© FH UI 2015
Hubungan kerja : hubungan antara pemberi kerja dengan pekerja, ada pada saat perjanjian
kerja (Pasal 1 angka 15 UU Ketenagakerjaan).
- Perjanjian Kerja: suatu perjanjian untuk melakukan pekerjaan (Pasal 1601 BW)
hubungan subordinasi (Atasan-bawahan)
Dalam Pasal 1601 c KUHPerdata, muncul Pengertian mengenai:
o Kumulasi: pemberlakuan ketentuan mengenai perjanjian kerja dan ketentuan
mengenai perjanjian macam lainnya
o Absorbsi: bila terdapat pertentangan penggunaan ketentuan tentang perjanjian
kerja atau perjanjian macam lainnya, maka yang berlaku: ketentuan mengenai
perjanjian kerja.
Ciri Perjanjian Kerja menurut KUHPerdata:
o Kerja tidak boleh dianggap sebagai benda
o Ketentuan bersifat perdata, tidak boleh dijamin ketentuan pidana
o Ketentuannya bersifat memaksa
o Ketentuannya seragam
o Ada kebebasan hakim dalam hal terjadi sengketa
Unsur-unsur perjanjian kerja:
o Pekerjaan tertentu:
Dilakukan sendiri oleh pekerja yang menerima pekerjaan
Tidak boleh dialihkan kepada pihak lain
1
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
2
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
POLA PIKIR:
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Hubungan industrial mengedepankan fungsi para pihak untuk mencapai cita-cita negara
- Serikat Pekerja
Didirikan dari dan oleh pekerja, untuk meningkatkan kesejahteraan pekera.
Dapat memperjuangkan hak-hak pekerja terutama kepentingan anggotanya.
UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja minimal 10 orang pekerja
dimungkinkan 1 perusahaan ada beberapa serikat pekerja.
Kalau antar serikat pekerja berselisih dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial.
(UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).
Dapat menciptakan kedamaian melalui:
o Lembaga Kerja Sama
o Perundingan Perjanjian Kerja Bersama
3
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
- Organisasi Pengusaha
- Lembaga Kerja Sama Bipartit
Forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal tentang hubungan industrial di 1
perusahaan anggota: pengusaha dan serikat pekerja/perwakilan pekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Keharusan bagi perusahaan yang mempekerjakan minimal 50 orang pekerja.
Kalau tidak ada, maka dikenakan sanksi:
o Teguran
o Peringatan tertulis
o Pembatasan kegiatan usaha
o Pembatalan persetujuan
o Pembatalan pendaftaran
o Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi
o Pencabutan izin
- Lembaga Kerja Sama Tripartit
Anggota: Serikat pekerja, Organisasi Pengusaha, Pemerintah memberikan saran
kepada Pemerintah untuk penyusunan kebijakan terkait penyusunan kebijakan dan
pemecahan masalah ketenagakerjaan
- Peraturan Perusahaan
Merupakan ketentuan yang diadakan oleh pihak pengusaha dalam kaitan dengan
hubungan kerja tertulis, memuat syarat kerja dan tata tertib perusahaan, hak dan
kewajiban pengusaha dan pekerja.
Perubahan atas isi atau penyimpangannya harus atas persetujuan pekerja.
UU Ketenagakerjaan: peraturan perusahaan harus disahkan dulu oleh pemerintah
- Perjanjian Kerja Bersama
Hasil musyawarah antara pengusaha dan serikat pekerja untuk lebih menjamin dan
melindungi hak-hak pekerja. memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua
belah pihak (UU Ketenagakerjaan Pasal 1 butir 21).
Terkandung hal-hal yang bersifat:
o Obligator: memuat hak dan kewajiban para pihak yang mengadakan perjanjian
o Normatif : mengenai suatu hal yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan
Dalam Perjanjian Kerja Bersama, dimungkinkan untuk memuat kaidah yang bersifat:
4
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
- Bahwa tenaga kerja bukanlah barang dagangan, sehingga harus diperlakukan sesuai
harkat dan martabatnya sebagai manusia
- Adanya kemerdekaan mengeluarkan pendapat dan berserikat
- Solidaritas dalam ekonomi, kemiskinan harus ditanggulangi bersama.
5
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
- Konvensi Nomor 182 Tahun 1999: pelarangan dan tindakan segera penghapusan
bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak
Hubungan kerja: dibuat oleh para pihak yang berkepentingan sumber hukum yang bersifat
otonom
Hubungan industrial: selain para pihak yang berkepentingan ,ada campur tangan pemerintah
pemerintah melindungi buruh dan melindungi majikan
6
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Industrial Pancasila tersebut didukung oleh 3 pilar yang disebut Tridharma, yakni:
rasa memiliki (rumangsa melu handarbeni), rasa mempertahankan (rumangsa melu
hangrungkebi), rasa toleran satu dengan yang lain (mulat sarira hangrasa wani).
Contoh lainnya adalah Jerman yang menggunakan prinsip codetermination, yang
kuncinya adalah buruh harus mengerti perkembangan perusahaan.
Arbeidsbeschermingsrecht
7
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Kesehatan Kerja
Untuk melindungi pekerja dari tindakan/kondisi yang dapat mengganggu kesehatan fisik,
psikis, dan kesusilaan
Iman Soepomo: aturan & usaha untuk melindungi pekerja dari kejadian/keadaan perburuhan
yang merugikan/dapat kesehatan, kesusilaan dalam seseorang melakukan pekerjaan dalam
hubungan kerja
Keselamatan Kerja
Iman Soepomo: aturan yang menjaga keamanan pekerja/buruh atas bahaya kecelakaan dalam
menjalankan pekerjaan di tempat kerja yang menggunakan alat/mesin/bahan berbahaya
Dasar Pemikiran
Birds: gunung es – rasio biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat kecelakaan 1:5-50
Tujuan
8
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Prinsip
Pekerja Anak
o UU Ketenagakerjaan Ps. 1 #26: di bawah 18 tahun yang bekerja dengan
menerima upah/imbalan
o Memiliki kekhususan tertentu e,g, fisik, perkembangan moral & kesusilaan
o PRINSIP #1: larangan pemekerjaan
9
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
o PENGECUALIAN:
Pekerjaan ringan: tidak mengganggu perkembangan, 13-15 thn, izin
tertulis ortu/wali, perjanjian kerja dgn ortu/wali, max. 3 jam/hari, tidak
mengganggu waktu sekolah, tidak berlaku bagi usaha keluarga
Bagian dari kurikulum pendidikan: disahkan pejabat, min. 14 thn,
petunjuk jelas, jaminan kesehatan & keselamatan, mengembangkan
bakat & minat, max. 3 jam/hari
o PRINSIP #2: anak dianggap bekerja bilaman berada di tempat kerja kecuali
dapat dibuktikan sebaliknya
Pekerja Orang Muda
o ILO: di atas 14, di bawah 18 (3 sub-kategori)
o Klasifikasi didasarkan pemikiran bahwa orang muda dapat dipekerjakan
dengan pembatasan tertentu
o Bepalingen: di bawah 16 tidak boleh bekerja sebagai tukang api/batubara
kapal
o Mijnpolitie-reglement: <16 tidak boleh menjalankan pekerjaan bawah tanah
o Indonesia: diatur dalam pekerja anak
Pekerja Perempuan
o Tidak ada definisi
o PRINSIP #1: Perlindungan Kekhususan khususnya fisik biologis, psikis moral
& sosial kesusilaan e.g. melanjutkan keturunan, batas usia & kondisi
penghalang pemekerjaan (uraian lebih lanjut hlm. 89-90)
o PRINSIP #2: larangan diskriminasi atas dasar kelamin/jender
Pembedaan seharusnya dilakukan atas persyaratan khas tugas
Diskriminasi = pembedaan berdasarkan
ras/kulit/kelamin/agama/politik/kebangsaan/asal yang
menghilangkan/menghapus persamaan kesempatan/perlakuan
Waktu
o Perlu diatur karena walaupun pekerja adalah salah satu faktor produksi,
mereka mempunyai keterbatasan fisik, psikis & harkat martabat
o Waktu Kerja: 42 jam per minggu utk 6 hari kerja // 40 jam per minggu untuk 8
hari kerja tergantung sekotr & jenis pekerjaan
10
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menunjang kesehatan kerja (uraian hlm. 93)
Upaya pencegahan terhadap risiko yang dapat timbul berupa kecelakaan, kebakaran,
peledakan
Pengusaha wajib menerapkan keselamatan kerja ancaman pidana
o Wajib mengatur & memelihara ruangan, alat, perkakas
o Mengadakan aturn & memberi petunjuk
RISIKO: Kemungkinan Terjadinya situasi/peristiwa tertentu yang berdampak paka
objek
o Analisis risiko – proses penentuan prioritas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja dengan menghitung peluang
insiden/konsekuensi insiden/kombinasi/pemeringkatan risiko daftar
prioritas risiko kerja
11
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
PENGUSAHA: pihak yang lebih kuat secara ekonomi untuk menjalankan peraturan
K3 i.e. mematuhi, menjelaskan kondisi & prosedur kerja e.g. menyediakan peralatan,
pasang poster, bayar ganti rugi
o Pasal 1602w KUHPer: tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi hanya
dapat dituntut/dimintakan oleh pekerja kecuali pengusaha dapat membuktikan
tidak terpenuhiny kewajiban karena keadaan memaksa
o UU Kecelakaan Nomor 33 Tahun 1947: pekerja tidak diharuskan
membuktikan adanya kesalahan
o Kecelakaan kerja Prinsip Risk Professionel
Sanksi: pidana, perdata, administrative
PEKERJA: memenuhi dan mematuhi syarat & peraturan e.g. pakai peralatan,
memberikan informasi sebenar-benarnya
12
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
PENGUPAHAN
Pengertian Upah
PP 8/1981: Imbalan dari pengusaha buruh untuk suatu pekerjaan// bentuk uang//
ditetapkan suatu persetujuan/peraturan//atas perjanjian kerja//termasuk tunjangan
Ps. 1 bt. 30 UU 13/2003: hak pekerja//bentuk uang//imbalan dari pengusaha//menurut
perjanjian kerja/kesepakatan/peraturan//termasuk tunjangan
UUD 1945: upah harus memenuhi penghidupan layak upah = hak konstitusional
Intervensi Pemerintah
13
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Kewajiban Pengusaha
14
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
No Work No Pay
Pasal 93 ayat 1 UU 13/2003: upah tidak dibayar kalau pekerja tidak melakukan
pekerjaan
Pengecualian
o Sakit, keperluan keluarga, kewajiban negara, ibadah, pekerja bersedia
melakukan pekerjaan tapi tidak dipekerjakan Pasal 93 ayat 2
o Pekerja sakit terus menerus selama setahun sampai PHK 93 ayat 3
o Izin pernikahan, pernikahan anak, khitan/baptis anak, melahirkan, anggota
keluarga meninggal dunia 93 ayat 4
Komponen Upah
Memberikan kepastian hukum bagi pengusaha yang pengurus perusahaan bisa berganti-ganti
15
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
JAMINAN SOSIAL
Sejarah
Jaminan Sosial = perlindungan yang dberikan oleh masyarakat dari economic &
social distress
Social security
Bantuan pribadi shifting salah satu bentuk intervensi pemerintah e.g. Poor Law
Bentuk usaha penanggulangan kemiskinan = kewajiban publik
Pekerja pabrik rentan karena bergantung pada upah upaya2
o Tabungan bank disponsori pemerintah
o Employment liability terhadap pekerja sakit/kecelakaan
o Organisasi masyarakat tolong menolong
o Asuransi i.e. tunjangan kematian & penguburan
16
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
17
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
18
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
o PP 11/1963 PP 25/1981
Program Pemeliharaan Kesehatan dari iuran peserta (Keppres No. 8/1977)
o Keppres 230/1968 PP 22/1984
2. ASABRI untuk ABRI
UU 6/1966
Pensiun: diberhentikan dengan hormat + memenuhi syarat + masih hidup (kalau
sudah meninggal, pensiun waraka wuri & tunjangan anak yatim piatu) diberikan
kepada suami/istri & anak-anak
Tunjangan bersifat pensiun: kalau belum memenuhi syarat
Tunjangan: berlaku beberapa tahun sesudah diberhentikan dengan hormat +
memenuhi syarat menerima pensiun
Hak pensiun diberikan secara otomatis
Dibedakan dari PNS karena sifat populasi berbeda i.e. usia pensiun lebih muda &
risiko pekerjaan
Program Asuransi Sosial
o PP 44/1971
o Diwajibkan menjadi peserta ASABRI (membayar iuran 1,25% dari
penghasilan setiap bulan)
o Terdiri dari: asuransi dengan pembayaran berkala, asuransi risiko kematian &
biaya penguburan
3. Umum
a. Penumpang Kendaraan Bermotor
UU 33/1964: penumpang kendaraan bermtor berhak pembayaran ganti kerugian dari
Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penimpang
Iuran dari penumpang kendaraan umum melalui badan asuransi
b. Korban Lalu Lintas
UU 34/1964: ahli waris dari orang yang meninggal dunia karena kecelakaan lalin
berhak ganti rugi yang berasal dari sumbangan wajib para pengusaha/pemilik alat
angkutan yang dihimpun oleh badan asuransi yang ditunjuk menteri (Pasal 4 UU Lalin
& Angkutan Jalan Raya & KA)
c. Bantuan Sosial
UU 6/1974
19
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
20
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Hari Tua:
Tabungan wajib untuk bekal pekerja di hari tua
PP 33/1977: dibayarkan sekaligus/berkala kepada TK yang
o Udah 55 thn
o Cacat total tetap
Ditanggung bersama antara pekerja & perusahaan
Kematian:
Sebelum usia 55 tahun bukan karena kecelakaan kerja
Meliputi biaya pemakaman & santunan uang
Ditanggung pengusaha
Pemeliharaan Kesehatan:
Upaya penanggulangan dan pencegahan ganggungan kesehatan e.g. pemeriksaan,
pengobatan, perawatan (termsk dalam hal kehamilan & persalinan)
Untuk tenaga kerja, suami/istri, anak
Badan penyelenggara: PT Jamsostek
Perselisihan bisa saja terjadi tanpa suatu pelanggaran, akibat wanprestasi yang dilakukan
pihak buruh atau pihak pengusaha dan ditambah dengan kondisi masyarakat yang juga
berpengaruh tehadap kelanggengan hubungan kerja.
Penyebab munculnya keresahan akan timbulnya perselisihan adalah tingkat pendidikan
pekerja yang masih rendah yang menyebabkan kendala. Hal ini telah ditanggulangi dengan
penyuluhan dan pembinaan serta adanya pengaruh ekonomi, sosial, dan budaya.
Prosedur penanganan keresahan pada tingkat perusahaan diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, dan perjanjian kerja bersama.
Bentuk PHI
Imam Soepomo:
1. Perselisihan Hak → masalah termasuk bidang hubungan kerja yaitu hal yang diatur
dalam suatu perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, peraturan perusahaan atau
dalam peraturan perundang-undangan.
Dapat terjadi karena perbedaan pelaksanaan aturan, perbedaan perlakuan, atau
pebedaan penafsiran.
21
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
22
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Hak Mogok
Ketika terjadi perselisihan, baik buruh maupun pengusaha memiliki senjatanya masing-
masing:
1. Buruh : hak mogok
2. Pengusaha : lock out atau menutup perusahaan
Kedua hal ini tidak boleh dilakukan untuk perusahaan yang melayani kepentingan umum dan
keselamatan jiwa.
Dalam waktu 7 hari kerja sebelum mogok (cooling periode), buruh harus memeberitahu
kepada pengusaha atau instansi yang berisi:
1. Waktu mulai dan berakhir mogok
2. Tempat mogok
3. Alasan atau sebab
4. Ttd ketua dan sekretaris atau masing-masing ketua dan sekretaris serika buruh sebagai
penanggung jawab mogok kerja.
23
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Kepada Yth,
Pimpinan perusahaan PT.Angin Ribut
Di - Jakarta
Dengan Hormat
Sehubungan tidak tercapainya kesepakatan dan tidak ada titik temu dalam perundingan yang sudah di
laksanakan sejak tanggal........tahun.......maka dengan ini PSP -SPN PT .Angin Ribut memberitahukan
akan melakukan mogok kerja pada:
Bejo Timbul
Ketua sekertaris
Setelah mendapat surat pemberitahuan, instansi atau perusahaan itu harus memberikan tanda
terima dan wajib menyelesaikan masalah penyebab serta merundingkan dengan para pihak
yang berselisih:
1. Jika ada kesepakatan : dibuat perjanjian bersama
2. Tidak ada kesepakatan : menyerahkan kepada pengadilan hubungan industrial
PHK
Jenis-jenis PHK
1. Putus demi hukum
Bisa terjadi karena waktu yang sudah diperjanjikan sudah selesai (didasarkan jangka
waktu) atau karena pekerjaan yang dilakukan sudah selesai (selesainya suatu
pekerjaan tertentu).
Tidak ada pesangon.
2. Diputuskan oleh buruh dengan mengundurkan diri
24
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Pemutusan kerja karena buruh mengundurkan diri dan mengetahui pekerjaan baru
sudah di tangan.
Tidak berhak mendapat pesangon tetapi dapat uang penghargaan.
3. Diputuskan oleh pengusaha karena buruh dianggap mengundurkan diri
Pekerja mangkir 5 hari kerja berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis dan telah
dipanggil 2 kali secara patut.
Berhak atas uang penghargaan masa kerja dan uang pisah.
4. Diputus oleh pengusaha
Bisa terjadi karena pekerja melakukan kesalahan berat, ringan atau tanpa kesalahan.
Pekerja berhak atas uang pesangon + uang penghargaan masa kerja.
5. Diputus oleh pengadilan
Hubungan kerja tidak dapat berlangsung terus tetapi buuh tidak mau diakhiri
hubungan kerjanya.
Dapat pesangon atau tidak tergantung Pengadilan Hubungan Industrial
6. Putus karena perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan perusahaan atau kemauan pengusaha atau buruh
Atas kemauan pengusaha sehingga buruh mendapat pesangon sebesar 2x ketentuan.
Atas kemauan buruh sehingga buruh mendapat pesangon sebesar 1x ketentuan.
7. Putus kaena kerugian terus menerus selama 2 tahun atau force majeur
Buruh berhak atas pesangon sebesar 1x ketentuan.
Jika disebabkan oleh kebijakan pengusaha untuk efisiensi, maka buruh berhak atas
pesangon sebesar 2x ketentuan.
8. Putus karena perusahaan pailit
Pesangon 1x ketentuan
9. Putus karena buruh meninggal
2x pesangon, 1x uang penghargaan masa kerja, dan penggantian hak
10. Putus karena pensiun
Jika pengusaha membayar iuran pensiun kepada perusahaan pensiun, maka buruh
tidak mendapat berhak uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja tetapi berhak
atas uang penggantian hak.
Jika uang pensiun lebih kecil daripada 2x pesangon dan uang penghagaan, maka
sisanya ditanggung pengusaha
Jika pengusaha tidak membayar uang pensiun, maka pengusaha wajib memberikan 2x
uang pesangon, 1x uang penghargaan dan penggantian hak
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Penyelesaian atas masalah dapat dilakukan melalui proses di luar pengadilan dan/atu melalui
Pengadilan Khusus Hubungan Industrial. Proses penyelesaian melalui pengadilan agak unik
karena pengadilan memiliki beraneka ragam bentuk, sifat, dan fngsi yang berbeda di setiap
Negara.
Disharmoni yang dimulai karena perselisihan dapat bersumber dari adanya diskriminasi.
Disharmoni yang tidak dimulai dengan perselisihan dapat bersumber karena adanya beda
penafsiran, maupun adanya perubahan syarat kerja.
1. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
25
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Terdapat suatu asas yaitu industrial peace (buruh tenang dalam bekerja, majika
tenang dalam berusaha) dimana tercipta suatu kondisi dan keadaan di mana antara
buruh dan majikan menjadi mitra yang baik.
Proses penyelesaian perselisihan ada yang melalui bipatrit dan tripatrit. Bisa melalui
ajudikasi dan non-ajudikasi.
Menurut UU No. 2 Tahun 2002, penyelesaian diluar pengadilan hanya ada melalui
arbitrase sementara penyelesaian perselisihan melalui ajudikasi dilakukan oleh
pengadilan hubungan industrial. Sebagai prasyarat, sebelum dilakukan dalam
pengadilan, haruslah diselesaikan mediasi atau konsiliasi.
2. Proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
a. Menurut pasal 3:1 UU PPHI, pertama kali yang dilakukan adalah harus dimulai
dengan musyawarah
b. Apabila tidak memberikan hasil, barulah meminta bantuan pihak ketiga diluar
pengadilan
c. Jika musyawarah juga tidak menyelesaikan persengketaan dan keduanya ingin
menyelesaikan dengan pengadilan maka ada Pengadilan Hubungan Industrial.
26
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator
serta didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah
hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti
pendaftaran. (2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan
hubungan industrial melalui mediasi, maka: a. mediator mengeluarkan anjuran
tertulis; b. anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam waktu
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama harus sudah
disampaikan kepada para pihak; c. para pihak harus sudah memberikan jawaban
secara tertulis kepada mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis
dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran
tertulis; d. pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada
huruf c dianggap menolak anjuran tertulis; e. dalam hal para pihak menyetujui anjuran
tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka dalam waktu selambat-lambatnya
3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, mediator harus sudah selesai
membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian didaftar di
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-
pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran. (3)
Pendaftaran Perjanjian Bersama di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) huruf e dilakukan sebagai
berikut: a. Perjanjian Bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Bersama; b. apabila
Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) huruf e tidak
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk mendapat penetapan eksekusi; c.
dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Bersama,
maka pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi
untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
3. Konsiliator
Pasal 4:3 : Setelah menerima pencatatan dari salah satu atau para pihak, instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan
kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau
melalui arbitrase;
Pasal 4:5 : Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan untuk penyelesaian
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh;
Pasal 21 : Konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dalam
sidang konsiliasi guna diminta dan didengar keterangannya; (2) Saksi atau saksi ahli
yang memenuhi panggilan berhak menerima penggantian biaya perjalanan dan
akomodasi yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Pasal 22 : Barang siapa yang diminta keterangannya oleh konsiliator guna
penyelesaian perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang-undang ini, wajib
memberikan keterangan termasuk membukakan buku dan memperlihatkan surat-surat
27
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
yang diperlukan. (2) Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh konsiliator terkait
dengan seseorang yang karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka harus
ditempuh prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (3) Konsiliator wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 23 : Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui konsiliasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani
oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator dan didaftar di Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan
Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran. (2) Dalam hal tidak
tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi,
maka: a. konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis; b. anjuran tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf a dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak
sidang konsiliasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak; c. para pihak
harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada konsiliator yang isinya
menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis; d. pihak yang tidak
memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada huruf c dianggap menolak
anjuran tertulis; e. dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf a, maka, dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
sejak anjuran tertulis disetujui, konsiliator harus sudah selesai membantu para pihak
membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian didaftar di Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah pihak-pihak mengadakan Perjanjian
Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran. (3) Pendaftaran Perjanjian
Bersama di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) huruf e dilakukan sebagai berikut: a. Perjanjian
Bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Bersama; 9 / 53 www.hukumonline.com b.
apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e tidak
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
permohonan eksekusi di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
wilayah Perjanjian Bersama di daftar untuk mendapat penetapan eksekusi; c. dalam
hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian Bersama, maka
pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi
untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
Pasal 24 : Dalam hal anjuran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf a ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka salah satu pihak
atau para pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada pengadilan negeri setempat. (2) Penyelesaian perselisihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan pengajuan gugatan oleh
salah satu pihak.
4. Arbiter
Pasal 32
28
Disusun oleh Dominique Virgil – Nina Aliya – Gessica Freshana
© FH UI 2015
Pasal 38
Pasal 42
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 50
Pasal 51
Pasak 53
Pasal 54
Penyelesaian melalui Pengadilan Hubungan Industrial
Pasal 55
Pasal 57
Pasal 56
Pasal 58
Pasal 82
29