Anda di halaman 1dari 70

INFEKSI

Vitasari Indriani
Jurusan Kedokteran FK UNSOED

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 1


TUJUAN PEMBELAJARAN

 Menjelaskan Konsep dan mekanisme infeksi


 Menjelaskan bermacam-macam jenis infeksi
 Menjelaskan faktor yang berpengaruh pada mekanisme
infeksi
 Menjelaskan pemeriksaan laboratorium pada infeksi typhoid
 Menjelaskan pemeriksaan laboratorium pada infeksi
tuberkulosis
 Menjelaskan pemeriksaan laboratorium pada infeksi demam
berdarah

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 2


REFERENSI

 Santosa E. 2008. Pemeriksaan antigen Salmonella Typhi dalam


tinja. PBPK. Jakarta. Departemen PK FK UI.
 Sonja JO, et al. 2004. Evaluation of rapid diagnostic tests for
typhoid fever. Journal of Clinical Microbiology . 42(5)
 Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Depkes RI. 2005
 Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI.
2007.
 Kumalawati J. 2008. Peranan pemeriksaan antigen dan antibodi
dalam diagnosis dengue. PBPK. Jakarta. Departemen PK FK UI
 Hardjoeno. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik . Makasar. LEPHAS
 Handojo, I. 2004. Imunoasai terapan pada beberapa penyakit
infeksi. Surabaya. Airlangga University Press
 Fischbach, F. 2004. A manual of laboratory and diagnostic tests.
7 th ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 3


PENDAHULUAN

 Penyakit infeksi adalah beberapa penyakit yang disebabkan


oleh pertumbuhan organisme patogenik dalam tubuh.
 Penyakit infeksi mungkin menular mungkin juga tidak.
 Peran perawat penting dalam mengontrol infeksi.
 Mencuci tangan, aseptik, nutrisi merupakan strategi
menurunkan infeksi.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 4


PROSES INFEKSI

 Rantai kejadian lengkap dibutuhkan untuk terjadinya


infeksi.
 Elemen yang berperan dalam proses infeksi :
Organisme penyebab
Reservoar organisme yang tersedia
Portal / jalan keluar dari reservoar
Bentuk penularan dari reservoar ke penjamu
Penjamu yang cocok
Cara masuk ke penjamu

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 5


ORGANISME PENYEBAB

 Beberapa kelas dari mikroorganisme dapat bertindak


sebagai organisme penyebab.
 Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa,
jamur, cacing.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 6


INFEKSI

 Infeksi menunjukkan resistensi pejamu terhadap


organisme.
 Pejamu tidak secara pasif membiarkan organisme tinggal,
tapi berinteraksi dan bertahan .
 Staphylococcus aureus berkolonisasi di kulit  kulit terluka
 masuk pad luka  sistem kekebalan akan bereaksi
dengan peradangan lokal  muncul tanda-tanda nyeri,
kemerahan, panas ( tanda infeksi).
 Infeksi ditentukan bagaimana reaksi pejamu terhadap
organisme yang diidentifikasi.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 7


CARA PENULARAN INFEKSI :

1. Kontak
Langsung, tidak langsung, droplet
2. Udara
Debu, kulit lepas
3. Alat
Darah, makanan, cairan intra vena
4. Vektor / serangga
Nyamuk, lalat

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 8


KLASIFIKASI INFEKSI

Waktu Penyebab
 Akut  Bakteri
 Kronik  Virus
 Jamur
 Cacing
 Lain-lain

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 9


PEMERIKSAAN UMUM INFEKSI
1. Lekosit
 Infeksi bakteri
 Jumlah lekosit meningkat  lekositosis
 netrofilia >>, granulasi toksik, vakuolisasi
 Infeksi virus
 Jumlah lekosit menurun  lekopenia
 Limfositosis, atipikal limfosit
 Infeksi cacing
 Lekositosis
 Eosinofilia
2. LED (laju endap darah)
Radang  proses inflamasi  LED meningkat

3. CRP (C reaktif protein)


5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 10
CRP (C Reaktif Protein)

 Protein fase akut


 Kadar me pd infeksi akut, kerusakan jaringan
 tidak spesifik
 Cara kerja
 opsonisasi  CRP melapisi bakteri  shg
mudah dikenali & dimakan oleh makrofag 
fagositosis >>
 CRP + Ca 2+  aktifkan komplemen jalur
klasik
5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 11
Pemeriksaan CRP :

 Tes presipitasi
 Aglutinasi pasif
 ELISA
 Imunokromatografi
 Imunoturbidimetri

Prinsip pemeriksaan :
CRP dianggap sbg antigen yg akan ditentukan dgn
menggunakan suatu antibodi spesifik yg telah
diketahui

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 12


Pemeriksaan
 Persiapan penderita  puasa 8 – 10
jam sebelumnya (menghindari serum
lipemik)
 Bahan  serum
 Pengiriman & pemeriksaan bahan 
secepatnya

Nilai rujukan
 Uji aglutinasi lateks  titer < 1:40
 ELISA  0,068 – 8,2 mg/L
 Uji imunokromatografi  6 mg/L

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 13


INFEKSI BAKTERI

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 14


KOMPONEN-KOMPONEN BAKTERI YANG
MENGAKTIVASI RESPON PERLINDUNGAN

• AKTIVASI LANGSUNG
– Lipopolysaccharida (endotoksin)
– Lipoteichoic acid
– Lipoarabinomannan
– Glycolipids and glycopeptides
– Polyanions
– N-Formyl peptides
• KEMOTAKTIK
– Peptidoglycan fragments
– Cell surface activation of alternative pathwalys of complement
(C3a, C5a)

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 15


ACTIVATION OF ANTIBACTERIAL RESPONSES

• Peptidoglycan layer of gram-positive bacteria and


lipopolysaccharide (LPS) of gram-negative bacteria :
–Activate the alternative complement pathway
(properdin) in the absence of antibody
–Activate the classic complement pathway with
mannose-binding protein (MBP)
–Recognized by pattern-recognition receptors,
including Toll-like receptors on macrophages and
dendritic cells  activation of protective responses

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 16


LPS (edotoxin) is a very strong activator of :
-macrophages
-B cells
-other cells (endothelial cells)

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 17


PEMERIKSAAN DEMAM TIFOID

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 18


PENDAHULUAN
 Typhoid  penyebab Salmonella typhi
 Deteksi infeksi S.typhi  bermacam cara  kelebihan
dan kekurangan
 Cara Deteksi :
 Kultur & identifikasi kuman
 Deteksi DNA dgn PCR
 Deteksi antibodi dg pem. serologi
 Deteksi antigen S.typhi

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 19


KULTUR & IDENTIFIKASI S.TYPHI

1 . Kultur & Identifikasi S.typhi dalam darah


 Baku emas (mahal, waktu lama)
 Waktu pengambilan: mg I demam
 Prosedur pem  isolasi kuman, identifikasi dgn
biokimia, tes serologik
 (-) palsu : waktu tdk tepat, pemakaian antimikroba,
spesimen sedikit

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 20


KULTUR & IDENTIFIKASI S.TYPHI CONT…

2. Kultur & Identifikasi S.typhi dalam tinja


 Waktu pengambilan: mg II & III demam
 Spesimen : tinja segar, tdk tercampur urin, wadah
steril, px < 2 jam
 Prosedur pem  isolasi kuman, identifikasi dgn
biokimia, tes serologik
 Hasil (+)  mendukung dx jika gejala klinis (+)

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 21


KULTUR & IDENTIFIKASI S.TYPHI CONT…

3. Kultur & Identifikasi S.typhi dalam urin


 Waktu pengambilan: mg II & III demam
 Spesimen : urin porsi tengah, pagi, wadah steril
 Prosedur pem  isolasi kuman, identifikasi dgn
biokimia, tes serologik

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 22


DETEKSI DNA DENGAN PCR
 Spesimen : darah, tinja, urin (carrier)
 Tahap pem  denaturasi (97 0 C), annealing (56 0 C), extention
(72 0 C)
 Sensitivitas PCR > kultur darah
 Keterbatasan  mahal, teknik & tenaga, mudah
terkontaminasi
 (-) palsu  salah ambil spesimen, volume <<, salah ekstraksi

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 23


DETEKSI ANTIBODI DENGAN
PEMERIKSAAN SEROLOGI
1. Tes Widal
 Cara paling tua, banyak dilakukan
 Praktis & cepat
 Spesimen : darah
 Prinsip pem  aglutinasi
 Cara : tabung atau slide  serum diencerkan scr
serial  + suspensi antigen S.typhi  aglutinasi 
dilaporkan pengenceran tertinggi aglutinasi (+)
 Kelemahan  efek prozone (terlalu banyak
antibodi)
 (-) palsu  efek prozone, stadium penyakit, tx Ab,
respon imunologi
 (+) palsu  daerah endemik, riwayat infeksi,
reaksi silang
5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 24
- Nilai rujukan :
(+) jika : aglutinin O  titer ≥ 1:160
aglutinin H  titer ≥ 1:160
aglutinin PA  titer ≥ 1:160
aglutinin PB  titer ≥ 1:160
(+)  peningkatan 4x pd pem serial
Daerah endemik ??  ≥ 1:640

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 25


2. Tes ELISA dan imunokromatografi

Spesimen : darah
Prinsip pem  ikatan antigen-
antibodi
Deteksi  IgM dan/atau IgG
Saat ini  rapid tes utk S.typhi dgn
sensitivitas & spesifisitas bervariasi

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 26


DETEKSI ANTIGEN S.TYPHI
 Prinsip pem  ikatan antigen antibodi
 Metode  Elisa, imunokromatografi (>>)
 Spesimen : urin (px serial tiap minggu selama 4 minggu), tinja
(segar, tidak RT)
 Kelebihan  dpt mendeteksi antigen meski telah mendapat
antimikroba, cepat, murah, mudah

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 27


PEMERIKSAAN TUBERKULOSIS

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 28


JENIS PEMERIKSAAN

1. Uji tuberkulin/tes Mantaoux


2. BTA
3. Kultur
4. Rapid test
5. Gene-Expert
6. ELISA

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 29


UJI TUBERKULIN ( MANTOUX )

Anak >>, dewasa <<


Uji tuberkulin  cara Mantoux
(pernyuntikan intrakutan)  semprit
tuberkulin 1 cc jarum nomor 26.
Tuberkulin  PPD (Purified Protein Deriva
Standard)  pembacaan 48-72 jam
setelah penyuntikan.
Diukur diameter (mm) transveral indurasi

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 30


INTERPRETASI

 Uji tuberkulin positif bila indurasi  >10 mm (pada


gizi baik), atau >5 mm pada gizi buruk.
 Bila uji tuberkulin (+) pada anakinfeksi TBC &
kemungkinanTBC aktif.
 Uji tuberkulin (-) pada anak  anergi (malnutrisi,
penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dll
 Dewasa  indurasi > 5 mm  dianggap positif
untuk mereka yang kontak dengan penderita TB aktif

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 31


Pemeriksaan dahak
• Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis:
spesimen dahak (ISTC): Sewaktu-Pagi (SP):
• S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes.
• P (Pagi): dahak ditampung pagi segera setelah
bangun tidur (di rumah/di bangsal rawat inap).
• Permasalahan: kualitas dahak

>25 leukosit /lpk dan <10 epitel/lpk,


volume 3-5 ml

20171104 DIAGNOSTIK TB
MDRTB_Purwokerto
BTA
 Sampel  sputum S-P
 Cara pengambilan sampel !!  sputum,
bukan ludah, tempat penampungan
bersih/steril, bermulut lebar
 Pengecatan  ZN  BTA berwarna merah

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 33


Interpretasi hasil:
 BTA (-) /100 LP  (-)
 1-9 BTA /100 LP  ditulis jumlah kuman
 10-99 BTA /100 LP  + (1+)
 1 -10 BTA /1 LP  ++ (2+) min dibaca 50 LP
 > 10 BTA /1 LP  +++ (3+) min dibaca 20 LP

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 34


RAPID TEST
 Metode  Uji fiksasi komplemen, aglutinasi,
aglutinasi dilapisi antibodi, hemaglutinasi,
presipitasi, RIA, imunofluoresens,
 Nilai rujukan :
(+) : TB paru  titer 1: 3200
TB di luar paru  titer 1 : 2600

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 35


20171104 DIAGNOSTIK TB
MDRTB_Purwokerto
KULTUR
Spesimen  sputum
 konsentrasi & dekontaminasi dgn standar
protokol n-acetylcystein-NaOH  dikultur pada
media Lowenstein Jensen  diinkubasi ± 8
minggu dalam inkubator CO2

