Anda di halaman 1dari 52

CEDERA KEPALA BERAT PADA Putri Chairunnisa,SKed

KEHAMILAN Pembimbing:
dr. Farida, Sp.S(K)
PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan penyebab utama kematian di Amerika Utara pada individu
berusia antara 1 sampai 45 tahun.
Manajemen cedera pada pasien hamil tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan
pasien yang tidak hamil. Akan tetapi pada pasien hamil, harus memperhitungkan
keselamatan ibu serta keselamatan janin yang dikandungnya.
Akan tetapi, jika kondisi pasien memburuk, keselamatan ibu merupakan prioritas
utama
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny Y
Usia : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Aceh Selatan
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No CM : 1-15-88-33
Tanggal Masuk : 22 Januari 2018
Tanggal Periksa : 25 Januari 2018
ANAMNESIS
Keluha utama :
Penurunan kesadaran

Keluhan tambahan :
Nyeri kepala hebat
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien rujukan RS. Tapaktuan dengan Setelah terjadi kecelakaan, pasien


penurunan kesadaran pasca kecelakaan kehilangan kesadaran disertai keluarnya
lalulintas yang dialami pasien sekitar 16 darah dari telinga dan muntah yang
jam SMRS. bercampur darah.

Pasien saat ini sedang hamil anak ke-3 Saat ini pasien sudah mulai sadar dan
dengan usia kehamilan 24 minggu. mengeluhkan sakit kepala hebat. Pasien
juga mengeluhkan rasa mual.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat asma, diabetes mellitus, hipertensi, dan alergi
sebelumnya. Selama hamil pasien tidak pernah mengeluhkan adanya
kelainan. Pasien biasa kontrol kehamilan di bidan dan puskesmas.
ANAMNESIS
Riwayat Penggunaan Obat:
Pasien tidak sedang mengonsumsi obat.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, stroke dan penyakit kronik lainnya dalam
keluarga disangkal.
ANAMNESIS
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga. Riwayat merokok disangkal. Riwayat
minum minuman keras disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang
seperti ganja, sabu, kokain dan golongan NAPZA lainnya disangkal.

Riwayat Persalinan:
Abortus
Laki-laki, usia 8 tahun, lahir pervaginam di bidan
Perempuan, usia 6 tahun, lahir pervaginam di bidan
Hamil saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Buruk
Kesadaran : E2 M5 V2
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 83 kali/ menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 37,0 0C

Keadaan Gizi : Sesuai masa kehamilan


PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : cepat kembali
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada
Anemia : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Bentuk: normocephali, ditutup verban
Wajah : kesan simetris, edema dan deformitas tidak dijumpai
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-),
berair (-/-), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm, RCL (+/+), dan RCTL (+/+)
Telinga : darah dari liang telinga (+/+), berair (-/-)
Hidung : sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum (-)
Mulut : sulit dinilai, bibir pucat dan kering tidak dijumpai, sianosis tidak dijumpai,
mukosa pipi licin
Tonsil : sulit dinilai
Faring : sulit dinilai
PEMERIKSAAN FISIK
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran KGB
Palpasi : TVJ (N) R-2 cm H2O

Thoraks
Inspeksi
Statis : simetris, bentuk normochest
Dinamis :simetris, pernafasan throrakoabdominal, retraksi
suprasternal dan retraksi interkostal tidak dijumpai.
PEMERIKSAAN FISIK
Paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris Simetris
Kanan Simetris Simetris
Stem fremitus normal, Stem fremitus normal,
Kiri
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Palpasi
Stem fremitus normal, Stem fremitus normal,
Kanan
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Kiri Sonor Sonor
Perkusi
Kanan Sonor Sonor
Nafas utama : vesikuler Nafas utama : vesikuler
Nafas tambahan : Nafas tambahan :
Kiri
Wheezing (-), Wheezing (-),
Ronki (-) Ronki (-)
Auskultasi
Nafas utama : vesikuler Nafas utama : vesikuler
Nafas tambahan : Nafas tambahan :
Kanan
Wheezing (-), Wheezing (-),
Ronki (-) Ronki (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Atas : ICS II sinistra
Kiri : ICS Vlinea midclavicularis sinistra
Kanan : ICS V di linea parasternal dekstra
Auskultasi : BJ I > BJ II normal, irreguler, murmur tidak dijumpai
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, besar sesuai masa kehamilan, TFU diatas simfisis pubis,
keadaan di dinding perut: jejas, striae alba, kaput medusa, pelebaran vena, kulit kuning,
gerakan peristaltik usus, dinding perut tegang, darm steifung, darm conture, dan pulsasi
pada dinding perut tidak dijumpai
Auskultasi: Peristaltik usus normal, defans muscuar (-), bruit dan thrill (-)
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai
 Hepar : Tidak teraba
 Lien : Tidak teraba
 Ginjal : Ballotement (-/-)

