Anda di halaman 1dari 25

Informed consent

Sri Hendarsih
Pengertian
 Informed consent (IC): adalah suatu
izin (consent) atau pernyataan setuju
dari pasien yang diberikan dengan
bebas dan rasional, sesudah
mendapatkan informasi dari
dokter/tenaga kesehatan lainnya dan
sudah dimengertinya
 ASPEK ETIKA  ASPEK HUKUM
 Keharusan dokter/ PERDATA
perawat untuk  Terkait dengan
menghormati (hak ketentuan-
azasi) kemandirian ketentuan hukum
penderita dalam perikatan yang
menetapkan diatur dalam buku
pilihan jenis III KUHP
tindakan medik
yang akan
dilakukan
terhadapnya
INFORMED CONSENT
 Suatu persetujuan/ kesepakatan/
perizinan sepihak (dari penderita) kepada
dokter/ perawat, yang dilandasi oleh
informasi yang cukup terhadap tindakan
medik yang akan dilakukan terhadapnya

 Sebagai syarat terjadinya suatu transaksi


medis (sebelum terjadi transaksi medis)
SYARAT- SYARAT SAHNYA PERIKATAN

 Kecakapan/ kematangan membuat perikatan


 Suatu hal yang telah tertentu
 Suatu sebab yang halal
INFORMED CONSENT

 Tidak berarti dokter/ perawat bebas dari


tuduhan malpraktek medis
 Informasi kepada penderita memang menjadi
kewajiban dokter/ perawat …. bila dokter/
perawat lalai/ sembrono dalam melakukan
tindakan medis hingga berakibat penderita cacat
atau meninggal tetap dapat dituntut melakukan
malpraktek
 Untuk hasil diagnosis dan terapi harus dokter
sendiri
ASPEK HUKUM PIDANA

 Penderita mempunyai hak penuh atas


dirinya
 Apa yang diperbuat atas dirinya (tindakan
medis) harus sepengetahuan dan
mendapat persetujuannya
 Tanpa persetujuan/ sepengetahuan
penderita tindakan dokter / perawat dapat
dikategorikan penipuan (pidana), atau
tindak pidana penganiayaan (pasal 351
KUHP)
TIGA SYARAT DIBEBASKAN DARI
TUNTUTAN TERSEBUT DI ATAS

 Penderita beri persetujuan


 Tindakan medis berdasar indikasi medik
dan tujuannya konkret (jelas)
 Tindakan medis sesuai dengan ilmu
kedokteran (profesional – protap)
Pengertian
 Dalam keadaan gawat Informed
consent ada 2 macam
 Dengan dinyatakan (express):
 secara lisan (oral) dan
 secara tertulis (written)
 Dianggap diberikan (implied or tacit
consent)
 Dalam keadaan biasa /normal, darurat
(emergency)
 Memperoleh informasi adalah hak klien, sebaliknya
merupakan kewajiban bagi dokter/perawat untuk
memberikannya.
 Pasien berhak tanpa harus diminta untuk meperoleh
informasi tentang penyakitnya serta tindakan medik apa
yang hendak dilakukan terhadap dirinya.
 Seorang dokter umumnya melihat pasien dari segi
mediknya saja, sedangkan bagi pasien mungkin ada hal-
hal lain yang tidak kalah penting baginya yang harus
turut pula dipertimbangkan. Misalnya segi keuangan ,
rencana keluarga, psikis, sosial.
 Pada prinsipnya dokter harus memberikan informasi
kepada pasien itu sendiri, kecuali pasien anak (kepada
orang tuanya), anak yatim (kepada walinya), dan orang
dewasa yang dibawah pengampuan (kepada walinya)
Yang berhak menerima informasi

 Penderita sendiri bila telah dewasa (21 tahun)


 Wali, bila belum dewasa atau tidak sadar/ gila
 Yang wajib memberikan informasi
 Dokter yang menangani langsung
 Dokter lain atas permintaan dokter yang
menangani (bila bukan tindakan bedah) secara
tertulis
 Dokter yang menangani tindakan (bila invasif/
operatif)
 Perawat senior (bila masalah perawatan) atau
atas persetujuan dokter yang menangani
INFORMASI PADA PASIEN
 Hal-hal apa saja yang diinformasikan
 Diagnosis hasil pemeriksaan (klinis, lab., radiologi dll)
 Alternatif terapi : Kekurangan & kelebihan masing-
masing model terapi (konservatif, operasi dll. )
 Pembeayaan
 Rincian tiap tindakan terapi
 Frekuensi keberhasilan/ kegagalan
 Resiko langsung & tidak langsung
 Rasa yang tidak enak yang mungkin terjadi (berat & berapa
lama)
 Keuntungan terapi (jangan berlebihan)
 Prognosis
YANG DIKESAMPINGKAN ATAS HAK
INFORMASI

 Penderita yang menjalani pengobatan


dengan plasebo (alasan khusus)
 Penderita yang labil emosi : misal, lemah
jantung (informasi di sampingkan kepada
keluarga)
 Penderita penyakit jiwa
 Penderita anak-anak (belum dewasa)
PEMAHAMAN INFORMASI
 Bahasa yang dimengerti
 Istilah medis/keperawatan disesuaikan
dengan tingkat pendidikan
 Bila perlu digunakan video tape atau
gambar anatomi
 Di negara barat hal kerahasiaan ini sangat prinsip. Di
Indonesia soal kerahasiaan penyakit tampaknya tidak begitu
ketat diantara anggota keluarga. Mungkin disebabkan karena
falsafah dan sosial budaya yang berlainan sedangkn di negara
barat merupakan rahasia pribadi
 Di Indonesia soal rahasia penyakit tidak selalu merupakan
rahasia keluarga, kecuali terutama yang menyangkut penyakit
kelamin, karena mengutarakan langsung kepada salah seorang
anggota keluarga suami atau istri atau pihak lainnya bisa
mengakibatkan timbulnya perceraian (informasi harus seijin
klien)
 Dokter/.tenaga kesehatan tidak diperkenankan
memberikan informasi kepada orang lain
(kewajiban menyimpan rahasia kedokteran)

 KUH perdata pasal 1909


 KUH pidana pasal 322
 KUH acara pidana pasal 170
 Dalam pemberian obat informasi yang harus diberikan
terutama efek sampingnya. Misalnya obat penenang,
seperti diazepam (valium), yang dapat menimbulkan
rasa mengantuk; obat kanker ( rasa mual, kerontokan
rambut)

 Demikian juga larangan mengkonsumsi obat tersebut


bersamaan dengan obat lain atau larangan lainnya.

 Bila tindakan yang hendak dilakukan bersifat


diagnostik lebih diperlukan informasi yang jelas.
Karena hal itu merupakan harapan setiap pasien
pada umumnya bahwa dokter akan
menyembuhkan penyakitnya atau setidak-
tidaknya meringankan penderitaan, sedangkan
tindakan yang bersifat diagnostik belum sampai
ketahap pengobatan
 Dokter selalu berkewajiban untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan
pasien tentang penyakitnya kecuali:

 pada pemberian plasebo


 jika informasi justru akan merugikan klien itu
sendiri
 apabila klien belum dewasa atau
dibawah pengampuan (onder curatele)
 Informasi yang harus diberikan pada klien,
contoh: tindakan operasi
 operasi apa yang hendak dilakukan;
hernia caesar, appendectomy, dsb.
 Manfaat operasi
 Risiko yang terkait dengan operasi tsb
 Alternatif lain apa yang ada (bila mungkin
ada)
 Akibatnya bila operasi tidak dilakukan
 Tingkat pendidikan dan intelektual klien perlu
diperhatikan pada pemberian informasi karena syarat
IC: harus dimengerti oleh klien dan suka rela
(ingat bisa saja informasi sudah diberikan tetapi klien
tidak mengerti)
 IC baru ditandatangani bila klien sudah mengerti
 Tidak semua risiko yang mungkin timbul perlu
diinformasikan pada klien terhadap suatu tindakan
yang akn dilakukan, karena itu tidak mungkin
dilakukan, yang penting adalah unsur-unsur risiko
yang umum berkaitan pada suatu kasus sperti:
 sifat risiko tersebut
 tingkat keseriusan risiko
 besar/kecilnya kemungkinan timbulnya risiko
 jarak waktu kemungkinan risiko itu timbul
 Pedoman lain yang dapat dipertimbangkan
untuk risiko yang harus diinformasikan:
 Risiko yang berkaitan dengan tindakan (harus
diinformasikan)
 Risiko yang timbulnya tidak dapat diduga
sebelumnya (tidak wajib), sebab kalau
diberikan padahal timbulnya belum tentu, maka
penjelasan bahkan bisa menimbulkan
katakutan yang tidak perlu kepada plien
sehingga bisa mengagalkan pemberian
terapinya.
 Implied consent/ tacit consent (TC) yaitu consent yang
dianggap diberikan tanpa dinyatakan (dengan menarik
kesimpulan dari sikap klien). Menyangkut tindakan biasa yang
secara umum sudah diketahui setiap klien dan yang biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit, rasa sakit sedikit saja atau tidak
menimbulkan akibat apa-apa. Cotoh pasien yang datang ke unit
gawat darurat karena terdapat luka yang harus dijahit.
Kedatangan yang tanpa disuruh sudah bisa dianggap sebagai
persetujuan.

 Tidak semua IC dibuat secara tertulis (tidak praktis) dan tidak


mungkin dilakukan untuk setiap tindakan. Fungsi IC tertulis
adalah untuk lebih memudahkan pembuktiannya apabila kelak
ada tuntutan.

 IC adalah pernyataan kehendak (wilsuiting) sepihak (pihak


pasien) bukan suatu perjanjian. Pernyataan tersebut bisa
dibatalkan setiap saat tanpa dokter dpat berbuat apa-apa.
Kalau surat perjanjian pembatalan harus disetujui kedua belah
pihak.
 Bila pasien menolak suatu tindakan dia harus
membuat surat pernyataan penolakan (informed
refusal) dan akan menanggung segala risiko akibat
penolakan tersebut. Bila pasien tidak mau, dokter
mencatat dlm medical record, hari, jam tanggal kalau
bisa ada saksi.
 Walaupun sudah ada IC pada tindakan yang akan
dilakukan, namun bila ada unsur negligence pada
pihak dokter, pasien tetap dapat menuntut dokter
 Surat pernyataan secara umum yang dibuat oleh
pasien sewaktu masuk rumah sakit “ bahwa ia
menyetujui semua tindakan medik yang akan
dilakukan adalah persetujuan semu (blanket
consent)
 Pasien disodorkan formulir persetujuan tindakan operasi pada
saat ia didorong ke kamar bedah , tanpa diberika informasi
terlebih dahulu = pro-forma consent/ consent hanya
merupakan formil administratif saja.

 IC tidak dapat didelegasikan kepada perawat/yang lain, sebab


tanggung jawabnya adalah tetap pada dokternya. Hubungan
terapetik dokter-pasien harus ada dialog dan temu pikiran
antara kedua belah pihak. Memberika informasi mengenai
tindakan medik (operasi) termasuk medical care yang hanya
dapat dilakukan oleh dokternya sendiri.

 Jika pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) tidak


ada keluarganya tidak perlu menunggu IC, apabila keadaan
pasien sudah sedemikian gawatnya sehingga tidak ada waktu
lagi untuk menghubungi keluarga untuk minta persetujuan,
dokter harus segera mengambil tindakan. Pertimbangannya
penundaan tindakan operasai bisa menyebabkan nyawa pasien
tidak dapat tertolong lagi. Keadaan ini= TC
 Implied consent dalam keadaan gawat darurat
disebut constructive consent. Dasar hukumnya
KUH perdata 1354 berbunyi: apabila seseorang
secara sukarela tanpa disuruh telah mengurusi
urusan orang lain, baik dengan atau tanpa
disuruh telah mengurus urusan orang lain, baik
dengan atau tanpa sepengetahuan orang itu
maka ia secara diam-diam telah mengikatkan
dirinya untuk meneruskan mengurusi urusan itu
sehingga orang tersebut sudah mampu
mengurusnya sendiri

Anda mungkin juga menyukai