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 37


IDENTIFIKASI KOLONI

visualisasi morfologi koloni dan pengecatan


ZN
uji-uji biokimia  uji katalase, uji niacin dan
uji reduksi nitrat.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 38


5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 39
ELISA
EIA  ELISA, Dot-EIA, imunoperoksidase
TB DOT
 Prinsip px : reaksi ELISA
 Tujuan : deteksi IgG spesifik thd M.
tuberculosis
 Reagen : antigen polimer dr sitoplasma M.
tuberculosis
 Sampel : serum
 (+)  dot merah

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 40


UJI ICT TB
• Prinsip px : imunokromatografi
• Reagen : antigen M. tuberculosis yg diimobilisasi dlm
bentuk 4 grs di kertas selulose astetat, garis ke 5 sbg
kontrol
• Sampel : serum
• (+)  terbentuk garis merah

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 41


DEPKES 2013

 Pemeriksaan antibodi TB  tidak boleh digunakan


 Dianggap sering positif palsu
 Pemeriksaan pengganti adl  antigen TB
 Prinsip sama dg pemeriksaan antibodi TB

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 42


Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler
(TCM) TB
• Pemeriksaan tes cepat molekuler Xpert MTB/RIF:
sarana untuk penegakan diagnosis, namun tidak
dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil
pengobatan.
• Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media
padat (Lowenstein-Jensen) & Ogawa dan media cair
(Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk
identifikasi Mycobacterium tuberculosis

20171104 DIAGNOSTIK TB
MDRTB_Purwokerto
DENGUE HEMORHAGIC FEVER

5/1/2018 Farmasi
44
Infeksi_18
PENDAHULUAN

 E/  virus Dengue: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4


 Virus Dengue  kelj limfe regional  jaringan lain
 replikasi di RES  viremia
 Inkubasi  3-14 hr, rata-2 4-7 hr
 Gejala klinik  demam & perdarahan
 Perdarahan  mekanisme belum jelas  ikatan Ab-
virus  sitokin, aktivasi komplemen  gangguan
fungsi endotel, kerusakan trombosit, gangguan
faktor pembekuan  kebocoran plasma,perdarahan

5/1/201
45 Farmasi Infeksi_18 8
VIRUS

11.000 basa
3 protein struktural  C (core), M (membran),
E (encelope)
7 protein non struktural  NS1, NS2a, NS2b,
NS3, NS4a, NS4b, NS5

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 46


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Biakan virus
Deteksi asam nukleat  PCR
Uji serologik  antigen & antibodi

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 47


PEMERIKSAAN UMUM

Lekosit  lekopenia>>, N, lekositosis


Limfositosis
Limfosit reaktif  limfosit plasma biru
Trombositopenia

48 Farmasi Infeksi_18 5/1/2018


Pemeriksaan Serologi
UJI DENGUE ANTIBODI
 Paling banyak dipakai
- Tujuan : memeriksa Ab thd virus dengue1,2,3,4
- Prinsip px : uji ELISA utk deteksi Ab dgn kertas
selulose sbg fase padat
- Interpretasi :
(+)  terbentuk garis biru/ungu/merah di C & test
(-)  terbentuk garis biru/ungu/merah di C
invalid  terbentuk garis di zona test

5/1/201
49 Farmasi Infeksi_18 8
negatif

IgM (+), IgG (+)  Acute


secondary infection

IgM (+), IgG (-)  Acute


primary infection

IgM (-), IgG (+)  Acute


secondary infection

50 Farmasi Infeksi_18 5/1/2018


Serokonversi :

Infeksi primer  IgM muncul 4-5 hr stlh


demam, puncak 2 mg (IgM turun, (-) 2-3 bln)
 IgG muncul 7-10 hr stlh demam
IgM & IgG  tidak terdeteksi dlm 4 bln
Infeksi sekunder  IgM rendah/negatif, IgG
naik dgn cepat

51 Farmasi Infeksi_18 5/1/2018


DETEKSI ANTIGEN

 Ag E/M dan NS1


Metode: EIA, dot plot
E/M dan NS1  dlm btk kompleks imun
didptkan dlm mas akut infeksi primer maupun
sekunder – sp hr 9
NS1  muncul dr hr I – hr 18

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 52


INFEKSI CACING

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 53


PEMERIKSAAN LAB

 Darah
 lekositosis, eosinofilia, Ig E 
Hb 
 Faeces
Cara langsung  sediaan setipis mungkin  hasil kualitatif :
(+) / (-)
Pengencer: NaCl, lugol, eosin

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 54


CACING PITA
 Taenia solium, Schistosoma hematobium (VU),
Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum,
Schistosoma mekongi, & Schistosoma intercalatum
(usus & hati)
 DIAGNOSA
 ditemukan cacing pita dewasa
 ditemukan telur di faeces
 ditemukan cacing di faeces (proglotid untuk
membedakan dg cacing lainnya)
 Kista di jaringan (di otak)  dgn CT atau MRI
 Urin  telur (schistosomiasis)
 pemeriksaan antibodi terhadap parasit.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 55


Depkes RI
5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 56
5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 57
CACING KREMI

 Enterobius vermicularis
 Metode Graham Scoth tape
 Apusan perianal (dg selotip)  pagi hari, bangun tidur,
sebelum mandi dan atau buang air besar
 Letakan di bwh mikroskop  (+): didapatkan cacing atau
telur

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 58


5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 59
CACING TAMBANG

 Necator Americanus, Ancylostoma duodenale


 Diagnosa  ditemukan telur, larva atau cacing dewasa pada
faeces

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 60


CACING GELANG

 Ascaris lumbricoides
 Diagnosa  ditemukan telur atau cacing dewasa pada faeces

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 61


5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 62
PEMERIKSAAN FILARIASIS

1. Deteksi mikrofilaria
 Diagnosis pasti  ditemukan mikrofilaria di
darah.
 Sampel diambil antara tengah malam – jam
2 pagi  apusan darah  dicat Giemsa 
diperiksa di bawah mikroskop.
 Pada keadaan kronis, cacing betina yang
biasanya mengeluarkan larva telah mati,
sehingga mikrofilaria tidak ditemukan di
darah.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 63


2. Deteksi cacing dewasa
 Diagnosis  ditemukan cacing dewasa pada biopsi nodus
limfatikus.
 Biopsi kelenjar dilakukan bila mikrofilaria tidak ditemukan
dalam darah.
 Biopsi dilakukan pada kelenjar limfe ekstremitas

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 64


3. Deteksi antigen
 Deteksi W. bancrofti  metode ELISA.
 Antibodi monoklonal  AD12 atau Og4C3.
 Ab AD12  mengenali 200kD antigen pada
cacing dewasa.
 menjadi rapid test  ICT diagnosis
(Sensitivitas 96 – 100%, spesifisitas 100%)
 Ab Og4C3  mengenali antigen cacing dewasa
(Sensitivitas 100%, spesifisitas 98,6 – 100%)
 Sampel 1 ml darah.
 Jika hasil positif  W. bancrofti dewasa yang
hidup
 Keuntungan  sampel dapat diambil sewaktu-
waktu

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 65


4. Antibodi spesifik filaria

  deteksi antibodi anti filaria (IgG anti


Brugia)
  untuk memeriksa penduduk yang
menetap sementara / pelancong di daerah
endemik filariasis.
 Total IgG anti filarial  tidak spesifik 
seorang individu terinfeksi atau tidak ?
 Subklas IgG4  lebih spesifik  kadar
meningkat pada infeksi aktif W. bancrofti.

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 66


5. Deteksi DNA

 Deteksi DNA W. bacrofti dan B. malayi 


menggunakan PCR
 Sensitivitas tinggi

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 67


6. Pemeriksaan lain

 Eosinofilia
 tidak spesifik
 Peningkatan kadar IgE
 Peningkatan corakan bronkovaskular pada X foto
thorax
 Pemeriksaan adanya chilus pada cairan
transudat

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 68


FARMASI?

 Terapi pada infeksi


 Titik tangkap obat terhadap masing -masing infeksi, efek
samping, kontra indikasi
 Bakteri  antibiotika
 Virus  anti virus
 Tuberkulosis  obat anti tuberkulosis
 Cacing  obat anti cacing

5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 69


5/1/2018 Farmasi Infeksi_18 70

Anda mungkin juga menyukai