Anda di halaman 1dari 21

Bab 1 & 2

BAB 1
Pengertian Hukum Perikatan Islam
• Hukum perikatan islam yang dimaksud disini
adalah bagian dari hukum islam bidang
muamalah yang mengatur perilaku manusia di
dalam menjalankan hubungan ekonominya.
• Prof. Dr. H. M. Tahir Azhary = kaidah hukum yang
bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ar-
Ra’yu yang mengatur tentang hubungan antara
dua orang atau lebih mengenai suatu benda yang
dihalalkan menjadi objek suatu transaksi.
Alasan Hukum Perikatan Islam
Diajarkan di Fakultas Hukum
• Alasan Sosiologis
- Mayoritas penduduk Indonesia beragama
Islam
- Melayani kegiatan umat islam di bidang
muamalah.
• Alasan Yuridis
- Salah satu sumber hukum perikatan dalam
hukum nasional.
- Diakuinya hukum muamalah.

• Alasan Praktis
- Semaraknya lembaga ekonomi syariah.
Dasar Filosofis Berlakunya Hukum
Perikatan Islam di Indonesia
1. Akidah = keyakinan yang memaksa
pelaksanannya dalam bertransaksi.
2. Syariah = sepanjang mengenai norma dan
aturan-aturan hukum yang mempunyai dua
dimensi, yaitu, dimensi “transendental”
(pertanggungjawaban kepada Allah) dan
dimensi “horizontal” = mengatur interaksi
sosial di antara manusia.
Kedudukan Hukum Perikatan Islam di
Indonesia
1. Sebelum Kedatangan Belanda
Tumbuh dan berkembang di samping kebiasaan
atau adat penduduk yang mendiami kepulauan
Nusantara ini.
2. Setelah Kedatangan Belanda
• Masa VOC
Freijer menyusun kompendium yang
memuat Hukum Perkawinan dan
Kewarisan Islam yang digunakan oleh
pengadilan dalam menyelesaikan sengeta
di kalangan umat islam. Selain itu, ada
kitab Hukum Mogharaer yang digunakan
pada Pengadilan Negeri Semarang, dan
Papakem Cirebon.
• Masa Pemerintahan Kolonial Belanda
- Masa pemerintahan Daendels, terdapat pemahaman bahwa
“Hukum Islam adalah hukum asli orang pribumi”.
- Masa pemerintahan Raffles, terdapat anggapan bahwa
“Hukum yang berlaku di kalangan rakyat adalah hukum
islam.”
- Setelah Indonesia kembali ke Belanda, ada usaha Belanda
untuk menghilangan pengaruh Islam dari sebagian besar
orang Indonesia.
- Untuk mengekalkan kekuasaan, Belanda melaksanakan
politik hukum yang dengan sadar menata dan mengubah
kehidupan hukum di Indonesia dengan hukum Belanda
dengan cara menyesuaikan UU Belanda dengan keadaan
istimewa di Hindia Belanda.
- Masa abad ke-19 berkembang pendapat, bahwa di Indonesia
berlaku Hukum Islam. Dan berkembangnya teori Receptio in
Complexu dan teori Receptie.
• Setelah Indonesia Merdeka
- Periode penerimaan Hukum Islam sebagai sumber
persuasif.
Sejak adanya UUD 1945, hukum islam berlaku bagi para
pemeluknya karena kedudukannya, bukan karna sudah
diterima oleh hukum adat. Dan terdapat juga sumber persuasif
menjalankan syariat islam di dalam dekrit presiden.
- Periode Penerimaan Hukum Islam sebagai Sumber Otoritatif.
Dengan adanya piagam Jakarta, maka Hukum Islam telah
menjadi sumber otoritatif, tidak sekadar persuasif. Walaupun
tidak diatur Hukum Perikatan secara nasional, Hukum
Perikatan Islam dapat berlaku atas dasar pengakuan secara
diferensiasi ataupun traksaksi sebagaimana diatur dalam
UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian sengketa.
BAB 2
Karakteristik Hukum Perikatan Islam
Menurut Yusuf Qardhawi
• Komprehensivitas = diterapkan kepada
seluruh umat. Tidak hanya individu atau
golongan tertentu.
• Realisme = Tidak mengabaikan kenyataan
(realita) dalam setiap apa yang dihalakan dan
yang diharamkan dan tidak mengabaikan
realita ini dari peraturan dan hukum.
Aspek-aspek Hukum Islam
Menurut Ahmad Az-Zarqa:
• Hukum Ibadat
• Hukum Keluarga
• Hukum Muamalat
• Hukum Tata Negara dan Tata Pemerintahan
• Hukum Pidana
• Hukum Antarnegara
• Hukum Sopan Santun
Hukum Mu’amalat menurut Abdul Wahab Khalaf:
• Hukum Keluarga
• Hukum Perdata
• Hukum Pidana
• Hukum Acara
• Hukum Perundang-undangan
• Hukum Ketatanegaraan
• Hukum Ekonomi dan Harta Benda
Asas Hukum Perikatan Islam
• Asas Ilahiah = setiap tingkah laku tidak luput dari ketentuan Allah
SWT
• Asas Kebebasan = Islam memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk melakukan suatu perikatan.
• Asas Persamaan atau Kesetaraan = perbuatan muamalah
merupakan salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.
• Asas Keadilan = keseimbangan antara potensi individu dan
masyarakat, dan antara masyarakat satu dengan lainnya yang
berlandaskan pada syariat islam.
• Asas Kerelaan = Segala transaksi atas dasar kerelaan dan suka sama
suka.
• Asas Kejujuran dan Kebenaran
• Asas Tertulis = hendaknya perikatan dilakukan secara tertulis dan
dihadiri saksi-saksi.
Akad dilakukan berdasarkan asas:
• Sukarela
• Menepati Janji
• Kehati-hatian
• Tidak Berubah
• Menguntungkan
• Kesetaraan
• Transparansi
• Kemampuan
• Kemudahan
• Iktikad Baik
• Sebab yang Halal
Sumber Hukum Perikatan
1. Al-Qur’an
- Al-Baqarah: 188, 282, 275, 283
- An-Nisaa: 29
- Al-Maaidah: 1, 2
- Al-Jumu’ah: 9
- Al-Muthaffifiin: 1-6

2. Hadist
- HR. Abu Dawud dan Hakim = Allah adalah orang ke-3 dari 2 orang yang berserikat.
- Hadist Nabi Muhammad SAW = Allah telah mengharamkan menjual anak, bangkai, babi
- Hadist Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah = larangan menjual sesuatu yang sudah dibeli
orang lain
- HR. Muslim dari Abu Hurairah = larangan menutupi cacat dari barang yang dijual dengan biat
untuk menipu pembeli
- Hr. Ahmad dan Baihawi = haram melalaikan pembayaran utang, pemindahan utang dibolehkan
asal pihak lain tersebut menerima dan mampu membayarnya.
- HR. Bukhari dan Muslim = jual beli salam dapat dilakukan asal ada ukuran, timbangan dan waktu
tertentu
- HR. Abu Ya’la, Ibnu Majah, Thabrani dan Tarmidzi = Beri upah kepada orang yang kamu
pekerjakan
3. Ijtihad
- Berwujud Pemilihan atau penunjukan garis hukum
yang setepat-tepatnya.
- Ketentuan yang berwujud penciptaan atau
pembentukan garis hukum baru bagi keadaan-keadaan
baru menurut tempat dan waktu.

Di Indonesia ada:
- Dewan Syariah Nasional yang merupakan bagian dari
MUI.
- Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
4. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Empat unsur
- Berisi tentang hukum islam
- Hukum tentang perbuatan mukallaf yang bersifat
konkret.
- Hukum digali menggunakan metode ijtihad al
istidlal
- Hukum praktis itu digali dari sumber-sumbernya
yaitu Al-qur’an, sunnah, ijma’ dan rasio.
Tahapan penyusunan KHES:
• Menyesuaikan pola pikir
• Mencari format yang ideal
• Melaksanakan kajian pustaka
• Tahap pengelolaan dan analisis bahan dari
data-data yang sudah terkumpul
Sistematika KHES
• Buku 1 = Subjek hukum dan amwal
• Buku 2 = Akad
• Buku 3 = Zakat dan Hibah
• Buku 4 = Akuntansi syariah

Anda mungkin juga menyukai