisitas sitrat
 Emboli udara
 Trombositopenia
 Sepsis bakteri
 Penyakit virus yang ditularkan melalui transfusi
 Enterokolitis nekrotikans
 Trombosis vena portal
Angka kematian/gejala sisa menetap 1-12%
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
 Riwayat penyakit sama pada anak sebelumnya
 Riwayat mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu
baik dari dokter maupun yang di beli sendiri
 Riwayat kontak denagn penderita sakit kuning
 Riwayat operasi empedu
 Riwayat mendapatkan suntikan atau transfusi darah.
 Riwayat gangguan hemolissi darah (ketidaksesuaian
golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar.
 Ibu dengan DM
LANJUTAN
2. Pemeriksaan Fisik
 Derajat ikterus
 Tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris,
jari tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan
termasuk pemeriksaan organ hati
 Pembesaran limpa (splenomegali)
 Pelebaran kandung empedu dan masa abdominal
 kulit berwarna merah tua
 Urine pekat warna the
 Letargi
 Hipotonus
 Reflek menghisap kurang/lemah
 Peka rangsang
 Tremor
 Kejang
 Tangisan melengking.
LANJUTAN

3. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial antara lain dampak sakit
pada anak hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, merasa bonding,
perpisahan dengan anak.
4. Laboratorium
 pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya Rh
darah ibu dan janin berlainan
 kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5 mg/dl,
premature lebih dari 15 mg/dl
 Lakukan tes Comb.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurangnya volume cairan berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake cairan,
fototerapi
 Tujuan: Intake Cairan adekuat.
 Intervensi:
a. Berikan cairan sesuai kebutuhan
b. Pantau turgor kulit
c. Pantau intake out put
d. Hitung kebutuhan cairan ditambah
dengan 10 % karena pemakaian foto
therapi
LANJUTAN

2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan integritas kulit


berhubungan dengan hiperbilirubinemia .
 Tujuan: Keutuhan kulit bayi bisa dipertahankan

 Intervensi:
a. Kaji warna kulit tiap 8 jam
b. Pantau bilirubin total,direk dan indirek
c. Rubah posisi setiap 2 jam
d. Masase daerah yang menonjol
e. Jaga kebersihan kulit dan kelembabannya

LANJUTAN

3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan parenting


berhubungan dengan pemisahan
 Tujuan:
a. Orang tua dan bayi menunjukkan tingkah laku
“Attachment”
b. Orang tua dapatmengekspresikan ketidak meng
ertian proses bonding
 Intervensi:
a. Bawa bayi ke ibu untuk disusui
b. Buka tutup mata saat disusui untuk stimulasi social
dengan ibu
c. Anjurkan orang tua untuk mengajak bicara anak nya
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila
memungkinkan
e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi trauma berhu
bungan dengan efek fototerapi.
 Tujuan: Neonatus akan berkembang tanpa disertai
tanda-tanda gangguan akibat fototerapi.
 Intervensi:
a. Tempatkan neonatus pada jarak 35-50 cm dari
sumber cahaya
b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali
mata dan daerah genital serta bokong ditutup
dengan kain yang dapat memantulkan cahaya
c. Usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung
dan bibir
e. Buka penutup mata untuk mengkaji adanya
konjungtivitis tiap 8 jam
f. Buka tutup mata setiap akan disusukan
g. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan
perawatan
LANJUTAN

5. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan meningkat


berhubungan dengan terapi yang diberikan pada
bayi
 Tujuan: Orang tua mengerti tentang perawatan,
dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk
menyampaikan pada tim kesehatan.
 Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga klien
b. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari
kuning, proses terapi dan
perawatannya.
c. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan bayi di rumah
6. Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi trauma
berhubungan dengan transfusi tukar.
 Tujuan: Transfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
 Intervensi:
a. Catat kondisi umbilical jika vena umbilical yang
digunakan
b. Basahi umbilical dengan NaCl selama 30 menit
sebelum melakukan tindakan
c. Neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan
d. Pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu
dan Rh serta darah yang akan ditransfusikan
adalah darah segar
e. Pantau tanda-tanda vital, selama dan sesudah
transfusi
f. Siapkan suction bila diperlukan
g. Amati adanya gangguan cairan elektrolit; apnoe,
bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan
laboratorium sesuai program
EVALUASI

• Tidak terjadi kern ikterus pada neonatus


• Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil
dalam batas normal
• Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi
terpelihara
•Integritas kulit baik/utuh
• Bayi menunjukkan partisipasi terhadap
rangsangan visual
• Terjalin interaksi bayi dan orang tua.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai