Anda di halaman 1dari 15

Disusun oleh :

Kelompok 3
 Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi
tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah,
respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
 Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen
(melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain.
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya
terjadi ditempat di mana terdapat trauma resistensi
rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas). Osteomielitis dapat berhubungan dengan
penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya, ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang (misalnya, fraktur ulkus
vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(misalnya, fraktur terbuka, cedera traumatik seperti
luka tembak, pembedahan tulang.
 Menurut kejadiannya, osteomielitis terbagi
atas 2 :
 Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai
tulang secara langsung melalui luka.
 Osteomyelitis Sekunder  Adalah kuman-kuman
mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu
focus primer ditempat lain (misalnya infeksi
saluran nafas, genitourinaria furunkel).
Osteomielitis menurut berlangsungnya :
 Osteomielitis akut :
 Nyeri daerah lesi
 Demam, menggigil, malaise
 Ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
 Pembengkakan lokal
 Kemerahan
 Suhu raba hangat
 Gangguan fungsi
 Lab = anemia, leukositosis
 Osteomielitis kronis :
 Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
 Gejala-gejala umum tidak ada
 Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
 Lab = LED meningkat
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Awitan osteomielitis setelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan
stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respons inisial terhadap infeksi adalah
salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali
bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan;
namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase
oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum)
tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru
(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis
tipe kronik.
 Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya
awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia misalnya,
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise umum. Gejala sismetik pada awalnya
dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.
Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum
ke korteks tulang, akan mengenai periosteum
dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan nyeri
tekan.
 Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran
dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia.
Daerah infeksi membengkak, hangat, dan
nyeri tekan. Pada pasien dengan
osteomielitis kronik mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus
 Perawatan di rumah sakit
 Pengobatan suportif dan pemberian infus
 Pemeriksaan biakan darah
 Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram
positif maupun gram negatif diberikan langsung tanpa
menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-
6 minggu
 Imobilisasi anggota gerak yang terkena
 Tindakan pembedahan
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah :
 Adanya abses
 Rasa sakit yang hebat
 Adanya sekuester
 Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan
(karsinoma epedemoid)
Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian
terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden
osteomielitis pasca operasi. Antibiotika
profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar
jaringan yang memadai saat pembedahan dan
selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi
akan sangat membantu. Teknik perawatan luka
pasca operasi aseptik akan menurunkan insiden
infeksi superfisial dan potensial terjadinya
osteomielitis.
 Pemeriksaan laboratorium
Pada fase akut ditemukan CRP yang
meninggi, laju endapan darah yang meninggi
dan leukositosis
 Pemeriksaan radiologik
Pada fase akut gambaran radiologik tidak
menunjukan kelainan. Pada fase kronik
ditemukan suatu involukrum dan sekuester.
 Dini :
 Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat
(jarang terjadi)
 Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh
sampai tulang yang mendasarinya sembuh
 Atritis septik
 Lanjut :
 Osteomielitis kronik ditandai olehnyeri hebat
rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang
terkena.
 Fraktur patologis
 Kontraktur sendi
 Gangguan pertumbuhan
 Pengkajian
 Diagnosa
 Intervensi

Anda mungkin juga menyukai