Perkusi : Batas paru-hati relatif di ICS V, suara timpani di semua lapangan abdomen.
PEMERIKSAAN FISIK
Genitalia
Tidak ditemukan adanya perdarahan dari jalan lahir.

Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan

Tulang belakang
Simetris, nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
STATUS NEUROLOGIS
GCS : E2 M4 V2
Pupil : Isokor (3 mm/3 mm),
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+/+)
Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-)
Laseque : Negatif
Kernig : Negatif
Kaku Kuduk : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
STATUS NEUROLOGIS
Kelompok Sensoris:
1. Nervus I (fungsi penciuman) Sulit dinilai
2. Nervus II
-Tajam penglihatan Sulit dinilai
-Lapangan pandang Sulit dinilai
-Fundus okuli Tidak dilakukan
-Pengenalan warna Sulit dinilai
3. Nervus V (fungsi sensasi wajah) Sulit dinilai
4. Nervus VII (fungsi pengecapan 2/3 anterior Sulit dinilai
lidah)
5. Nervus VIII (fungsi pendengaran dan Sulit dinilai
keseimbangan)
6. Nervus IX (pengecapan 1/3 posterior lidah) Sulit dinilai
7. Eksoftalmus - -
8. Pandangan ganda Sulit dinilai Sulit dinilai
Nervus III, IV, VI (gerakan
Kanan Kiri
okuler)
Pergerakan bola mata :

STATUS NEUROLOGIS
1. Lateral Sulit dinilai Sulit dinilai
2. Atas Sulit dinilai Sulit dinilai
3. Bawah Sulit dinilai Sulit dinilai
4. Medial Sulit dinilai Sulit dinilai
5. Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai

Nervus III (otonom) Kanan Kiri Kelompok Motorik:


1. Ukuran pupil 3 mm 3 mm Nervus V (fungsi motorik)
2. Bentuk pupil bulat bulat
3. Refleks cahaya langsung + + 1. Membuka mulut Sulit dinilai
4. Refleks cahaya tidak + + 2. Menggigit dan mengunyah Sulit dinilai
langsung Nervus VII (fungsi motorik) Kanan Kiri
5. Nistagmus - -
1. Mengerutkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai
6. Strabismus - - 2. Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai
7. Eksoftalmus - - 3. Menggembungkan pipi Sulit dinilai Sulit dinilai
8. Pandangan ganda Sulit dinilai Sulit dinilai 4. Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai
Nervus III, IV, VI (gerakan 5. Sudut bibir Sulit dinilai Sulit dinilai
Kanan Kiri
okuler)
Pergerakan bola mata :
1. Lateral Sulit dinilai Sulit dinilai Nervus IX & X (fungsi motorik) Kanan Kiri
2. Atas Sulit dinilai Sulit dinilai
3. Bawah Sulit dinilai Sulit dinilai 1. Bicara Sulit dinilai Sulit dinilai
4. Medial Sulit dinilai Sulit dinilai 2. Menelan Sulit dinilai Sulit dinilai
5. Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
Nervus XI (fungsi motorik)

1. Mengangkat bahu Sulit dinilai Sulit dinilai


Kelompok Motorik: 2. Memutar kepala Sulit dinilai Sulit dinilai
Nervus V (fungsi motorik)
Nervus XII (fungsi motorik)
BADAN
Motorik
Gerakan respirasi : Thorako Abdominalis
Bentuk columna vertebralis : Simetris
Gerakan columna vertebralis : Kesan simetris
Sensibilitas
Rasa suhu : sulit dinilai
Rasa nyeri : sulit dinilai
Rasa raba : sulit dinilai
ANGGOTA GERAK ATAS
Motorik
Pergerakan : (+/+)
Kekuatan : 5555/5555
Tonus : N/N
Atrofi : -/-
Gerakan Infolunter : -/-

