Anda di halaman 1dari 28

PENANGANAN PASIEN

KRITIS

LISTIYANI
110.2012.145
KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI
RSUD ARJAWINANGUN
PENDAHULUAN

Pasien-pasien yang sakit kritis memiliki angka kesakitan


dan kematian yang tinggi. Pengenalan dan penanganan
tepat pasien-pasien tersebut secara dini akan membantu
meminimalkan perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan
kesempatan untuk pulih.
DEFINISI

Sakit kritis adalah proses semua penyakit yang


menyebabkan ketidakstabilan fisiologis yang mengarah
ke disabilitas/kecacatan atau kematian dalam beberapa
menit atau beberapa jam.
Pasien yang sakit kritis adalah pasien yang memiliki
salah satu risiko besar akan kematian; keparahan
penyakit harus dideteksi sejak awal dan mengambil
langkah yang tepat dalam menilai, mendiagnosis serta
penatalaksanaanya.
• Pasien kritis menurut AACN (American Association of
Critical Nursing) didefinisikan sebagai pasien yang
berisiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual ataupun
potensial yang mengancam jiwa. Semakin kritis sakit
pasien, semakin besar kemungkinan untuk menjadi
sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, membutuhkan
terapi yang intensif dan asuhan keperawatan yang teliti
ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah bangsal rumah sakit


yang menyediakan perawatan intensif untuk pasien
yang dalam kondisi kritis mengancam hidup yang
bertujuan untuk menunjang fungsi-fungsi vital.
Organisation and management of critical care, 2010:

Area khusus untuk mengelola pasien yang kritis kritis


mencegah perburukan yang akan datang, dengan
memberikan perawatan berkualitas tinggi, di mana semua
perangkat pemantauan dan terapeutik segera tersedia,
bersamaan dengan tim profesional, multidisiplin, dan
profesional sangat khusus.
ICU dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk
merawat dan mengobati pasien kritis atau yang
mengalami disfungsi satu organ atau lebih akibat
penyakit berat yang mengancam nyawa atau komplikasi
yang masih ada harapan hidupnya (reversible).
ICU
TUJUAN PELAYANAN ICU

• Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya


kematian atau cacat.
• Mencegah terjadinya penyulit
• Menerima rujukan dari level yang lebih rendah &
melakukan rujukan ke level yang lebih tinggi
• Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
• Mengurangi angka kematian pasien kritis dan
mempercepat proses penyembuhan pasien
INDIKASI MASUK ICU

Pasien yang Pasien sakit


memerlukan kritis yang
pengelolaan fungsi memerlukan
Pasien yang sistem organ tubuh pemantauan
memerlukan secara terkoordinasi kontinyu dan
intervensi medis dan berkelanjutan tindakan segera
segera oleh Tim sehingga dapat untuk mencegah
intensive care. dilakukan timbulnya
pengawasan yang dekompresi
konstan terus– fisiolog
menerus dan metode
terapi titrasi.
TINGKAT PRIORITAS PASIEN

Prioritas 1 :
Merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan
ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dll.
Prioritas 2 :
Memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU.
Jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi
intensif segera dengan menggunakan metode seperti
pulmonary arterial catheter.
Prioritas 3 :
Sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya sangat
mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU
KONTRAINDIKASI MASUK ICU

Kontraindikasi yang mutlak tidak boleh masuk ICU


adalah pasien dengan penyakit yang sangat menular,
misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang
masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai riwayat
penyakit menular.
TINGKAT PERAWATAN
PASIEN SAKIT KRITIS
Tingkat 0
 Pasien-pasien stabil yang kebutuhannya dapat dipenuhi
oleh perawatan di bangsal rutin

Tingkat 1
 Pasien yang kondisinya berisiko memburuk dan
memerlukan observasi klinis secara cermat yang dapat
dilakukan di bangsal umum
 Pasien yang baru-baru ini direlokasi dari tingkat
perawatan yang lebih tinggi yang kebutuhannya dapat
dipenuhi dengan anjuran dan dukungan dari tim
perawatan klinis
Tingkat 2 (HCU)
 Pasien yang memerlukan pemantauan yang lebih
mendetail (missal tekanan darah arteri invasif, CVP)
 Bantuan untuk kegagalan sistem organ tunggal,
termasuk ventilasi tekanan positif non-invasif
 Pasien-pasien pasca operasi tertentu (misal setelah
operasi besar pada pasien-pasien berisiko tinggi)
 Pasien yang baru pindah dari perawatan tingkat 3
Tingkat 3 (ICU)
 Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut
(intubasi trakea dan ventiasi mekanis)
 Pasien-pasien dengan MOFS (multiple organ failure
syndrome)
Contoh kondisi pasien sebagai
indikasi masuk ke ICU
• Ancaman/kegagalan sistem pernafasan: Gagal nafas,
impending gagal nafas.
• Ancaman/kegagalan sistem hemodinamik: Shock
• Ancaman/kegagalan sistem syaraf pusat: Stroke,
penurunan kesadaran.
• Overdosis obat, reaksi obat dan intoksikasi: Depresi
nafas
• Infeksi berat : sepsis
PENGELOLAAN PASIEN
INDIKASI KELUAR ICU

• Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup


stabil.
• Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada
pasien dan pada saat itu pasien tidak menggunakan
ventilator.
• Pasien mengalami mati batang otak.
• Pasien mengalami stadium akhir
• Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU
(pulang paksa)
• Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat
mau masuk ICU dan tempat penuh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Herkuanto. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat darurat, Majalah


Kedokteran Indonesia, Volime:57, No:2, Februaru 2007.
2. Glarum J, Birov D, Cetaruk E, MD. Hospital emergency Respone
Teams. United states of America : Elsevier, 2010.
3. Direktorat jendral bina upaya kesehatan, Departemen Kesehatan
RI, Pelayanan HCU. Jakarta; DepKes RI, 2011.
4. Direktorat jendral bina upaya kesehatan, Departemen Kesehatan
RI, Pelayanan ICU. Jakarta; DepKes RI, 2011.
5. Mangku G., Senapathi TGA., Buku Ajar Ilmu Anestesia dan
Reaminasi. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang; 2010
6. Penanganan pasien kritis, available at
http://eprints.undip.ac.id/46236/3/.pdf. Diunduh tanggal 2 Maret
2018
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai