Anda di halaman 1dari 4

• LEMBAGA DALAM HUKUM KETENAGAKERJAAN

▪ Lembaga Kerja Sama Bipartit

o Diatur didalam pasal 106 UU No 13 Tahun 2003; aturan pelaksana

PERMENAKER No PER.32/MEN/XII/2008;

o Adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan hubungan industrial;

o Anggota → pengusaha dan serikat pekerja yang tercatat di instansi yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan;

▪ Lembaga Kerja Sama Tripartit

o Diatur didalam pasal 107 UU No 13 Tahun 2003; aturan pelaksana PP No

8/05; PP No 4/17;

o Adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang

ketenagakerjaan;

o Anggota → organisasi pengusaha, serikat pekerja dan pemerintah;

o Memberikan saran, pertimbangan dan pendapat kepada pemerintah

dalam penyusunan kebijakan dan masalah kebijakan ketenagakerjaan;

▪ Dewan Pengupahan

o Pemerintah, organisasi pengusaha dan pengurus serikat pekerja serta

pakar;

o Memberikan rekomendasi terkait penetapan upah minimum dan

rekomendasi dalam penangguhan upah minimum.


• SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN

▪ Hukum Ketenagakerjaan Heteronom

o Aturan hukum yang dibuat oleh pemerintahan dengan tujuan melindungi

pekerja → pihak yang lemah (bentuk campur tangan Negara dalam dunia

kerja dalam dunia ketenagakerjaan di Indonesia); Yurisprudensi MA RI No

37/PUU-IX/2011 berkaitan dengan proses pembayaran upah; Putusan MK

RI terhadap UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; UU No 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Upah, PHK, Penyerahan Kerja

kepada pihak ketiga), TKA; UU No 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja;

UU No 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Industrial; aturan

mengenai keselamatan kerja.

▪ Hukum Ketenagakerjaan Otonom

o Aturan bidang ketenagakerjaan yang dibuat oleh pengusaha dan serikat

pekerja secara Bersama-sama;

o Perjanjian kerja → aturan yang dibuat secara Bersama oleh pengusaha

dan pekerja atas dasar hukum yang mengikat sehingga menimbulkan Hak

dan Kewajiban yang bertimbal balik; dibuat secara lisan atau tertulis; isi

dari perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan peraturan

Perusahaan, perjanjian kerja Bersama, undang-undang;

o Peraturan Perusahaan → diatur didalam pasal 111 UU No 13 Tahun 2003

dengan tegas Batasan dan substansi yang diatur di dalam peraturan

Perusahaan tidak boleh bertentangan dengan UU; wajib di sahkan oleh

Menteri Ketenagakerjaan melalui dinas terkait; diwajibkan untuk

pengusaha yang memiliki lebih dari 10 pekerja; dalam pembuatannya


harus atas dasar pertimbangan saran dari wakil serikat pekerja; wajib

mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak, syarat kerja, tata tertib,

jangka waktu berlaku nya peraturan Perusahaan.

o Perjanjian Kerja Bersama (PKB) → dibuat oleh pengusaha Bersama

dengan serikat pekerja yang sudah tercatat di kementrian

ketenagakerjaan atau dinas terkait;

• HUBUNGAN KERJA

▪ Hubungan kerja → hubungan antara pengusaha dan pekerja yang mrngstur

hak dan kewajiban masing-masing pihak;

▪ Pasal 1 angka 15 UU No 13/2003 → hubungan yang memuat unsur pekerja,

upah, perintah antara pengusaha dan pekerja; Pekerjaan (jenis pekerjaan

yang harus dikerjakan); Upah (timbal balik yang diberikan oleh pengusaha

kepada pekerja); Perintah (kewenangan pengusaha untuk memberikan

mandat kepada pekerja → pengusaha kedudukan nya lebih superior).

▪ Pembuktian adanya “hubungan kerja” → terpenuhi nya 3 unsur pekerjaan,

upah dan perintah. Yang mana kesemuanya sudah disepakati oleh pengusaha

dam pekerja yang tertuang di dalam perjanjian kerja.

▪ Pembagian mengenai perjanjian kerja didasarkan pada lamanya “Hubungan

Kerja” antara pengusaha dan pekerja:

o Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentun(PKWTT)

✓ Dipergunakan untuk semua jenis pekerjaan;

✓ Dibuat dalam bentuk lisan atau tertulis, jika lisan maka pengusaha

wajib memberikan surat pengangkatan kepada pekerja; biasanya

dilakukan masa percobaan 3 bulan untuk menilai dan mengevaluasi


pekerja,dengan kewajiban membayarkan upah kepada pekerja, baru

setelah itu dibuatkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu;

✓ Ketika hubungan kerja yang didasari oleh PKWTT berakhir maka

pekerja berhak atas kompensasi (pesangon, uang penghargaan masa

kerja).

o Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

✓ Perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja yang memiliki batas

waktu (bersifat limitative);

✓ Hanya berlaku untuk pekerjaan yang sudah bisa dihitung dan diketahui

kapan waktu selesainya ex: pengerjaan bundaran besar, pekerjaan

musiman ex panen di lahan Perkebunan, pekerjaan yang berhubungan

dengan produk baru dan masih dalam tahap percobaan atau

penjajakan ex pembuatan produk elektronik yang masih berupa

prototype, pekerja harian lepas ex tukang Borongan Pembangunan

rumah;

✓ Bisa diperpanjang tapi memiliki batas waktu → 2 tahun bekerja,

diperpanjang 1 tahun dan hanya berlaku 1 kali;

✓ Jika hubungan kerja berakhir tidak memperoleh kompensasi; jika

pengusaha mengakhiri hubungan kerja sebelum masa kerja berakhir

maka yg wajing dibayarkan adalah sisa upah yang sudah terhitung dan

disepakati.

Anda mungkin juga menyukai