Refleks Fisiologis
Biceps : (+/+)
Triceps : (+/+)
ANGGOTA GERAK BAWAH
Motorik Reflek Patologis
Pergerakan : (+/+) Babinski : (-/-)
Kekuatan : 5555/5555 Chaddok : (-/-)
Tonus : N/N Gordon : (-/-)
Atrofi : -/-
Oppenheim : (-/-)
Gerakan Involunter : -/-
Tromner : (-/-)
Refleks Fisiologis
Hoffman : (-/-)
Patella : (+/+)
Achilles : (+/+)
ANGGOTA GERAK BAWAH
Klonus Sensibilitas
Paha : (-/-) Rasa suhu : sulit dinilai
Kaki : (-/-) Rasa nyeri : sulit dinilai
Tanda Laseque : (-/-) Rasa raba : sulit dinilai
Tanda Kernig : (-/-)
GERAKAN INVOLUNTER
Tremor : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
Chorea : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
Atetosis : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
Myocloni : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
Spasme : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
Fungsi Vegetatif Koordinasi dan Keseimbangan
Miksi : menggunakan kateter Cara berjalan : sulit dinilai
Defekasi : dalam batas normal Romberg test : sulit dinilai
Tes Finger to finger : sulit dinilai
Tes finger to nose : sulit dinilai
Pronasi-supinasi : sulit dinilai
MCV 92 80-100 fL

PEMERIKSAAN PENUNJANG MCH


MCHC
33*
35
27-31
32-36
Pg
%
LED 30* <15 mm/jam
Eosinofil 0 0-6 %

Jenis Tanggal Nilai Basofil 0 0-2 %


Satuan
Pemeriksaan 22-01-2018 Rujukan Neutrofil
0* 2-6 %
Hemoglobin 9,1* 14,0-17,0 g/dL Batang

Hemotokrit 26* 45-55 % Neutrofil


88* 50-70 %
3 3 Segmen
Eritrosit 2,8 4,7-6,1 10 /mm
Leukosit 11,6 4,5-10,5 103 /mm3 Limfosit 7* 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Trombosit 215 150-450 103 /mm3
Natrium (Na) 136 132-146 mmol/L
MCV 92 80-100 fL
Kalium (K) 3,5* 3,7-5,4 mmol/L
MCH 33* 27-31 Pg
Klorida (Cl) 108* 98-106 mmol/L
MCHC 35 32-36 % GDP 106 60-110 mg/dL
LED 30* <15 mm/jam Ureum 17 13-43 mg/dL
Eosinofil 0 0-6 % Kreatinin 0,42* 0,51-0,95 mg/dL

Basofil 0 0-2 %

Neutrofil
PEMERIKSAAN CT SCAN

• Perdarahan subarachnoid mengisi


fissura sylvii kanan dan sulci lobus
frontotemporal kanan
• Kontusio cerebri di lobus temporal
kanan
• Edema cerebri
• Fraktur os temporal kiri dan mastoid
kiridisertai hematomastoid kiri dan
hematosinus sphenoid
• Subgaleal hematoma regio
temporoparietal kiri
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Riwayat penurunan kesadaran dan nyeri kepala hebat
Diagnosis Topis : Intrakranial
Diagnosis Etiologis : Cedera kepala berat
Diagnosis Patologis : Contusio Serebri
Edema Serebri
Sub Arachnoid Hemorrhage
Diagnosis Sekunder : G4P2A1, Hamil 5 bulan
TERAPI
Terapi Supportif Terapi Medikamentosa
•O2 2-4 liter/i •IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
•Pemantauan denyut jantung janin •Nimodipine 6x60mg dimulai dari hari
berkala ke-4
•Pemasangan NGT dan pemantauan •Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
residu
•Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
•Inj. Omeprazol 40 mg/12 jam
•Paracetamol 4x500 mg
•Sukralfat syr 4x15 cc via NGT
PROGNOSIS
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 29 tahun dengan riwayat penurunan
kesadaran pasca kecelakaan lalu lintas.
Pasien sedang hamil anak ke-3 dengan usia kehamilan 22-23 minggu. Penurunan
kesadaran dialami pasien sejak 16 jam SMRS ketika pasien ditabrak oleh mobil
ketika mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm.
Pasien juga dilaporkan keluar darah dari liang telinga, keluhan muntah disertai darah
juga dilaporkan.
Ketika dilakukan pemeriksaan di IGD, didapatkan GCS pasien E2 M4 V2.
Dari pemeriksaan motorik tidak ditemukan adanya tanda-tanda kelemahan.
Pasien selanjutnya didiagnosa dengan cedera kepala berat.
PEMBAHASAN

Ketika dilakukan pemeriksaan di IGD,


didapatkan GCS pasien E2 M4 V2.

Secara umum, cedera kepala dapat


diklasifikasikan menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS). Hasil pemeriksaan GCS
dengan skor 13 - 15 merupakan cedera kepala
ringan, 9 - 12 cedera kepala sedang, dan
dibawah 8 merupakan cedera kepala berat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, diketahui bahwa mekanisme
cedera yang dialami oleh pasien berupa trauma
langsung pada kepala yang mengenai aspal. Cedera
kepala dapat mengenai organ dibawahnya, berupa
lapisan meningen maupun otak itu sendiri.

Cedera kepala primer terjadi muncul ketika terjadinya


trauma. Mekanisme cedera yang paling umum meliputi
cedera langsung, akselerasi/deselerasi, trauma tembus,
dan trauma akibat ledakan. Meskipun terdapat berbagai
macam mekanisme penyebab terjadinya cedera,
semuanya disebabkan oleh gaya mekanis eksternal yang
dihantarkan ke intrakranial.
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan CT scan didapatkan adanya
perdarahan subarachnoid yang mengisi fissura sylvii
kanan dan sulkus lobus frontotemporal kanan. Selain
itu juga ditemukan adanya kontusio serebri di lobus
temporal kanan disertai edema serebri.

Berdasarkan analisa sebab akibat antara keadaan klinis


pasien dengan temuan CT scandiketahui bahwa
penurunan kesadaran diakibatkan oleh kerusakan dari
kortek serebri. Muntah disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra kranial. Perdarahan pada telinga kanan
yang disebabkan oleh fraktur pada tulang mastoid.
PEMBAHASAN
Cedera kepala juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
ekstra-aksial yang disebabkan oleh distribusi cedera yang
mengenai calvaria maupun lapisan meningen. Keadaan ini terdiri
dari pendarahan epidural, subdural, dan subarachnoid.
PEMBAHASAN
EDH
Perdarahan epidural (EDH) disebabkan oleh robeknya arteri meningeal
media, dan hampir selalu berkaitan dengan fraktur tengkorak.
PEMBAHASAN
SDH
Perdarahan subdural (SDH) disebabkan oleh kerusakan bridging vein, yang
mengalir sinus vena dura.
PEMBAHASAN
SAH
Perdarahan subarachnoid (SAH) terjadi akibat gangguan robekan pembuluh darah
kecil yang biasanya terjadi pada sylvian fissures dan interpeduncular cisterns.
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan CT scan
didapatkan adanya perdarahan
subarachnoid yang mengisi fissura
sylvii kanan dan sulkus lobus
frontotemporal kanan.

Temuan ini sesuai dengan temuan pada


pasien dengan SAH dimana terdapat
robekan pembuluh darah kecil yang
biasanya terjadi pada sylvian fissures
dan interpeduncular cisterns.
PEMBAHASAN

Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan

Pentingnya mengetahui riwayat penggunaan obat


pada pasien dengan cedera kepala adalah
adanya kepentingan klinis dalam upaya
pencegahan terjadinya koagulopati. Koagulopati
juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat seperti
warfarin atau antiplatelet.
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien ini


didapatkan hemoglobin pasien sebesar 9,1 g/dl. Keadaan ini
menunjukkan keadaan anemia ringan. Pasien juga dalam
keadaan hypokalemia dengan kadar kalium 3,5 mmol/L

Meskipun dalam beberapa konsensus melaporkan bahwa kadar


hemoglobin pada pasien yang hamil lebih rendah jika
dibandingkan wanita tidak hamil, kadar hemoglobin pada
pasien ini tergolong rendah dan masuk kedalam kriteria anemia
ringan.
Penting untuk dilakukan pemeriksaan status metabolic sesuai
litelatur untuk mencegah terjadinya cedera kepala sekunder.
PEMBAHASAN
Cedera kepala sekunder merupakan suatu kaskade mekanisme cedera molekuler
yang dimulai ketika terjadi cedera kepala primer dan berlanjut selama berjam-jam
atau berhari-hari. Mekanisme ini meliputi:

