Anda di halaman 1dari 7

ABORTUS

Definisi
• berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan
Epidemiologi
• Dipengaruhi oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan
kelahiran dengan anak memiliki kelainan genetik.
• Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15% dari semua
kehamilan, 80% terjadi pada usia kehamilan 12 minggu.
• Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan
blighted ovum dan 50-60% dikarenakan abnormalitas
kromosom, penggunaan obat dan faktor lingkungan
1) Faktor maternal
Etiologi
a) Kelainan genetalia ibu :
(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).
(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
(3)Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, dan
mioma submukosa.
(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

b) Penyakit-penyakit ibu :
(1)Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,
pielitis, rubeola, dll. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu
atau invasi kuman atau virus pada fetus.
(2)Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
(3)Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi
gravis.
(4)Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
c) Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi Misalnya,
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain.
Dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
e) Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomaly plasenta.
f) Usia ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang
dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin,
sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan
berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom, dan
penyakit kronis
2) Faktor janin
Pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan.
Menurut penelitian, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan
karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio;
dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal
6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang
disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya
kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan
oleh kelainan ovum (50-80%).

3) Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus.
Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan
abortus. Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi,
dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol, nikotin,
Pb, dan lain-lain), sinar rontgen.
Patologi
• awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan di sekitarnyahasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing didalam uterusuterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya.
• kehamilan < 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korealis belum menembus desidua terlalu dalam.
• Kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan
secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.
• kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka
disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk.
Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
• Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk : janin tidak
tampak didalam kantong ketuban (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati
lama disebut missed abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam
waktu singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, kemudian
pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging (mola kruenta).

Anda mungkin juga menyukai