Nama : Ny. M
Umur : 72 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kanalsari Barat VIII/12 RT.009
No RM : 427532
Tanggal masuk RS: 30 Maret 2018
Pasien Datang Ke RS diantar oleh keluarga (anak)
RPS
Seorang pasien perempuan berusia 72 tahun datang
ke IGD RS PWDC, datang diantar oleh keluarga
dengan keluhan jatuh dikamar mandi 1 jam SMRS.
Pasien mengatakan saat terjatuh dikamar mandi
Rangsang meningeal
Kaku Kuduk : (-), Tidak ada tahanan
Bruzinski I : (-), Tidak ada fleksi pada tungkai
Bruzinski II : (-), Tidak ada fleksi tungkai kontralateral
Bruzinski III : (-), Tidak ada fleksi kedua lengan
Bruzinski IV : (-), Tidak ada fleksi kedua tungkai
Laseque : (-), Tidak ada tahanan tidak terdapat tahanan sblm
mencapai 70º
Kerniq : (-), Tidak ada tahanan tidak terdapat tahanan sblm
mencapai 135º
Status Neurologikus
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO, stroke adalah Stroke merupakan penyebab
kumpulan gejala klinis yang utama dari kelumpuhan dan
ditandai dengan hilangnya penyebab keempat terbanyak
fungsi otak baik fokal atau global dari kematian di Amerika Serikat.
secara tiba-tiba, disertai gejala- Setiap tahunnya tercatat sekitar
gejala yang berlangsung selama 795.000 orang di Ameria Serikat
24 jam atau lebih dan dapat mengalami serangan stroke, baik
menyebabkan kematian, tanpa yang baru pertama mendapat
adanya penyebab lain selain serangan, maupun yang
gangguan vaskuler berulang. Sekitar 610.000 kasus
merupakan serangan pertama
dan 185.000 kasus berulang
KLASIFIKASI
CT SCAN
MRI : lebih sensitive dibandingkan dengan CT scan dalam mendiagnosis
stroke iskemik
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Khusus Stroke Hemoragik
Perdarahan Intraserebral (ICH)
1. Diagnosis dan penilaian gawat darurat perdarahan intrakranial dan penyebabnya dilakukan dengan:
CT atau MRI (direkomendasikan pada stroke iskemik dengan perdarahan intrakranial)
Angiografi CT Scan atau CT Scan dengan kontras, membantu identifikasi pasien resiko perluasan
hematom
2. Tatalaksana medis pada perdarahan intrakranial
Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi berat atau trombositopenia berat: terapi penggantian
faktor koagulasi atau trombosit
Pasien dengan perdarahan intrakranial dan peningkatan INR terkait obat antikoagulan oral,
sebaikanya jangan diberikan warfarin. Terapi diganti Vitamin K, pemberian Konsentrat Kompleks
Protrombin untuk mengurangi komplikasi, FFP (Fresh Froezen Plasma).
Pasien dengan gangguan koagulasi:
Vit K 10 mg/ IV dengan peningkatan INR, kecepatan pemberian <1mg/menit untuk meminimalkan
resiko anafilaksis.
FFP 2-6 unit untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan darah/faktor koagulasi, memperbaiki INR atau
aPTT dengan cepat.
LMWH (Low Molecular Weight Heparin) dan UFH (Unfractioned Heparin) subkutan dosis rendah
dapat dipertimbangkan untuk mencegah tromboemboli vena setelah perdarahan berhenti.
Efek heparin diatasi dengan protamin sulfat, observasi tanda-tanda hipersensitif
3. Tekanan darah
4. Penanganan di rumah sakit dan pencegahan terjadi kerusakan otak sekunder
Stroke hemoragik: sebaiknya ICU
Glukosa darah dijaga hingga tingkat median (137mg/dl). Hindari kadar gula darah > 180 mg/dl.
Obat kejang dan antiepilepsi. Pada pasien dengan penurunan kesadaran, pemantauan EEG dapat
dilakukan secara kontinu.
5. Prosedur / operasi:
Penanganan dan pemantauan TIK : pada pasien dengan GCS < 8, tanda klinis herniasi transtentorial,
perdarahan intraventrikuler luas, hidrosefalus. Drainase ventrikuler dengan stroke iskemik dengan
hidrosefalus yang disertai penurunan kesadaran
Perdarahan intraventrikuler
Evakuasi hematom: pada sebagian besar pasien dengan perdarahan intrakranial, kegunaan tindak
operasi masih belum pasti. Jika terjadi perdarahan intraserebral yang mengalami perburukan biologis
sebaiknya dilakukan operasi evakuasi bekuan darah secepatnya. Pasien dengan bekuan darah di lobus
> 30 ml dan terdapat 1 cm dari permukaan, evakuasi perdarahan intrakranial supratentorial dengan
kraniotomi standar dapat dipertimbangkan.
Mencegah perdarahan intrakranial berulang Kontrol tekanan darah
Rehabilitasi dan pemulihan
Penatalaksanaan Perdarahan
Subarakhoid (PSA)
1.Tatalaksana penegakkan diagnosis perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid merupakan salah satu gawatdarurat neurologi dengan gejala
yang kadangkala tidak khas sehingga sering ditemukan kesulitan dalam menegakkan
diagnosis. Pasien dengan keluhan nyeri kepala hebat (paling sakit yang dirasakan
sepanjang hidup) yang muncul tiba-tiba sebaiknya dicurigai dicurigai sebagaisuatu tanda
adanya PSA (AHA/ASA, Class I, level evidance B)
Pasien yang dicurigai PSA sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala (AHA/ASA,
Class I, level evidance B). Apabila hasil CT-Scan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
PSA pada pasien yang secara klinis dicurigai PSA maka tindakan pungsi lumbal untuk
analisis cairan cerebrospinal sangat direkomendasikan (AHA/ASA, Class I, level evidance
B).
Untuk memastikan adanya gambaran aneurisma pada pasien PSA, pemeriksaan
angiografi serebral sebaiknya dilakukan (AHA/ASA, Class I, level evidance B). Namun,
apabila tindakan angiografi konvensional tidak dapat dilakukan maka pemeriksaan MRA
atau CT angiografi perlu dipertimbangkan (AHA/ASA, Class I, level evidance B)
2.Tatalaksana umum PSA
Berdasarkan HUNT dan HESS, PSA derajat I dan II:
Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedini mungkin
Tirah baring total, posisi kepala ditinggikan 300, O2 2-3 L/m
Hati-hati penggunaan sedatif, dapat kesulitan menilai tingkat kesadaran
Infus dari UGD, normovolemia, monitor cardiopulmoner dan kelainan neurogi yang timbul
Derajat PSA III, IV, V perawatan lebih intensif:
ABC
ICU atau semi-ICU
Pertimbangkan intubasi dan ETT cegah aspirasi dan airway
Hindari sedatif berlebihan
3. Cegah perdarahan ulang setelah PSA
Monitor dan kontrol Tekanan Darah
Bed rest total
Anti fibrinolitik
4.Tindakan operasi pada ruptur aneurisma
Clipping atau endovaskuler coilling untuk mengurangi perdarahan ulang (bedah saraf, dokter
endovaskuler)
Ada Resiko pendarahan ulang PSA (+) walau telah di operasi
5.Pencegahan dan tatalaksana vasospasme
Nimodipin 1-2mg/jam IV pada hari ke 3 atau secara oral 60mg setiap 6 jam selama 21 hari
6. Pengelolaan tekanan darah pada PSA sesuai dengan penatalaksanaan
pada stroke akut
7. Atasi Hiponatremi
8. Atasi Kejang
9. Tatalaksana komplikasi hidrosefalus: ventrikulostomi/drainase eksternal
ventrikel untuk obstruksi hidrosefalus akut, dan ventrikulo peritoneal shunt
untuk hidrosefalus kronik/komunikan
10. Terapi tambahan: laksansia, analgesik asetaminofen, kodein fosfat,
tylanol dan kodein, hindari asetosal, obat penenang untuk pasien sangat
gelisah: haloperidol, petidin, midazolam, propofol.
TERIMA
KASIH