• Neurotransmitter-mediated excitotoxicity yang menyebabkan cedera pada


membran sel.
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Disfungsi mitokondria
• Respon inflamasi
• Apoptosis
• Iskemia sekunder akibat vasospasme, oklusi mikrovaskular fokal, dan
cedera vaskular
PEMBAHASAN
Aspek penting dalam memperbaiki cedera kepala sekunder adalah dengan
menghindari kerusakan otak lebih lanjut, seperti pencegahan hipotensi dan
hipoksia yang menurunkan substrat oksigen dan glukosa ke otak. Selain itu,
demam dan kejang yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolic. Adanya
hiperglikemia yang dapat memperburuk mekanisme cedera juga merupakan
fokus tatalaksana selain penanganan dari penyebab cedera.
PEMBAHASAN

Pada pasien ini mendapatkan terapi oksigen


sebanyak 2-4 liter per/menit. Selain itu, pasien
juga mendapatkan antibiotik serta PPI dan H2-
Antagonist.

Pemberian oksigen pada pasien dengan cedera


kepala berat bertujuan untuk mencegah hipoksia.
Pemberian PPI dan H2-Antagonist pada pasien
trauma berat merupakan suatu kaidah dasar dalam
pencegahan terjadinya stress ulcer. Hipoksia dan
juga hipotensi merupakan dua permasalahan
sistemik penyebab utama cedera kepala sekunder.
PEMBAHASAN
Selain dapat menyebabkan terjadinya cedera kepala sekunder, pasien dengan SAH
juga dapat mengalami vasospasme simtomatik. Vasospasme disebabkan oleh
penekanan pembuluh darah akibat penumpukan darah didalam ruang sub arachnoid,
sehingga mengganggu aliran darah otak.
Setengah dari semua pasien SAH yang mengalami vasospasme akan menyebabkan
iskemia serebral yang berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Dalam beberapa literature, disebutkan bahwa pasien yang memiliki risiko
vasospasme simtomatik dapat dicegah menggunakan agen calcium chanel blocker.
PEMBAHASAN

Pada pasien ini diberikan nimodipine per oral


sebanyak 60 mg setiap 4 jam.

Pemberian nimodipine bertujuan untuk mencegah


terjadi vasospasme.. Pemberian nimodipine dimulai
pada hari ke-4 setelah kejadian dan dilanjutkan hingga
hari ke-21. Jika pemberian agen ini tidak mengurangi
gejala, maupun gejala pasien menjadi lebih berat,
dapat dipertimbangkan tatalaksana endovaskular
berupa transluminal balloon angioplasty atau intra-
arterial vasodilators.
PEMBAHASAN

Pasien ini datang dalam keadaan hamil 23-24 minggu. Ketika


dilakukan pemeriksaan oleh ahli obstetri diketahui bahwa
janin masih hidup yang ditandai dengan adanya denyut
jantung janin.

Penatalaksaan pada pasien dengan cedera pada kehamilan,


terutama cedera kepala, memiliki manajemen yang sedikit
berbeda. Pasien dengan cedera kepala selama kehamilan,
terlepas seberapa beratnya cedera tersebut, dapat
mengancam keselamatan ibu maupun janinnya. Risiko
tersebut diakibatkan oleh konsekuensi sistemik dan serebral
akibat peningkatan tekanan intrakranial, hipotensi, atau
anemia.
PEMBAHASAN
Pasien hamil dengan cedera kepala memiliki peningkatan risiko
fethal distress.
Jika ditemukan adanya fethal distress, sebaiknya dilakukan
persalinan segera dimana direkomendasikan dengan sectio
caesarea.
KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 29 tahun dengan riwayat penurunan
kesadaran pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien sedang hamil anak ke-4 dengan usia
kehamilan 22-23 minggu.
Penurunan kesadaran dialami pasien sejak 16 jam SMRS ketika pasien ditabrak oleh
mobil ketika mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm.
Pada pasien cedera kepala berat dengan kehamilan, terdapat perbedaan manajemen
tatalaksana.
Perbedaan tersebut harus menimbang akan keselamatan ibu serta janinnya.
Diperlukan pemantauan tanda vital yang ketat agar tidak memperberat keadaan
pasien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai