Anda di halaman 1dari 48

Diskusi Kelompok Pemicu 1

Anggota Kelompok:
1. Eranio Arasranda Paembonan
2. Stefy Astri Devita Masil
3. Gabrelia Ulita Lumban Toruan
4. Bella Ayu Septyana
5. Miranda Timur
6. Golda Natalia
7. Ulfa Pratiwi
8. Billy Pebrinatan
9. Muhammad Ferry Alfayed

Fasilitator : dr. Dewi Klarita Furtuna, M. Ked.Klin., Sp. MK


Pemicu
BAB Cair yang Terus Menerus
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD
RS. Doris Sylvanus dengan keluhan BAB cair. BAB
cair sudah dialami sejak 5 hari yang lalu. BAB
cair lebih dari 10 kali dalam sehari. BAB cair
tidak disertai darah dan lendir. Pasien
mengeluhkan juga tubuh yang lemas dan rasa
mual. BAK normal. Pasien adalah seorang
pekerja di ladang milik perusahaan swasta.
• Kata Sulit : -
• Kata Kunci :
a. Identitas Pasien : Laki-laki, 35 tahun, pekerja
diladang
b. Keluhan Utama : BAB cair, onset sejak 5 hari
yang lalu, frekuensi >10x/hari, sifat BAB cair
tidak disertai darah & lendir
c. Keluhan tambahan : Rasa lemas dan mual
d. BAK normal
• Identifikasi Masalah
Laki-laki 35 tahun dengan keluhan utama BAB
cair tanpa disertai darah dan lendir sejak 5
tahun yang lalu, keluhan muncul >10x/hari
disertai tubuh lemas dan rasa mual
• Hipotesis
Laki-laki 35 tahun mengalami diare akut et causa
parasit
Pertanyaan Terjaring
1. Jelaskan interpretasi data tambahan
2. Tabel perbandingan DD
3. Jelaskan diare akut et causa parasit (Definisi-
Prognosis)
4. Jelaskan tentang anchylostoma duodenale
5. Hubungan pekerjaan (pekerja ladang) dengan
keluhan
6. Bagaimana cara cacing menyebabkan diare
7. Hubungan Hb dengan diare
1. Interpretasi Data Tambahan
Nilai norm
TTV Hasil
al
120/80
TD 110/70
mmHg Paru
dbn
60-100x/
Nadi 72x/menit
menit
16-20x/ jantung dbn
RR 20x/menit
menit
36,5- Abdomen
Suhu 36,5oC • Inspeksi dbn
37,5oC
• Auskultasi Bising usus meningkat
• Palpasi dbn
• perkusi dbn

Ekstremitas dbn
Pemeriksaan Lab Hasil Nilai Normal
4.500-
WBC 8500/µL 11.000 µL
RBC 3,43.106 /µL 4-6 .106 /µL
L= 13,5-18,0 /
HB 9,8 g/dL P = 11,5-16,0
HCT 28.8% 37-48 %
MCV 83,4 fL 80-100 fL
MCH 27,8 Pg 27-34 Pg
MCHC 35,6 g/dL 32-36 g/dL
PLT 255.103 /µL 150-400.103 µL
0,17-
Creatinin 137 mg/dl 1,5 mg/dL
Gula darah 141.86 mg/dL <110 mg/dL
L= < 37 / P
SGOT 32 = 31
L= < 42 / P
SGPT 28 = 32
Urea 75 mg/dL 8-25 mg/dL
HbsAG (-) negatif
Hasil pemeriksaan feses Ditemukan telur anchylostoma duodenale -
2. Tabel DD
Menurut definisi EHO, diare adalah pasase feses
dengan konsistensi lebih encer dan frekuensi
lebih sering (> 2 𝑘𝑎𝑙𝑖 dalam satu hari)
Diare et causa Bakteri Diare et causa Virus Diare et
causa
Parasit
Etiologi Vibrio cholera, Rotavirus, Norwalk Giardia
Enterotoxigenic E.Coli, virus, Adenovirus, Lambdia,
Enteropathogenic E.Coli Calicivirus, Astraovirus Cryptospo
Campylobacter jejuni, rodium
Shigella, Salmonella Entamoeb
a
hystolitica
Diare et causa Bakteri Diare et causa Virus Diare et causa Parasit

Karakteristik • Menginfeksi usus Virus menginvasi vili- • Menginfeksi usus


halus. Diare sangat vili usus halus. halus,
cair, tanpa disertai Absorpsi terganggu menyebabkan diare
inflamasi maupun dan terjadi maldigesti cair, berbau busuk,
invasi ke mukosa KH. Diare sering disertai
• Menginfeksi kolon, disertai muntah, malabsorpsi, nyeri
biasanya terdapat menggigil, demam perut, tanpa
invasi mukosa, dan malaise sehingga inflamasi
inflamasi, mukus disebut stomach flu • Menginfeksi kolon,
dan darah pada menyebabkan diare
diare inflamatorik
Diare et causa Bakteri Diare et causa Virus Diare et causa
Parasit
Pemeriksaan Pemeriksaan feses, Pemeriksaan feses
penunjang ditemukan laktoferin. adanya leukosit,
Dideteksi dengan uji atau dapat
agglutinasi lateks, ditemukan telur
sensitifitas 83 – 93 % dan maupun parasit itu
spesifisitas 61 – 100 % sendiri. Kotoran
terhadap pasien dengan biasanya tidak
Salmonella, mengandung
Campilobacter, atau leukosit, jika ada itu
Shigella spp, yang dianggap sebagai
dideteksi dengan biakan penanda inflamasi
kotoran. kolon baik infeksi
maupun non
infeksi.
3. Diare Akut ec Parasit
a. Definisi
Diare akut adalah buang air besar dengan
feses berbentuk cair atau setengah padat,
kandungan air feses lebih banyak dari biasanya
yaitu lebih dari 200 ml/24 jam. Diare ini
berlangsung kurang dari 15 hari. Disebabkan
oleh parasit contohnya etamoeba
histolytica,giardia lamblia, cryptospordium
parvum, balantidum coli.
b. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
• 1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromonas
• 2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,
Astrovirus
• 3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Strongyloides stercoralis
• 4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan,
c. Epidemiologi
d. Klasidikasi
1. Lama waktu diare :
• Diare akut
• Diare kronik
2. Mekanisme patofisiologis :
• Diare osmotik
• Diare sekretorik
• Diare eksudatif/inflamatorik
• Diare dismotilitas
3. Penyebab :
• Infektif
• Non-infektif
Sumber : Kapita Selekta Kedokteran/ Chris Tanto ... [et al] – ed.IV – jilid II. 2014. Jakarta : Media Aesculapius
e. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
2. Diare osmotik
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
6. Gangguan permeabilitas usus
7. Diare inflamasi
8. Diare infeksi
f. Tanda dan Gejala
• Buang air besar encer
• Sering Kram
• perut Nyeri perut
• Demam
g. Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan , pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis( riwayat penyakit, latar belakang penyakit,
dan lingkungan pasien)
-Keluhan diare berlangsung kurang dari 15 hari
- mual muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja
yang sering, tinja berdarah ( Campylobacter,
Aeromonas, Shigella, and V. Parahemolyticus)
menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi
mukosa usus; diare air disertai darah.
2. Pemeriksaan fisik
-Status volume dinilai dengan memperlihatkan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, tempertur tubuh dan
tanda toksisitas.
-Pemeriksaan abdomen : kualitas bunyi usus, ada atau
tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan.
3. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah lengkap (Hemogoblin, hematokrit,
leukosit, hitung jenis leukosit, kadar elektrolit serum, Ureum,
kreatinin, pemeriksaan tinja.
*Pada pasien diare karena virus Memiliki jumlah dan hitung jenis
Leukosit yang normal. Pada pasien diare karena infeksi bakteri
memiliki leukosit yang tinggi, adanya telur cacing dan parasit
dewasa.
Sumber : Sudoyo, Aru. W, dkk. 2014.Buku ajar IPD. Jilid II.edisi VI. Hal 1905-1906. Jakarta : Interna Publishing.
h. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan lab:
• Jenis cacing nematode: ancylostoma duodenal,
necator americanus / cacing tambang
• Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase
migrasi larva) mendapatkan:
a) eosinofilia(1.000-4.000 sel/ml),
b) feses normal,
c) infiltrat patchy pada foto toraks, dan
d) peningkatan kadar IgE
Diagnosis infeksi cacing tambang dapat dilakukan dengan beberapa
cara:
1. Pemeriksaan Sediaan langsung
Diambil tinja kira-kira 0,2 g diletakan pada kaca benda. Kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan garam fisiologis dan diratakan. Selanjutnya
ditutup dengan kaca penutup dan langsung diperiksa dibawa
mikroskop. Untuk memberikan warna pada tinja agar telur cacing
tampak lebih jelas, dapat digunakan 1 tetes eosin 0,2% sebagai
pengganti garam fisilogis.
2. Tehnik Pengapungan Dengan NaCl jenuh.
Dimasukan tinja kurang lebih 5 g kedalam tabung reaksi dan ditambah
NaCl jenuh,diaduk sampai homogen, diambil kaca tutup, dan diamkan
10-15 menit di dalam tabung reaksi. Diambil kaca tutup tanpa
mengubah kedudukannya langsung diletakan pada kaca benda dan
diperiksa telur-telurnya.
3. Pemeriksaan Tinja Menurut Kato
Tehnik ini dirintis oleh kato untuk pemeriksaan telur
cacing,yaitu: memotong kertas selofan 30-50 mm x 20-30
mm dan direndam dalam larutan malachite green 3%
yang encer selama 24 jam atau lebih. Ambil tinja 50-60
mg diletakan diatas kaca benda dan tutup sepotong
selofan yang telah direndam dalam larutan tersebut.
Diratakan dengan ibu jari dan ditekan selofan tadi supaya
tinjanya merata. Kaca benda tersebut didiamkan pada
suhu 400C selama 30 menit atau suhu kamar selama 1
jam. Sediaan tersebut diperiksa dengan pembesaran
lemah atau lensa objyektif 10x.
4. Tehnik Pengapungan dengan Gula
Diambil tinja 3 mg dilarutkan dalam 3 ml larutan gula dan
diaduk sampai rata. Ditambah larutan gula jenuh lagi
sampai permukaan mulut tabung cembung. Kaca tutup
ditaruh diatas tabung reaksi, setelah 25 menit kemudian
kaca tutup diletakan diatas kaca benda. Periksa di bawa
mikroskop.

• DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan tinja
dengan ditemukannya telur, larva,atau bahkan cacing
dewasa.
i. Pencegahan dan Tatalaksana
• Jaga asupan makanan
• Menjaga kebersihan
• Kurangi asupan makanan berlebihan

Tatalaksana :
Indikasi rawat inap :
• Dehidrasi sedang-berat
• Vomitus persisten
• Diare yang progresif dan makin berat dalam 48 jam
• Lansia dan geriatrik
• Diare akut disertai komplikasi
Terapi diare akut terdiri atas rehidrasi, nutrisi,
terapi simtomatik, dan terapi definitif.
• Rehidrasi
Metode pemberian terapi rehidrasi :
 Oral : diberikan pada pasien dengan diare akut tanpa
komplikasi atau dehidrasi ringan dan bisa minum,
menggunakan larutan rehidrasi oral atau oralit yang
direkomendasikan WHO.
 Enteral : pada pasien yang terus-menerus muntah dan
tidak dapat menoleransi pemberian cairan per-oral.
Cairan diberikan secara enteral menggunakan pipa
nagogastrik.
 Parenteral : diberikan pada diare akut dengan dehidrasi
sedang-berat atau komplikasi lain.
• Nutrisi
Pemberian makanan harus langsung dimulai 4 jam setelah
dehidrasi. Makanan diberikan dalam bentuk small and frequent
feeding dibagi menjadi 6x makan sehari. Susu sapi, kafein,
alkohol dan buah-buahan kaleng sebaiknya dihindari dulu karena
dapat memicu diare.
Terapi Simtomatik :
• Antimotilitas
Agen pilihan adalah loperamid 4 mg dosis awal lalu dilanjutka 2
mg tiap diare. Maksimal 16mg/24 jam. Loperamid tidak boleh
diberikan pada diare berdarah atau dicurigai diare inflamatorik.
• Anti sekretorik
Bismuth subsalisilat dan agen terbaru racecadotril aman
digunakan pada anak-anak. Namun tidak pada orang dewasa
dengan kolera.
• Antispamodik
Hyocine-n-buttilbiomid 10 mg, 2-3x sehari, maksimum 100mg/hari
Ekstrak belladona 5-10mg, 3x sehari
Papaverin 30-60mg, 3x sehari
Mebeverin 35-100mg, 3x sehari

• Pengeras feses
Atalpugit 2 tablet @630 mg tiap diare, maksimal 12 tablet/hari
Smektit 9g/24 jam dibagi dalam 3 dosis
Koolin-pektit 2,5 tablet @550mg/20mg tiap diare, maksimal 15
tablet/24 jam
Terapi Definitif
Lini pertama pada orang dewasa adalah
kuinolon (mis. Siprofloksasin 2x 500 mg -selama
5-7 hari), lini kedua kotrimoxazole 2x160/800
mg selama 5-7 hari. Bila curiga infeksi parasit,
terapi pilihan adalah metronidazole 3x250-500
mg selama 7-14 hari.
j. Komplikasi
Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis
(terjadi sekitar 1 % pada diare akut pada
wisatawan). Bisa timbul defisiensi laktase,
pertumbuhan bakteri di usus secara berlebihan,
sindrom malabsorpsi.

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam/ editor, Siti Setiati – ed.VI – Jilid I. 2015. Jakarta : interna
Publishing
3. Diare akut et causa parasit
k. Prognosis
Dubia ad bonam
4. Ancylostma duodenale
a. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
telur pada pemeriksaan tinja. Karena telur sulit
ditemukan pada pada infeksi ringan disarankan
menggunakan prosedur konsentrasi.
b. Cara Infeksi
Larva filariform
Ancylostoma
duodenale secara per
oral tertelan bersama
makanan yang
terkontaminasi tanah
c. Epidemiologi
• Insidens tinggi ditemukan pada penduduk
indonesia, terutama di daerah pedesaan,
khususnya perkebunan. Seringkali pekerja
perkebunan yang langsung berhubungan dengan
tanah mendapat infeksi lebih dari 70%
• Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja
sebagai pupuk kebun (diberbagai daerah
tertentu) penting dlm penyebaran infeksi
• Pertumbuhan larvar Ancylostoma duodenale (23-
25 derajat celcius)
d. Gejala Klinis
• Larva di sekitar tempat menembus kulit menyebabkan
iritasi local disebut ground itch yang merupakan reaksi
alergi, paling sering terjadi di kaki. Gejala akibat larva
di jaringan paru mirip pharingitis.
• Keberadaan cacing dewasa di usus halus menyebabkan
keluhan tidak enak pada perut, nyeri epigastrium,
mual, muntah dan diare. Gejala anemia terjadi secara
perlahan sesuai infeksi yang menahun terjadi anemia
kekurangan zat besi atau anemia hipokromik
mikrositik.
e. Morfologi
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut
yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale
ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya
10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya
menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S, yang
betina 9 – 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 – 9 x 0,3 mm. Rongga mulut
A.duodenale mempunyai dua pasang gigi, N.americanus mempunyai
sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut
bursa copalatrix. A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur
10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir. Telur dari kedua spesies
ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong
dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan
tidak bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum
akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus.
f. Pengobatan
• Mebendazole
• Albendazole
• Pyrantel pamoat
• Anti anemia
g. Siklus hidup
Telur dikeluarkan bersama feses → bila telur
berada di tanah dengan kondisi sesuai, menetas
→ larva rhabditiform → larva filariform (stadium
infektif) → sirkulasi darah → paru-paru →
esophagus → usus halus → cacing dewasa
h. Morfologi telur
• berbentuk oval ukuran : panjang ± 60 μm dan
lebar ± 40 μm
• dinding 1 lapis tipis dan transparan
• isi telur tergantung umur :
Tipe A → berisi pembelahan sel (1 – 4 sel)
 Tipe B → berisi pembelahan sel (> 4 sel)
 Tipe C → berisi larva
i. Morfologi cacing dewasa
• Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dgn
mulut yg merekat pd mukosa dinding usus halus
• Betina mengeluarkan 10.000-25.000 telur/hari
• Bentuk tubuh menyerupai huruf C
• Jantan P: 8-11mm, D:0,4-0,5 mm
• Betina 10-13 mm, D: 0,6 mm
• Pada rongga mulut terdapat 2 pasang gigi ventral
• Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks
5. Hubungan pekerjaan di ladang
dengan diare
6. Bagaimana cacing dapat
menyebabkan diare
• Manusia yang terinfeksi bisa dilihat dari fesesnya bila menyetuh
tanah berubah menjadi larva 1 ( Larva rabditiform ) memakan
bahan organik dalam tanah melalui masa evolusi sebelum berubah
menjadi larva 3 ( larva filaroformes) – memasuki kulit, selain itu
jalan alternatifnya bisa masuk secara oral- pembuluh darah – paru
paru- trakea –dan esophagus dan dari esophagus migrasi ke usus
(selama perpindahan berubah menjadi larva 4 dan pada usus
menjadi larva 5, larva duodenale yang masuk secara oral tidak
melewati langkah migrasi paru melainkan langsung ke usus
menempel pada mukosa usus dan menghisap darah (10.000-
20.000 perhari) cacing dewasa yang ada di usus halus akhirnya
menyebabkan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan
konstipasi.

Sumber : repository. usu


7. Hubungn Hb dengan Diare
Menurut penelitian yang dilakukan di brazil, dikatakan
bahwa kadar Hb < 11 g/dl maka lama perawatannya
dapat sampai ≥ 5 hari, sedangkan kadar Hb > 11 g/dl
maka lama perawatannya dapat hanya sampai 1 hari.
Dehidrasi merupakan suatu keadaan
keseimbangan cairan tubuh terganggu karena hilangnya
cairan tubuh baik cairan intrasel maupun cairan ekstrasel
tanpa diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup.
Kejadian diare merupakan kasus yang paling sering
menyebabkan terjadinya dehidrasi, di samping muntah
dan poliuria (Philips et al., 2001).
Kesimpulan
Laki-laki usia 35 tahun menderita diare
akut dikarenakan parasit Ancylostoma
duodenale akibat gaya hidup yang kurang
higienis. Penatalaksanaan yang diberikan kepada
pasien adalah dengan memberikan obat
antelmetik dan anti anemia. Hipotesis dapat
diterima.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai