Anda di halaman 1dari 59

PEMICU 4

KELOMPOK 3
Fasilitator : dr. Dewi Klarita Furtuna, M. Ked.
Klin, Sp.MK
Ketua : Eranio Arasranda Paembonan (FAA 115 026)
Anggota :
1. Muhammad Ferry Alfayed (FAA 116 009)
2. Billy Pebrinatan (FAA 116 011)
3. Gabrelia Ulita Lumban Toruan (FAA 116 019)
4. Stefy Astry Devita Masil (FAA 116 033)
5. Miranda Timur (FAA 116 036)
6. Bella Ayu Septyana (FAA 116 050)
7. Golda Natalia (FAA 116 052)
8. Ulfa Pratiwi (FAA 115 018)
MENGAPA ANAKKU MENCRET TERUS ?
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ibunya ke IGD RS karena
menderita diare sejak 2 hari yang lalu, sekitar 8-10 kali sehari, beraknya
cair, tidak berlendir dan tidak berdarah. Kedua orangtuanya juga menderita
diare sejak 2 hari ini. Pasien dirujuk oleh dokter Puskesmas ke Rumah Sakit
karena selalu memuntahkan apa yang diminum walaupun ia tampak
sangat haus dan terlihat sesak. Sehari sebelum diare orangtua pasien
membawa makanan yang dibeli di pasar dan dimakan oleh seisi rumah.
Orangtua pasien heran kenapa penyakit ini mengenai mereka sekeluarga
dan apakah ini.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada pasien dan keluarga ?
Kata Sulit : -
Kata Kunci :
a. Identitas Pasien : anak laki-laki, usia 2 tahun Keluhan Utama
: diare
b. Onset sejak 2 hari yang lalu
c. Frekuensi 8-10x/hari
d. Sifat BAB cair tidak disertai darah & lendir
e. Pemeriksaan fisik : tampak sangat haus dan sesak
f. RPK : orang tua juga menderita diare sejak 2 hari
g. Pasien selalu memuntahkan apa yang diminum
h. Sehari sebelum diare, orang tua pasien membawa makanan
yang dibeli di pasar dan dimakan oleh seisi rumah
Identifikasi Masalah :
Anak laki-laki, 2 tahun dengan keluhan diare, BAB cair, frekuensi 8-10x
sehari, pasien dirujuk ke rumah sakit karena selalu memuntahkan apa
yang diminum, serta diketahui orangtua pasien juga mengalami diare
sejak 2 hari lalu
Analisis Masalah :
Hipotesis :
Anak laki-laki, usia 2 tahun dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu,
BAB cair, lendir dan darah (-), disertai mual dan muntah, tampak haus
dan terlihat sesak di diagnosis Diare Akut dan dehidrasi et causa
intoksikasi makanan
Pertanyaan Terjaring
1. Jelaskan interpretasi data tambahan
2. Tabel perbandingan DD
3. Jelaskan diare akut (Definisi-Prognosis)
4. Jelaskan tentang Dehidrasi (definisi, klasifikasi, patofisiologi, dan
tatalaksana)
5. Jelaskan tentang intoksikasi makanan (definisi, klasifikasi,
patofisiologi, dan tatalaksana)
6. Resep yang tepat untuk pasien sesuai pemicu
1. INTERPRETASI DATA TAMBAHAN
Keadaan Umum :
K.U : tampak lemas
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan Generalis Hasil
Kepala dan leher Dalam batas normal

Thorax Dalam batas normal

Abdomen
• Inspeksi  Bentuk simetris, sedikit membuncit

• Auskultasi  Bising usuS(+) MENINGKAT 8


KALI/MENIT
• Palpasi
 Nyeri tekan (-), SEMUA NORMAL

• Perkusi
 Bunyi Timpani
Ektremitas
• Akral dingin
• Edema (-)
• CRT ( Capillary refill time ) >2

Kulit
Tidak ada kelainan (-)
Cubitan kulit kembali sangan lambat kurang lebih 2 detik
• Hb : 12,8 g/dl
• Ht : 38%
• Leukosit :12.000/mm3 (4.500-11.000)
• Trombosit : 335.000/mm3
• MCV : 69,1 ft ( Nilai normal : 80 – 100 (fL) )
• MCH : 23,3 pg ( Nilai normal :28– 34 pg/ sel )
• MCHC : 33,7 g/dL
• Gula darah sewaktu : 133 mg/dL
2. TABEL PERBANDINGAN DIAGNOSIS
Diare akut Diare kronis
Definisi Buang air besar dengan Buang air besar dengan
tinja berbentuk cair atau tinja berbentuk cair atau
setengah cair ( setengah setengah cair ( setengah
padat ) kandungan air padat ) kandungan air
tinja lebih banyak dari tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 gram atau 200 ml/24
jam. jam.
Diare akut kurang dari 15 Diare kronik lebih dari 15
hari. hari.
Etiologi diare akut
Infeksi Bakteri : shigella sp, e. coli pathogen,
salmonella sp, klebsiella, pseudomonas,
aeromonas, proteus
Virus : rotavirus, adenovirus, Norwalk
virus, Norwalk like virus, CMV, echovirus,
virus HIV
Parasit : protozoa, entamoeba hystolitica,
giardia lambia, crytoporidium parvum,
balanitidium coli
Worm :A. Lumbricoides, cacing tambang,
trichuris trichiura, s. stercoralis,
cestodiasis
Fungus : kandida/ moniliasis
Parenteral OMA, pneumonia, traveler diare : e.coli,
entamoeba, giardia lambia, shigella
Malanan : intoksikasi makanan, alergi,
malabsorbsi

Imonudefisiensi Hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia, penyakit
granulomatosa kronik, defisiensi igA
Etiologi Diare Kronik Berdasarkan
Patofisiologi
Jenis Diare Etiologi
1. Diare a. Eksogen
Osmotik 1. Makan cairan yang aktif osmotic, sulit diabsorbsi; fosfat, laktulosa dan
sorbitol
2. Obat-obatan lain: colchichine, salicylic acid, anti kanker, anti depresan, anti
hipertensi (ACEi, β-blocker), obat diabetes mellitus (biguanide), teofilin.
b. Endogen
1. Kongenital: penyakit malabsorbsi spesifik (malabsorbsi glukosa-galaktosa),
penyakit malabsorbsi umum (defisiensi enterokinase, insufisiensi pancreas)
2. Didapat: penyakit malabsorbsi spesifik (intoleransi susu dan produk susu,
intoleransi sucrose, enteropati gluten, insufisiensi pancreas [alcohol],
bacterial overgrowth, malnutrisi protein-kalori), waktu pengosongan lambung
yang berlebihan.
2. Diare a. Infeksi : enterotoksin (Vibrio cholera, E.Coli pathogen (ETEC)),invasif ke
Sekretorik mukosa (shigellosis, salmonellosis, E. Coli invasif patogen (EIEC), E. Histolytica
b. Neoplasma (tumor karsinoid, gastrinoma
c. Hormon & neurotransmitter (kolesistokinin, sekretin)
d. Katartik : hidroksi asam empedu dan asam lemak
e. Kolitis mikroskopik (limfositik)
f. Lain-lain : diare asam empedu karena pasca kolesistektomi, reseksi ileum
terminal.
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi a. Maldigesti intraluminal (sirosis hati,
lemak obstruksi saluran empedu, bacterial
overgrowth)
b. Malabsorbsi mukosa (spru seliak,
penyakit infeksi [aids], obat
[kolestiramin, neomisin])
c. Obstruksi pasca mukosa
d. Campuran (sindrom usus pendek,
tirotoksikosis, malnutrisi protein-kalori,
enterokolitis radiasi)
4. Defek system pertukaran anion/ a. Infeksi usus
transport elektrolit aktif di enterosit b. Kongenital (diare klorida congenital,
diare karena kelainan transport Na+
usus)
5. Motilitas dan waktu transit usus Sindrom kolon iritabel, hipertiroid, pasca
abnormal reseksi lambung & vagotomi
6. Gangguan permeabilitas usus a. Penyakit seliak
b. Penyakit usus inflamatorik
c. Infeksi usus (bakteri Shigella &
Salmonella)
7. Eksudasi cairan, elektrolit dan mucus Kolitis ulseratif, penyakit crohn, Amubiasis,
berlebihan Shigelosis, tuberculosis usus, kanker usus.
3. Jelaskan tentang diare akut
a. Definisi
Diare akut adalah buang air besar dengan feses berbentuk cair atau
setengah padat, kandungan air feses lebih banyak dari biasanya yaitu
lebih dari 200 ml/24 jam. Diare ini berlangsung kurang dari 15 hari.
Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta
dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus,
demam, dan tanda-tanda dehidrasi

(sumber: ipd edisi VI dan Jurnal diare akut Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, Indonesia)
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Klasifikasi
1. Diare akut cair (termasuk kolera), yang berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, dan
dapat menyebabkan dehidrasi.
Diare berair akut terutama disebabkan oleh rotavirus, virus mirip-Norwalk, enterotoxigenic
Escherichia coli (ETEC), Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Clostridium difficile, Giardia, dan
cryptosporidia.
2. Diare akut atau disentri akut, yang dapat menyebabkan kerusakan usus, sepsis, malnutrisi dan
dehidrasi.
Patogen yang paling sering dikaitkan dengan diare berdarah akut adalah Shigella dan Entamoeba
histolytica. Campylobacter sp, invasif Escherichia coli, Salmonella, organisme Aeromonas, C.
difficile, dan Yersinia sp juga dapat menyebabkan diare berdarah.
3. Diare persisten (diare yang berlangsung lebih dari 14 hari).
Sumber: American Academy of Pediatric. 2017. Module 6 of the Pediatric Education in Disasters Manual.
https://www.aap.org/en.../disasters_dpac_PEDsModule6.pdf.
e. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
2. Diare osmotik
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
6. Gangguan permeabilitas usus
7. Diare inflamasi
8. Diare infeksi
Patogenesis Diare
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung

Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus

Oleh jasad renik dikeluarkan toksin ( toksin diaregenik)

Diare Akut
f. Tanda dan gejala
• Diare infeksi akut dapat disertai muntah, demam, tenesmus, nyeri
perut
• Diare yang berlangsung beberapa saat tanpa penanggulangan medis
adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan
tubuh (dehidrasi)
• Kehilangan cairan menyebabkan haus, penurunan berat badan, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam/ editor, Siti Setiati. 2015. Ed.6. Jakarta : Interna Publishing
g. Diagnosis
1. Anamnesis :
a. Frekuensi : normalnya anak-anak BAB 1-2 x/hari
b. Konsistensi : pada diare feses cair
c. Lama berlangsungnya diare : akut atau kronik
d. Warna : bergantung pada apa yg dimakan anak tersebut
e. Adanya muntah, tanda dehidrasi, demam, kejang, jumlah cairan
masuk, riwayat makan dan minum, penderita sekitar, pengobatan
yang diterima dan gejala invaginasi
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan umum, kesadaran, TTV dan BB
b. Selidiki tanda-tanda dehidrasi
c. Tanda ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit
3. Pemeriksaan Penunjang:
d. Pemeriksaan Tinja : tidak rutin dilakukan kecuali ada tanda-tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
e. Dehidrasi berat : elektrolit serum, analisis gas darah, nitrogenurea, dan
kadar gula darah.
h. Pemeriksaan penunjang
• a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum.
c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
• Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 ) adalah :
a)Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada intoleransi gula
biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
b)Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P
Serum pada diare yang disertai kejang ).
c)Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
i.Pencegahan dan Tatalaksana
• Pencegahan
Yang penting menjaga higenis perorangan dengan baik. Ini dapat
dilakukan dgn melaksanakan perilaku sehat, yaitu mencuci tangan
dengan benar menggunakan sabun. Dan teliti dalam memilih
makanan
• Tatalaksana
Pada prinsipnya ada 5 pilar tata laksana diare menurut WHO :
1) Rehidrasi,
2) Dukungan nutrisi
3) Pemberian antibiotik sesuai indikasi
4) pemberian zinc
5) Edukasi pada pasien/org tua pasien
Progress in Management of Diarrhea
Past
Recent Most Recent
(1970’s)

