Anda di halaman 1dari 25

PERBEDAAN ANTARA EKSTRAK TEH PUTIH (Camellia sinensis)

DAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis) TERHADAP


PERTUMBUHAN Streptococcus mutans SECARA In vitro

Oleh: Valonia Irene N


NIM : 105070401111002

Penguji: drg. Yuliana Ratna Kumala, SpKG


Pembimbing 1: dr. Roekistiningsih, MS., SpMk
Pembimbing 2: drg. Ambar Puspitasari, SpKGA
LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan gigi
dan mulut yang paling KARIES GIGI
banyak di Indonesia

hambat

Mikroorganisme yang
paling dominan Streptococcus mutans
menyebabkan karies

hambat

TEH PUTIH
(Banyak Perbedaan daya
dikonsumsi antibakteri?
Sebagai HIJAU
minuman)
RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan antara pemberian ekstrak teh putih (Camellia


sinensis) dan ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan antara pemberian ekstrak teh putih (Camellia
sinensis) dengan pemberian ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (dengan metode difusi).

Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh putih (Camellia sinensis)
terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.
2 Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau (Camellia sinensis)
terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Akademis
Sebagai pelengkap teori pencegahan karies gigi dengan bahan alami
dengan mengetahui manfaat lain dari teh hijau (Camellia sinensis) dan
teh putih (Camellia sinensis) yang bermanfaat selain sebagai
minuman, juga sebagai bahan antibakteri. Selain itu, penelitian ini
dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Mengembangkan informasi kepada masyarakat tentang manfaat
ekstrak teh putih (Camellia sinensis) dan ekstrak teh hijau (Camellia
sinensis) untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies
yaitu Streptococcus mutans.
KARIES GIGI

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,


dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad
renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Paduan
keempat faktor penyebab karies digambarkan sebagai empat
lingkaran yang bersitumpang. Karies baru bisa terjadi hanya jika
keempat faktor berikut ada (Kidd and Bechal, 1992).
PROSES TERJADINYA KARIES
Pelikel di permukaan gigi

Kolonisasi bakteri

Plak Karbohidrat

Terjadi fermentasi

Pembentukan asam

pH menurun menjadi pH kritis


(dibawah 5)

Demineralisasi

Kerusakan enamel Kavitas


Streptococcus mutans
Klasifikasi Streptococcus mutans menurut Bergey dalam Capuccino
(1998) adalah:

Kingdom: Monera
Divisio: Firmicutes
Class: Bacilus
Order: Lactobacilalles
Family: Streptococcaeae
Genus: Streptococcus
Spesies: Streptococcus mutans
Streptococcus mutans
 Karakteristik:
- Ukuran koloni 0,5-1mm, biasanya berwarna abu – abu, translucent hingga
putih, permukaan koloni kadang – kadang kasar dengan konfigurasi radial,
melekat erat pada media blood agar, biasanya membentuk α hemolisa atau
non – hemolisa akan tetapi ada strain yang membentuk β hemolisa
(Samaranayake, 2006)
- Termasuk anaerob fakultatif tetapi tumbuh optimum pada kondisi anaerob,
mempunyai koloni yang berpasangan atau berantai, tidak bergerak, dan
tidak membentuk spora (Samaranayake, 2006)

 Streptococcus mutans mampu melakukan demineralisasi enamel pada PH


rendah dalam waktu yang lebih cepat daripada bakteri plak lainnya
(Samaranayake, 2006).
TEH SECARA UMUM
 Teh saat ini merupakan minuman terbanyak sesudah air putih yang
dikonsumsi masyarakat (Agoes, 2010).

 Klasifikasi tanaman teh (Camellia sinensis) adalah sebagai berikut


(Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, 2013):
Kingdom: plantae
Divisi: magnoliophyta
Kelas: magnoliopsida
Bangsa: theales
Suku: theaceae
Marga: camellia
Jenis: Camellia sinensis
TEH SECARA UMUM
 Tanaman teh memiliki daun yang bertangkai pendek, letak berseling, helai
daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips dan memanjang, ujung dan
pangkal meruncing, tepi bergeligi halus, pertulangan menyirip, panjang 8-
18 cm, lebar 2-6 cm, warna hijau, permukaan mengkilap, dan terdapat
rambut halus pada daun muda. Pada varietas sinensis bentuk daunnya
lebih kecil jika dibandingkan dengan varietas assamica (Alamsyah, 2006).

 Kandungan teh secara umum:


Turunan polifenol yaitu katekin (epikatekin, epigalokatekin golat,
epigalokatekin).
Kafein.
Vitamin -> vitamin K.
Essential oil -> pemberi aroma.
TEH SECARA UMUM
Berdasarkan tingkat oksidasinya, teh dibagi menjadi empat jenis, yaitu teh
putih, teh hijau, teh oolong, dan teh hitam (Syahriyanti, 2009).
TEH PUTIH
 Teh putih merupakan jenis teh terbaik karena untuk mendapatkannya,
hanya diambil dari satu pucuk tiap satu pohon, yakni pucuk tertinggi dan
utama (Syahriyanti, 2009).

 Teh putih mengalami paling sedikit pemrosesan. Tanpa adanya proses


pelayuan, teh putih hanya mengalami proses penguapan dan pengeringan
(Santana-Rios et al, 2001). Teh putih tidak mengalami proses oksidasi
(Cahyafitri, 2011).

 Komponen antibakteri: Katekin (EGCG).


Konsentrasi Epigalokatekin Golat (EGCG) pada Teh Putih merupakan yang
tertinggi dibandingkan dengan jenis teh lainnya. Hal ini disebabkan karena
secara alami EGCG lebih banyak terdapat pada daun yang masih muda serta
proses pengeringan teh putih yang tidak melalui tahap oksidasi yang
menyebabkan kandungan EGCG tidak mengalami perubahan enzimatis
(Holtzmann et al, 2009).
TEH HIJAU
 Proses pembuatan teh hijau (Hoeda,2012):
Pelayuan untuk menghambat fermentasi -> Disangrai untuk mencagah
oksidasi -> Penggulungan daun agar lebih awet -> Dikeringkan.

 Komponen antibakteri: Katekin (EGCG).


Polifenol dalam teh hijau digolongkan sebagai katekin, EGCG adalah
senyawa yang paling aktif (Agoes, 2010). Berdasarkan cara pemrosesan daun
teh hijau ditemukan bahwa kandungan EGCG masih tinggi (Syahriyanti,
2009). Polifenol yang terkandung di dalam teh hijau lebih tinggi dibandingkan
pada teh hitam (Agoes, 2010)
KERANGKA KONSEP
TEH PUTIH TEH HIJAU
Streptococcus mutans

Menghambat Sintesis Sintesis Asam


Asam Lemak Lemak

Katekin Menghambat Fungsi Membran Sel


(EGCG) Membran Sel

Mendenaturasi Protein Dinding Sel


Dinding Sel

Hambat Pertumbuhan Bakteri


Streptococcus mutans
HIPOTESIS
Terdapat perbedaan antara pemberian ekstrak teh putih (Camellia sinensis)
dan pemberian ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans secara In vitro.
METODE PENELITIAN
 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitain ini adalah penelitian
eksperimental laboratoris dengan rancangan difusi sumuran.

 SAMPEL
Sampel yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah bakteri
Streptococcus mutans yang dimiliki oleh Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

 VARIABEL PENELITIAN
Variabel tergantung: Pertumbuhan Streptococcus mutans, diukur dengan
berbagai diameter zona hambatan yang terbentuk dalam milimeter dengan
menggunakan kaliper.
Variabel bebas: Ekstrak teh putih dan teh hijau masing-masing dibuat
dengan 5 macam konsentrasi yang nantinya akan ditentukan berdasarkan
penelitian pendahuluan
METODE PENELITIAN
 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang dari bulan April 2013 sampai Mei 2013.
METODE PENELITIAN
 DEFINISI OPERASIONAL

1. Streptococcus mutans adalah bakteri kokus gram positif anaerob, bakteri


Streptococcus mutans didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan dibiakkan di Laboratorium
Universitas Brawijaya Malang.
2. Teh putih dan teh hijau yang dipakai dalam penelitian ini adalah teh putih
dan teh hijau yang dibeli secara langsung dari PT Perkebunan Nusantara
XII, Wonosari, Lawang.
3. Ekstrak teh putih merupakan teh putih yang telah diekstrak dengan metode
maserasi dengan menggunakan pelarut metanol.
4. Ekstrak teh hijau merupakan teh hijau yang telah diekstrak dengan metode
maserasi dengan menggunakan pelarut metanol.
METODE PENELITIAN
 DEFINISI OPERASIONAL

5. Ekstrak maserasi adalah cara penyarian sederhana yang dilakukan


dengan cara merendam serbuk simplisa dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
6. Larutan kontrol merupakan larutan kontrol negatif yang berisi air
(aquades) dan larutan kontrol positif (chlorhexidine gluconate 0,2%).
7. Daya antibakteri adalah zona hambatan Streptococcus mutans yaitu
berupa zona bening yang terbentuk di daerah sekeliling lubang sumuran
yang tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri S.mutans dan diukur
dengan menggunakan kaliper dalam satuan mm.
METODE PENELITIAN
 PERSIAPAN BAKTERI UJI

Bakteri Streptococcus mutans

Identifikasi bakteri :
- Pewarnaan gram
- Tes katalase
- Tes optochin

Pembiakan

Penyetaraan biakan bakteri dengan spektrofotometer


METODE PENELITIAN
 PEMBUATAN EKSTRAK

Teh hijau Diambil sebanyak 100g dan


Dihaluskan dengan blender
Teh putih dimasukkan dalam
erlenmeyer
Diamkan Tutup tabung
sehari erlenmeyer, kocok 1-2 Ditambah 900ml metanol
dalam suhu jam 96%
kamar

Disaring
dengan Pisahkan pelarut metanol Hasil: ekstrak
kertas filter dengan ekstrak dengan dengan konsentrasi
Rotary evaporator 100%
• UJI EFEK ANTIBAKTERI
ANALISA DATA
 ANOVA ONE WAY
Untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak
teh putih dan teh hijau terhadap jumlah bakteri Streptococcus mutans.

POST HOC
Untuk mengetahu apakah perbedaan antara kelompok teh putih dan kelompok
teh hijau signifikan/tidak.

 T tidak berpasangan
Untuk mengetahui manakah yang lebih kuat antara 2 perlakuan yang tidak
berpasangan, yaitu teh putih atau teh hijau.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai