Anda di halaman 1dari 27

Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular


langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru. Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya termasuk
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
1. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan paru (parenkim paru) tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan
hasil pemeriksaan dahak, menurut Depkes RI
(2008), TBC paru dibagi dalam :
• Tuberkulosis Paru BTA Positif
• Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Cont..
2. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium) kelenjar
lymfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin dan lain-lain.
TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakit yaitu :

• .Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan


• Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Faktor Penyebab Penyakit
Tuberkulosis
• Kuman Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis)
yang sebagian kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain
• Pathogenesis Tuberkulosis
Infeksi Primer
Tuberkulosis Pasca Primer
Gejala tuberkulosis
1. Gejala Umum
• Demam tidak terlalu tinggi yang
berlangsung lama
• Penurunan nafsu makan dan berat badan
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu
(dapat disertai dengan darah).
cont
2. Gejala Khusus
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang
menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-
paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
Pemeriksan Laboratorium Tuberkulosis

1. Bahan Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboraiorium tuberkulosis
ada beberapa macam bahan pemeriksaan yaitu :
• Sputum (dahak)
• Air kuras lambung
• Bahan-bahan lain, misalnya nanah, cairan
cerebrospinal, cairan pleura, dan usapan
tenggorokan.
Cara Pemeriksaan Laboratorium
• Mikroskopik
• Mikroskopik
• Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan
anti tuberkulosis
Diagnosis Penyakit Tuberkulosis

1. Diagnosis Tuberkulosis pada Orang Dewasa


Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan 3
spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) yaitu:
a. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita pertama kali
berkunjung ke tempat pengobatan dan dicurigai menderita TBC.
b. Pagi (P): pengambilan dahak pada keesokan harinya, yaitu pada pagi
hari segera setelah bangun tidur.
c. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita mengantarkan
dahak pagi ke tempat pengobatan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila sekurang-


kurang 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya positif. Bila hanya 1
spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu
foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Bila hasil
rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis menderita TBC
BTA positif, namun bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka
pemeriksaan dahak SPS diulangi. Apabila fasilitas memungkinkan,
maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan/kultur.
2. Diagnosis Tuberkulosis pada Anak-Anak
• Uji Tuberkulin (Mantoux)
• Reaksi Cepat BCG
• Foto Rontgen dada
Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis

• Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) yang


ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Pada waktu berbicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percian dahak) besar (>100 µ) dan kecil (1-
5 µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang
kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang
rentan.
• Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari
paru ke bagian tubuh lainnya, melalui saluran peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Faktor Risiko Tuberkulosis
1. Faktor Predisposisi
• Umur.
• Pendidikan dan Pengetahuan
• Perilaku
• Kontak Penderita
2. Faktor Pendukung
• Kepadatan Hunian
• Pencahayaan
• Ventilasi dan Kelembaban Udara
Tatalaksana Terapi Penyakit
Tuberkulosis
• Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
– Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
– Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua kategori ini,
disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
– Kategori Anak: 2HRZ/4HR 30 Paduan OAT kategori 1 dan kategori 2
disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap
(OAT-KDT), yang terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan penderita.
• Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket
untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan
Paduan OAT Anak
Pengobatan TBC pada anak dibagi dalam 2 tahap
yaitu tahap intensif, selama dua bulan pertama. Pada
tahap intensif, diberikan minimal tiga macam obat,
tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat
ringannya penyakit. Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan
selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis
dan berat ringannya penyakit.
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh
Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
adalah kategori anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR
dan kategori anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-
10HR.
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
1. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan
apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa sakit di
dada dan kesukaran bernafas segera dibawa ke
puskesmas atau ke rumah sakit.
2. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan
apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa sakit di
dada dan kesukaran bernafas segera dibawa ke
puskesmas atau ke rumah sakit.
3. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus
diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena
vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang
amat bagus.
Kasus
“Penatalaksanaan Holistik pada Laki-laki Usia 27 Tahun dengan
Gagal Pengobatan Tuberkulosis Paru”

• Subjek
Pada awal pengobatan pasien, Tn. N, 27 tahun, datang diantar oleh
kakaknya, Ny. A, dengan keluhan sesak napas dan batuk selama lebih
dari 1 bulan yang tidak kunjung sembuh, batuk dirasakan semakin
memberat pada malam hari dan berdahak pada pagi harinya berwarna
putih kental dan sulit dikeluarkan. Keluhan batuk berdarah disangkal.
Pasien juga mengeluhkan batuknya yang disertai demam yang tidak
terlalu tinggi dan berkeringat pada malam hari. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan yang menurun sehingga pasien merasa
lemas dan mengalami penurunan berat badan.
Pasien menyangkal pernah kontak dengan penderita seperti ini
sebelumnya. Kemudian pasien diminta untuk melakukan tes BTA dan
didapatkan hasil +3. Setelah pasien dijelaskan mengenai penyakit TB,
pasien mulai melakukan pengobatan pada bulan November 2015.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan
didapatkan keadaaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran composmentis, suhu 36,2oC,
tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 84
x/menit, frekuensi nafas 22 x/menit, berat
badan 40 kg, tinggi badan 170 cm, status gizi
kurang (IMT :13,8).
• Object
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
yaitu pemeriksaan BTA dengan hasil BTA positif 3
pada awal pengobatan kategori I, BTA positif 1
pada bulan 2 pengobatan kategori I, BTA positif
1 pada bulan 5 pengobatan kategori I (Awal
pengobatan kategori II).
• Action
Pasien didiagnosis dengan TB paru kasus gagal
pengobatan dengan penatalaksanaan kategori II Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) yaitu 3 tab 4FDC + 750 mg Streptomisin
Injeksi. 4FDC terdiri dari rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pyrazinamid 400 mg, ethambutol 275 mg. Selain tatalaksana
medikamentosa, dilakukan penatalaksanaan dengan prinsip
pelayanan dokter keluarga yang holistik dan paripurna,
berbasis evidence based medicine, penatalaksaan tersebut
yaitu memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang
diderita oleh pasien, memberikan penjelasan tentang
komplikasi dari penyakit TB, memberikan penjelasan
mengenai cara penularan penyakit TB
• Planning
Saat pasien datang ke Puskesmas Panjang
tanggal 13 April 2016, tatalaksana yang dilakukan
adalah pemberian OAT selama 15 hari. Pasien juga
dianjurkan untuk minum obat teratur setiap hari
dan kembali bila obat akan habis, serta menerapkan
pola makan makanan bergizi dan melakukan olah
raga secara teratur. Pasien juga diinformasikan
bahwa pemeriksa akan melakukan kunjungan ke
rumah pasien.
Enam hari kemudian tanggal 19 April 2016,
dilakukan kunjungan rumah yang pertama. Dari
hasil wawancara dengan pasien dan keluarga, dapat
disimpulkan bahwa pasien dan keluarga belum
banyak mengetahui mengenai penyakit TB Paru.
Kemudian kepada keluarga dijelaskan bahwa
penyakit TB Paru merupakan penyakit yang
menular. Sehingga yang berperan dalam
pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat, dan
tenaga kesehatan yang terkait, akan tetapi lebih
penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan
keluarganya.
Pembinaan kedua dilakukan pada tanggal
23 April 2016. Dari anamnesis yang dilakukan
diketahui bahwa saat ini batuk berdahak
semakin berkurang dan nafsu makan semakin
membaik dari hari ke hari setelah mengalami
pengobatan. Menurut pasien, ia minum obat
secara teratur setiap hari. Pada pemeriksaan
tekanan darah didapatkan hasilnya 120/80
mmHg, berat badan 42 Kg.
Kunjungan rumah ketiga pada tanggal 28 April
2016. Dari anamnesa diketahui bahwa keluhan batuk
sudah tidak dirasakan lagi. Pasien sudah mengerti tentang
TB Paru yang bisa menular ke dalam keluarga dan
lingkungan sekitar rumah pasien. Dengan bantuan PMO
yang baru, pasien menjadi lebih rutin meminum obat
setiap hari tanpa di ingatkan oleh anggota keluarga lain.
Pasien juga mulai menerapkan cara batuk yang baik serta
memakai penutup mulut seperti masker jika pasien mau
keluar rumah. Pasien juga melakukan olah raga ringan
berupa jalan sehat setiap pagi selama kurang lebih 30
menit.

Anda mungkin juga menyukai