Kelompok 3 1. Muhammad Badrud Tamam 2. Candra Nurmalia Dewi 3. Shindi Yunia 4. Norita Siswandevi 5. Cornellia A.F.P. 6. Dina Sanjaya 7. Risky Setya F. 8. Abdul Latif Faqih 9. Fifi Rohmatin 10. Ilham Ramadhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak-anak usia sekolah dasar mudah tertarik dengan jajanan yang mempunyai warna mencolok dan bentuk yang unik. Banyak jajanan anak sekolahan yang tidak memenuhi syarat dikarenakan pedagang yang hanya mementingkan keuntungan dan tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi bagi anak-anak.[2] . Dalam Al- Quran makanan merupakan hal yang sangat penting maka memakan makanan yang baik dan halal adalah kewajiban bagi setiap muslim. Mengingat pentingnya arti makananan dalam Islam maka pada makalah ini akan membahas hukum jajanan yang dijual disekolah tanpa memperhatikan keamanan bahan makanan dan berbagai masalah yang ditimbulkan oleh jajanan tersebut dari sudut pandang Islam. Diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat tenaga kesehatan untuk kehidupan anak-anak yang lebih sehat. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana konsep makanan halalan tayyiban dan makanan haram dalam Islam ? Bagaimana pandangan Islam tentang jajanan anak SD yang tidak higienis ? 1.3 Tujuan penelitian Untuk mengetahui klasifikasi antara makanan halalan tayyiban dan makanan haram dalam Islam Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai jajanan anak SD yang tidak higienis 1.4 Manfaat Manfaat bagi masyarakat sebagai tambahan informasi dan wawasan tentang pandangan Islam, keamanan dan higienitas jajanan yang di jual di pinggir jalan Manfaat bagi akademisi Dapat menjadi bahan ide untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan dalam Islam Perdagangan atau jual beli menurut bahasa adalah al-bai', al-tijarah dan al-mubadalah[4]. Sementara perdagangan menurut fiqh adalah al-bai' atau menjual, mengganti, dan menukar sesuatu[5]. Hukum perdagangan sudah diatur dalam Al-Quran dan hadist, antara lain dalam: Surat Al-Baqarah ayat 275
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” Rukun dalam perdagangan ada 4, yaitu adanya penjual, pembeli, ijab qabul (Serah terima), dan barang yang diperjual belikan [14]. Syarat terjadinya perdagangan yaitu pedagang dan pembeli orang yang mumayiz dan baligh [15,16], adanya ijab qabul, barang yang diperdagangkan harus ada bernilai dan milik sendiri, nilai tukar pengganti barang harus jelas 19 . 2.2 Makanan Halalan Thayiban Halal berasal dari bahasa Arab ( )حاللyang berarti lepas atau tidak terikat sedangkan Thayib berarti baik. Menurut Al-quran dan Al-Hadist makanan umat islam harus halal dan Thayib. Kehalalan makanan meliputi halal zatnya, halal cara memperolehnya dan halal cara pengolahannya[20]. Selain itu makanan juga harus thayib yaitu memiliki nilai gizi dan zat yang dibutuhkan oleh tubuh [20]. 2.3 Makanan Haram Makanan haram dibagi menjadi 2 jenis yaitu haram dzatnya dan haram dikarenakan suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya [23]. Kaidah yang menentukan haramnya suatu makanan yaitu semua makanan hukum asalnya halal sampai terdapat dalil yang mengharamkannya[23], Islam mengharamkan semua makanan yang haram, najis atau ternajisi, jelek dan mengnadung mudhorot, makanan manusia umumnya berasal dari hewan dan selain hewan. 2.4 Hukum Islam mengenai jajanan anak SD yang tidak Higienis Menurut pandangan Islam, makanan yang baik adalah makanan yang bermanfaat bagi konsumen baik secara jasmani maupun rohani. Namun, makanan yang kita peroleh belum tentu baik Contohnya saja makanan yang dijual dengan campuran bahan kimia berbahaya dan pewarna yang berbahaya menjadikan makanan tersebut berbahaya bagi pembelinya25. Dalam pandangan Islam, makanan yang dijual dengan kandungan bahan kimia berbahaya hingga besifat toksik dan tak ada informasi tentang itu kepada pembeli maka perdagangannya diharamkan karena akan menyebabkan garar atau mengakibatkan satu pihak merugi 25. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Konsepsi Islam tentang makanan Ada 2 hukum makanan dalam Islam yaitu halal dan haram. Makanan yang halal meliputi : a. Halal secara zatnya b. Halal secara prosesnya c. Halal cara memperolehnya.
3.2 Makanan Halal dan Thayib dalam Al-Quran
Makanan yang halal dan thayyib adalah makanan yang sesuai dengan tuntunan agama, bermutu, dan tidak merusak kesehatan[27]. Makanan merupakan unsur terpenting dalam menjaga kesehatan. Selain kehalalan makanan itu sendiri, yang perlu diperhatikan adalah jenis dan nilai gizi dari makanan, serta jumlah yang dikonsumsi. Hal ini berdasarkan Firman Allah dalam QS. Abasa:24 Makanan juga bisa menjadi sumber penyakit contohnya saja jika makanan mengandung pengawet jika dikonsumsi terus menerus akan merusak usus, ginjal dan hati. 3.3 Pengaruh Makanan Halal dan Haram terhadap tubuh manusia Pengaruh makanan halal antara lain mencerahkan hati dan memudahkan memperoleh ilmu yang bermanfaat, Syarat dikabulkannya do’a, menyehatkan badan dan meringankan ibadah. Pengaruh makanan haram antara lain menggelapkan hati dan menghalangi ilmu manfaat, tertolaknya do’a dan mendatangkan penyakit dan bahaya
3.4 Strategi KIE yang efektif kepada masyarakat (Produsen dan
Konsumen)tentang makanan sehat Pendekatan ke pihak sekolah agar melarang penjual kakilima berjualan disekitar sekolah dan memfasilitasi penjual untuk berjualan dikantin dengan syarat makanan yang dijual harus aman. Pendekatan kepada para penjual makanan yaitu mengadakan pelatihan untuk menggunakan pengawet dan pewarna makanan yang alami serta aman tanpa mengurangi kualitas jajanan tersebut. Pendekatan kepada orangtua dengan cara memberikan pemahaman kepada orangtua untuk mengajari anaknya memilah jajanan yang sehat serta mengajarkan kepada anak bagaimana membuat bekal sendiri yang sehat dan higienis. MAPPING Mapping Konsep Mapping Kasus BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : Ada dua jenis makanan menurut Islam yaitu makanan halalan tayyiban dan makanan haram. Makanan yang dijual dengan tidak sesuai kriteria Badan Kesehatan Makanan merupakan makanan yang berbahaya bagi tubuh konsumen. Penjualan jajanan tersebut merupakan salah satu bentuk garar atau penipuan kepada konsumen [25]. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan dilakukannya komunikasi, informasi dan edukasi terkait dengan jajanan yang tidak higienis kepada pihak sekolah, pihak penjual, dan utamanya orangtua siswa-siswi sekolah dasar
Saran: Sebagai tambahan wawasan mengenai pandangan Islam terhadap jajanan anak-anak sekolah dasar yang tidak higienis.