Intravenous • ORT: ORS New formula


FLUID
“All” • Limited IV ORS

Feeding:
Continue
FOOD Fasting during & Zn Supplement
increase
after
diarrhea
LIMITED ANTIMICROBIA
Antibiotic ANTIMICROBAL L
DRUGS
Antidiarrheal
ANTIDIARRHEAL
ANTIDIARHEAL

COMMUNI- “No” P-P


CATION communica Patient-Physician + Patient safety
tion
Communication
Global Diarrhoea Treatment Policy
WHO/UNICEF. Joint statement on the clinical
management of acute diarrhoea. 2004

1. Treatment of dehydration with ORS solution (or w/ an iv


electrolyte solution in cases of severe dehydration)
2. Provide children with 20mg/day of zinc for 10-14 days
3. Continue feeding or increase breastfeeding during, and
increase feeding after the diarrhoeal episode
4. Use antibiotics only when appropriate and abstain from
administering anti-diarrhoeal drug
5. Advise mothers of the need to increase fluids and continue
feeding during future episodes
New Recommendations on the
Management of Diarrhoea
j. Komplikasi
• Dehidrasi
• Gangguan elektrolit
• Penurunan berat badan
• Gagal tumbuh
• Diare yang lebih berat dan sering terjadi
k. Prognosis diare akut
Dubia ad bonam
4. Jelaskan tentang dehidrasi !
a. Definisi
• Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang
disertai “output” yang melebihi “intake” sehingga jumlah air pada
tubuh berkurang.Meskipun yang hilang terutama cairan tubuh ,tetapi
dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.

Sumber : A.Price,Sylvia.M.Wilson,Lorraine.2006.PATOFISIOLOGI
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
b. Klasifikasi
Menurut Lekasana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan
persentase kehilangan air dari berat badan :
1) Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari berat badan
2) Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan
3) Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan
c. Patofisiologi
• Kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan tubuh
melebihi cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat
dinamis menjaga manusia untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan.
Ketika keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus
akan muncul.Tubuh lalu menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk
mereduksi produksi kencing diginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang
keluar tidak banyak. Air yang kita minum umumnya cukup untuk mengganti
cairan yang hilang saat beraktivitas normal seperti bernapas, berkeringat, buang
air kecil, atau buang air besar.Dehidrasi kebanyakan disebabkan kondisi
tertentu. Misalnya penyakit macam diare, muntah, dan diabetes, atau berkeringat
berlebihan dan tidak segera menggantinya dengan minum.Saat dehidrasi, tubuh
tidak hanya kehilangan air, tapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa.
d. Penatalaksanaan

Dehidrasi derajat Ringan-Sedang


• Dapat diatasi dengan efektif melalui pemberian cairan ORS (oral rehydration
solution) untuk mengembalikan volume intravaskuler dan mengoreksi asidosis
• Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi adalah dengan kandungan glukosa
2-3 g/dL, natrium 45-90 mEq/L, basa 30mEq/L, kalium 20-25 mEq/L, dan osmolalitas
200-310 mOsm/L
• Adanya muntah bukan merupakan kontraindikasi pemberian ORS, kecuali jika ada
obstruksi usus, ileus, atau kondisi abdomen akut, maka rehidrasi secara intravena
menjadi alternatif pilihan. Defisit cairan harus segera dikoreksi dalam 4 jam
Dehidrasi derajat Berat
• Pada dehidrasi berat dibutuhkan evaluasi laboratorium dan terapi
rehidrasi intravena
• Tahap Pertama berfokus untuk mengatasi kedaruratan dehidrasi,
yaitu syok hipovolemia yang membutuhkan penanganan cepat. Pada
tahap ini dapat diberikan cairan kristaloid isotonik, seperti ringer
lactate (RL) atau NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB.
• Tahap Kedua berfokus pada mengatasi defisit, pemberian cairan
pemeliharaan dan penggantian kehilangan yang masih berlangsung.
• Secara kasar kebutuhan cairan berdasarkan berat badan adalah:
Berat badan < 10 kg = 100 mL/kgBB
Berat badan 10-20 kg = 1000 + 50 mL/kgBB untuk setiap
kilogram berat badan di atas 10 kg
Berat badan > 20 kg = 1500 + 20 mL/kgBB untuk setiap
kilogram berat badan diatas 20 kg
Kebutuhan Rumatan :
 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
 Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari
Alternatif lain :
• Berikan cairan sebanyak : 70 ml/kgbb
• Untuk bayi ( <12 bln ) : habiskan dalam 5 jam
• Untuk anak ( >12 bln) : habiskan dalam 2,5 jam
Dehidrasi Berat :
• Jenis cairan : Kristaloid ( RL, RA NS )
• Jumlah Cairan :
Bayi : 1 jam pertama : 30 ml/kgbb
5 jam berikut : 70 ml/kgbb
Anak : 30 menit pertama : 30 ml/kgbb
2,5 jam berikut : 70 ml/kgbb

Koreksi : Na, K
Hipokalemia
Batasan : kadar K < 3,5 mEq/L
Koreksi :
 Bila K < 2,5  tambahkan KCl 7,46% ( 1ml = 1 mEq/L) dalam infus dg
dosis 3-5 mEq/kgbb, max 40 mEq/L atau 20 mEq/kolf
 Bila K 2,5 – 3,5  tambahkan KCl 10 mEq per kolf  periksa ulang
sesudah 24 jam
5. Jelaskan tentang intoksikasi
makanan !
a. Definisi
Keracunan adalah keadaan patologik yang di sebabkan oleh obat,
serum, alkohol, dan bahan yang bersifat senyawa kimia toksik kedalam
tubuh baik melalui pencernaan, saluran pernafasan, atau kulit atau
mukosa yang menimbulkan gejala klinis.

Sumber : A.Price,Sylvia.M.Wilson,Lorraine.2006.PATOFISIOLOGI
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
b. Klasifikasi
Food Poisoning/Foodborne / Food Intoxication :
1. Berdasarkan gejala, durasi dan onset
c. Patofisiologi
d. Penatalaksanaan
• Stabilisasi
• Dekontaminasi
• Dekontaminasi gastrointestinal
• Eliminasi
• Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada saat pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmoner:
1. Pembebasan jalan napas
2. Perbaikan fungsi pernapasan. (ventilasi dan oksigenasi)
3. Perbaikan sistem sirkulasi darah
• Dekontaminasi gastrointestinal
Tujuan utk pemaparan terhp racun, dan mengurangi absorpsi.
Tindakan: pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi
dan kumbah lambung
• Ipecac sirup
Ipecac adlh ekstrak tanaman yang jika ditelan akan merupakan cara
yang tercepat dan terefektif utk menyebabkan muntah.

Usia Dosis

6-12 bulan 5-10 ml


1-12 th 15 ml
Dewasa 30 ml
• Eliminasi
Adalah tindakan utk mempercepat mengeluarkan racun setelah lebih
dari 4 jam. Apabila masih dalam saluran cerna dpt digunakan
pemberian Arang Aktif dosis 30-50 gr (0,5 – 1 gr /kg BB) setiap 4 jam
oral/enteral.
6. Resep
• Dikenal 3 bentuk rencana terapi
pada anak diare yang diberikan
berdasarkan derajat dehidrasi:
• Diare Tanpa Dehidrasi—Rencana
Terapi A
• Diare Dehidrasi Ringan/Sedang—
Rencana Terapi B
• Diare Dehidrasi Berat—Rencana
Terapi C
Kebutuhan Cairan Dehidrasi
Berat
• Anak laki-laki : 2 tahun • Total Cairan yang dibutuhkan
• BB : 13 kg
• = 390+910
30 menit pertama : 30 ml/kgBB
• = 1300 ml
• Kebutuhan cairan : 13 x 30 ml = 390 ml
• Tetesan : 390 x 15 = 195 tpm • Sehingga butuh 3 koff ( 1 koff=
500ml)
0,5 x 60
2,5 jam berikutnya : 70 ml/kgBB
• Kebutuhan cairan : 13 x 70 ml = 910 ml
• Tetesan : 910 x 15 = 91 tpm
2,5 x 60
Resep
kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai