Anda di halaman 1dari 122

DEFINISI

Infeksi Saluran Kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan


ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin.

bakteriuria patogen dengan colony forming units per


mL CFU/ml urin >105, dan lekositouria >10 per
lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik.
UMUR INSIDENS (%) FAKTOR RISIKO
(TAHUN) PEREMPUAN LELAKI
<1 0,7 2,7 Foreskin, kelainan anatomi gastrourinary
1-5 4,5 0,5 Kelainan amatomi gastrourinary
6-15 4,5 0.5 Kelainan fungsional gastrourinary
16-35 20 0,5 Hubungan seksual, penggunaan diaphragm
36-65 35 20 Pembedahan, obstruksi prostate, pemasangan kateter
>65 40 35 Inkontinensia, pemasangan kateter, obstruksi prostat
ETIOLOGI
• Eschericia coli merupakan MO yang paling sering
diisolasi dari pasien dengan ISK simtomatik
maupun asimtomatik.
• Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan
seperti Proteus spp (33% ISK anak laki-laki berusia
5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan
koagulase negatif.
• Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti
Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca
kateterisasi.
UROLOGICAL INFECTIONS - LIMITED UPDATE MARCH 2015
KLASIFIKASI

Upper Lower
UTI Pyelonephritis, UTI
intra-renal abscess,
perinephric abscess Cystitis, urethritis,
(usually late prostatitis
complications of
pyelonephritis)
PATOGENESIS
PERAN PERAN BACTERIAL
PERANAN FAKTOR
PATOGENISITAS ATTACHMENT OF
VIRULENSI LAINNYA
BAKTERI MUCOSA
• Tidak semua bakteri • Menurut penelitian, • Setelah fimbrae atau
dapat menginfeksi dan fimbriae (proteinaceous pili berhasil melekat
melekat pada jaringan hair-like projection from pada sel uroepithelial
saluran kemih. Bakteri bacterial surface) (sel epitel saluran
tersering yang merupakan salah satu kemih), maka proses
menginfeksi saluran pelengkap selanjutnya dilakukan
kemih adalah E.coli patogenesitas yang oleh faktor virulensi
yang bersifat mempunyai lainnya. Sebagian besar
uropathogen kemampuan untuk uropatogenik E.coli
melekat pada (UPEC) menghasilkan
permukaan mukosa hemolysin yang
saluran kemih befungsi untuk
menginisiasi invasi
UPEC pada jaringan dan
mengaktivasi ion besi
bagi kuman patogen
(sekuestrasi besi).
PATOGENESIS
• Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi
bakteriuri simtomatik tergantung dari :
1. patogenitas bakteri sebagai agent.
2. status pasien sebagai host.
3. cara bakteri masuk ke saluran kemih (bacterial
entry).
• Tidak semua bakteri dapat menginfeksi dan
melekat pada jaringan saluran kemih. Bakteri
tersering yang menginfeksi saluran kemih adalah
E.coli yang bersifat uropathogen.
Patogenitas Bakteri (agent)
• Bakteri tersering yang menginfeksi saluran kemih
adalah E.coli yang bersifat uropathogen.
• Strain bakteri E. coli hidup atau berkoloni di usus
besar atau kolon manusia. Beberapa strain
bakteri E. coli dapat berkoloni di daerah
periuretra dan masuk ke vesika urinaria.
• Strain E. colimasuk ke VU≠ memberikan
gejala klinismemiliki strain yang sama dengan
E. coli pada usus.
Lanjutan..
• Strain E. colimasuk ke VUmemberikan
gejala klinisstrain E. coli bersifat
uropatogenik (UPEC) yang memiliki faktor
virulensiberbeda dari strain E. coli yang ada
di usus.
Faktor Virulensi E. coli
Penentu virulensi Alur
Fimbriae  Adhesi
 Pembentuk jaringan ikat (scarring)
Kapsul antigen K  Resistensi terhadap pertahanan tubuh
 Perlengketan (attachment)
Lipopolysaccharide side  Resistensi terhadap fagositosis
chains (O antigen)
Lipid A (endotoksin)  Inhibisi peristalsis ureter
 Proinflamatori
Membran protein lainnya  Kelasi besi
 Antibiotika resisten
Hemolysin  Kemungkinan perlengketan
 Inhibisi fungsi fagosit
 Sekuestrasi besi
Faktor Tuan Rumah (host)
• Menurut penelitian, status saluran kemih
merupakan faktor risiko pencetus ISK.
Faktor predisposisi (pencetus) ISK
 Litiasis
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Nekrosis papilar
 DM pasca transplantasi ginjal
 Nefropati analgesik
 Penyakit Sickle-cell
 Senggama
 Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
 Kateterisasi
Lanjutan..
• Lapisan epitel pada dinding VU mengandung
membran yang melindungi jaringan dari
infeksi dan berkapasitas untuk mengenali
bakteri dan mengaktivasi mekanisme
pertahanan tubuh.
• Sel uroepithelial mengekspresikan toll-like
receptors (TLRs) yang dapat mengikat
komponen spesifik dari bakteri sehingga
menghasilkan mediator inflamasi.
Lanjutan..
• Respon tubuh dengan mengsekresikan
kemotraktan seperti interleukin-8 untuk
merekrut neutrofil ke area jaringan yang
terinvasi.
• Ginjal juga memproduksi antibodi untuk
opsonisasi dan fagositosis bakteri serta untuk
mencegah perlekatan bakteri.
• Maka, mekanisme imunitas seluler dan
humoral ini berperan dalam pencegahan ISK.
Cara Bakteri Menginvasi (bacterial
entry)

• Pada umumnya, bakteri di area periuretra naik


atau secara ascending masuk ke saluran
genitourinaria dan menyebabkan ISK.
• Sebagian besar kasus pielonefritis disebabkan
oleh naiknya bakteri dari kandung kemih,
melalui ureter dan masuk ke parenkim ginjal.
Lanjutan..
• Kejadian ISK oleh karena invasi MO secara
ascending juga dipermudah oleh refluks
vesikoureter.
• Pendeknya uretra wanita dikombinasikan
dengan kedekatannya dengan ruang depan
vagina dan rektum merupakan predisposisi
yang menyebabkan perempuan lebih sering
terkena ISK dibandingkan laki-laki.
PRESENTASI KLINIS ISK
INFEKSI SALURAN KEMIH
ATAS BAWAH
Symptoms of an upper UTI can include: Symptoms of a lower UTI can include:
• a high temperature (fever) of 38ºC • urethral syndrome – this includes needing
(100.4ºF) or above to urinate more often, a constant, dull pain
• uncontrollable shivering in the pubic region, and pain when
• nausea (feeling sick) urinating (dysuria)
• vomiting • cloudy urine or blood in your urine
• diarrhoea (haematuria)
• urine that smells unusually unpleasant
• back pain
• a general sense of feeling unwell
Klasifikasi
• Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
1. ISK atas : terdiri dari pielonefritis (akut dan kronik).
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal,
ditandai primer oleh radang jaringan interstitial
sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat
mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik
dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan radiologik.
PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin
walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan
anak-anak.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan
jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus,
mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri
(immediate atau late effect) dengan atau
tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-
kelainan radiologi. Dari semua faktor
predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks
vesiko ureter lebih memegang peranan
penting dalam patogenesis PNK.
2. ISK bawah : terdiri dari sistitis, prostatitis
dan epidimitis, uretritis, serta sindrom uretra.
Pada perempuan biasanya berupa sistitis dan
sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki
berupa sistitis, prostatitis, epidimitis, dan
uretritis. Sistitis akut adalah radang selaput
mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang
timbulnya mendadak, biasanya ringan dan
sembuh spontan (self-limited disease) atau
berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis
akut).
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih
yang menyerang berulang-ulang (recurrent
attact of cystitis) dan dapat menyebabkan
kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran
kemih bagian atas dan ginjal. Sindrom uretra
akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril),
sering dinamakan sistitis abakterialis karena
tidak dapat diisolasi mikroorganisme
penyebabnya.
MANIFESTASI KLINIK

Tabel 2.5 Simtomatologi ISK


Lokal Sistemik
• Disuria • Panas badan sampai menggigil
• Polakisuria • Septicemia dan syok
• Stranguria Perubahan urinalisis
• Tenesmus • Hematuria
• Nokturia • Piuria
• Enuresis nocturnal • Chylusuria
• Prostatismus • Pneumaturia
• Inkontinesia
• Nyeri uretra
• Nyeri kandung kemih
• Nyeri kolik
• Nyeri ginjal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

– Urinalisis
• Leukosuria
• Hematuria
– Bakteriologis
• Mikroskopis
• Biakan bakteri
– Tes kimiawi
– Tes Plat-Celup (Dip-slide)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Analisa urin rutin.
• Uji Biokimia.
• Mikrobiologi.
• Renal Imaging Procedures.
MANAJEMEN ISK
Treatment of urinary-tract infection is based on its location (in the upper or the
lower tract), and on patient characteristics.

UROLOGICAL INFECTIONS - LIMITED UPDATE MARCH 2015


TERAPI

Sumber: Current Medical Diagnosis and Treatment 2014


TERAPI

Sumber: Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th, Ed. 2005


KOMPLIKASI
• ISK sederhana (uncomplicated): ISK akut non-
obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada
umumnya merupakan penyakit ringan (self
limited disease) dan tidak menyebabkan akibat
lanjut jangka lama.
• ISK tipe komplikasi (complicated): biasanya terjadi
pada perempuan hamil dan pasien dengan
diabetes mellitus. Abses perinefritik merupakan
komplikasi ISK pada pasien DM (47%),
nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).
Infeksi Saluran Kemih

• Adanya pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih,


meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung
kemih

• Pertumbuhan bakteri yang mencapai ≥ 100.000 unit koloni


per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari,
digunakan sebagai batasan diagnosis ISK

Pedoman Pelayanan Medis IDAI Jilid 1, 2010


Angka Kejadian

• Bervariasi tergantung usia dan jenis kelamin

• Pada anak < 10 tahun ISK ditemukan pada 3.5% anak


perempuan dan 1.1% pada anak laki-laki

Pedoman Pelayanan Medis IDAI Jilid 1, 2010


Patogenesis

Biasanya bersifat Akibat terjadinya


Pada neonatus
hematogen sepsis

Infeksi ascendens
Pada anak yang Biasanya berasal ke kandung kemih /
lebih besar dari perineum ureter / parenkim
ginjal
Faktor Predisposisi

• Gangguan aliran urin yang menyebabkan


obstruksi mekanik maupun fisiologis
• Refluks vesiko-ureter
• Kelainan anatomi
• Batu saluran kemih
• Pemasangan kateter
• Statis urin karena obstipasi
• Tumor
• Neurogenic bladder
• dll
Penegakkan Diagnosis

• Pada Neonatus s/d usia 2 bulan


Anamnesis • Berupa gejala sepsis
• Demam, apatis, BB tidak naik,
muntah, mencret, anoreksia,
problem minum, dll

• Pada bayi
• Demam, BB sulit naik atau anoreksia

• Pada anak lebih besar


• Sakit saat miksi, frekuensi miksi
meningkat, nyeri perut atau
pinggang, mengompol, urine berbau
menyengat

(Pedoman Pelayanan Klinis Ikatan Dokter Indonesia Jilid I tahun 2010)


• Demam
Pemeriksaan Fisis • Nyeri ketok sudut kostovertebral
• Nyeri tekan suprasimfisis
• Kelainan pada genitalia eksterna : fimosis,
epispadia, hipospadia, sinekia vulva
• Kelainan pada tulang belakang : spina
bifida

Pemeriksaan • Urinalisis
Penunjang • Proteinuria
• Leukosituria (>5 / LPB)
• Hematuria (>5 / LPB)
• Bakteriuria (tergantung metode
pengambilan sampel urin)

(Pedoman Pelayanan Klinis Ikatan Dokter Indonesia Jilid I tahun 2010)


Intepretasi Hasil Biakan Urine
Cara Penampungan Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi
Pungsi suprapubik Bakteri gram negatif; asal > 99%
ada kuman
Bakteri gram positif;
beberapa ribu
Kateterisasi kandung kemih > 104 95%
104 – 105 Diperkirakan ISK
103 – 104 Diragukan, ulangi
Urin pancar tengah
Laki-laki >104 Diperkirakan ISK
Perempuan 3 x biakan > 105 95%
2 x biakan > 105 90%
1 x biakan > 105 80%
5 x 104 – 105 Diragukan, ulangi
104 – 5 x 104 (klinis Diperkirakan ISK, ulangi
simptomatik) Tidak ada ISK
104 – 5 x 104 (klinis
asimptomatik) Tidak ada ISK
< 104
Pemeriksaan Lain
• Pemeriksaan penunjang lain dilakukan
untuk mencari faktor risiko
• Pemeriksaan USG
• Foto polos perut
• IVP
• Miksio-sito-uretrogram (MSU) bila perlu
• Pemeriksaan ureum dan kreatinin
serum untuk menilai fungsi ginjal
Algoritme Penanggulangan dan Pencitraan
pada Bayi <6 bulan dengan ISK
Algoritme Pencitraan
Pada Anak 6 Bulan – 3 Tahun dengan ISK
Algoritma Penctiraan
Pada Anak > 3 Tahun dengan ISK
Tatalaksana

• Sebelum ada hasil biakan urin dan uji


kepekaan  beri antibiotik secara empirik
selama 7-10 hari
Medikamentosa
• Anak dengan gejala urosepsis, dehidrasi,
muntah, intake sulit, berusia <1 bulan 
dirawat untuk rehidrasi dan terapi
antibiotika IV

• Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran


Bedah kemih yang ditemukan

• Asupan cairan cukup


• Perawatan hygiene daerah perineum dan
Suportif periuretra
• Pencegahan konstipasi
Dosis Antibiotik Untuk Infeksi Saluran Kemih
Obat Dosis mg/kg/hari Frekuensi/ (umur bayi)
(A) Parenteral

Ampisilin 100 Tiap 12 jam (bayi<1 minggu)


Tiap 6-8 jam (bayi>1 minggu)
Sefotaksim 150 Dibagi tiap 6-8 jam
Gentamisin 5 Tiap 12 jam (bayi<1 minggu)
Tiap 24 jam (bayi>1 minggu)
Seftriakson 75 Sekali sehari

(B) Oral --- Rawat Jalan, antibiotik oral (pengobatan standar)


Amoksisilin 20-40 mg//kghari q8h
Ampisilin 50-100 mg/kg/hari q6h
Sefaleksin 50 mg/kg/hari q8h (C) terapi profilaksis
Sefiksim 4 mg/kg q12H 1x malam hari
Dosis Profilaksis
Pemantauan
• Dalam 2 x 24 jam fase akut  umumnya gejala menghilang
• Bila belum menghilang pikirkan untuk mengganti antibiotik lain
• Pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang dilakukan sebelum
pengobatan akut dihentukan
• Bila memungkinkan setiap 1 bulan / 3 bulan
• Beri antibiotik sesuai hasil uji kepekaan
• Pengobatan profilaksis jika :
– Ada kelainan anatomik / fungsional
– ISK berulang
– ISK pada neonatus
– Pielonefritis akut
Batu Traktus Urinarius
Suatu keadaan timbulnya batu di dalam saluran kemih, baik di dalam
ginjal, ureter, maupun di dalam buli-buli.

Terjadi dalam berbagai ukuran, bentuk, warna, komposisi dan susunan.

Dapat berbentuk bulat, elipsoid, persegi empat maupun tidak teratur


seperti buah murbei.

Permukaan dapat kasar atau halus dan diliputi oleh kristal

Sebagian lunak, sebagian dapat dipotong, sebagian tidak dapat


dihancurkan sama sekali
Insidensi
• 75% pada anak usia dibawah 12 tahun
• 57% pada usia 1 – 6 tahun

Gejala
• Nyeri saat miksi
• Hematuria, kadang disertai urine keruh
• Pancaran urine tidak lancar

Pemeriksaan Laboratorium
• Hematuria makroskopis / mikroskopis
• Sedimen urine mengandung eritrosit dan leukosit
• Ditemukan kristal spesifik
• Proteinuria ringan
• Biasanya leukosit > eritrosit
Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos abdomen  batu radioopak
• IVP  batu radiolusen
• Pyelografi retrogard

Terapi
• Konservatif : relaksasi otot ureter
• Banyak minum
• Olah raga teratur
• Diuretika
• Analgesik
• Sedativa
• Antibiotik jika terdapat infeksi
• Operatif
Analisa Kasus
Analisa Identitas Pasien

Identitas Os Infeksi Saluran Kemih Vesikolithiasis


Laki-laki (+) (+)
Pada anak <10 tahun, Laki-laki : Perempuan
perempuan 3.5% 3:1
laki-laki 1.1%
Usia : 8 tahun 8 bulan (+) (+)

Dapat terjadi pada 75 % pada usia < 12


neonatus, bayi dan anak < tahun
10 tahun
Analisa Keluhan Utama
Keluhan Utama Os Infeksi Saluran Kemih Vesikolithiasis
Disuria (+) (+)
Biasanya pada anak besar
Hematuria di akhir (+) (+)

Dapat berupa hematuria Dapat berupa hematuria


makroskopis/mikroskopis makroskopis/mikroskopis
Kadang disertai warna
urin yang keruh
Analisa Riwayat Lain
Riwayat Lain Infeksi Saluran Kemih Vesikolithiasis
RPS (-) (-)
RPD (-) (-)
RPK (-) (-)
RPA (-) (-)
RPO (-) (-)
R. Kehamilan (-) (-)
R. Persalinan (-) (-)
Pola Makan (-) Perlu ditelaah diet tinggi
kalsium, oksalat dan
magnesium
R. Imunisasi (-) (-)
R. Tumbuh Kembang (-) (-)
RPPs (-) (-)
Analisa Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Infeksi Saluran Kemih Vesikolithiasis
Keadaan Umum (+) (+)
Tampak Sakit Ringan Dapat bersifat Dapat bersifat
asimptomatik asimptomatik
Suhu (-) (+)
Kisaran Normal Biasa terdapat demam Pada batu saluran kemih
OS tidak demam
Tekanan Darah (+) (+)
100/60 ISK tidak menyebabkan Batu saluran kemih tidak
gangguan TD menyebabkan gangguan
TD
Status Gizi (+/-) (+/-)
Obesitas Bukan merupakan faktor Bukan merupakan faktor
risiko yang nyata risiko yang nyata, kecuali
bila pola makan OS
merupakan diet tinggi
kalsium dan oksalat
Analisa Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih Vesikolithiasis
Kejernihan Urin (+) (+)
Keruh Bila disertai dengan Dapat berupa gross
(Normal : jernih) hematuri hematuria
Sedimen Leukosit (+) (+)
8-10/LPB Leukosituria (leukosit Sedimen urin
(Normal : 0-5/LPB) >5/LPB) mengandung leukosit
Sedimen Eritrosit (+) (+)
50-60/LPB Hematuria Hematuria
(Normal : ≤3/LPB)
Protein Urin (+) (+)
2+ Dapat disertai
(Normal : -) proteinuria ringan
Oleh :
Atit Puspitasari Dewi
Nurul Ain Mohamad Kamal
Angga Hergalianto

Preceptor:
Teddy A. Sihite, dr., SpPD
Pendahuluan

ISK merupakan salah satu penyakit infeksi


yang tersering ditemukan di praktik umum
Data penelitian epidemiologi klinik :
25-35% semua perempuan dewasa pernah
mengalami ISK selama hidupnya
Terminologi ISK

Istilah umum yang menunjukkan keberadaan


mikroorganisme (MO) dalam urin
Secara mikrobiologi  Jika terdapat
bakteriuria yang bermakna yaitu ditemukan
mikroorganisme patogen >105cfu/ml pada
urin aliran tengah yang dikumpulkan dengan
cara yang benar.
Kategori ISK secara anatomis

Pielonefritis Akut (PNA)


Atas Pielonefritis Kronis (PNK)

ISK
Wanita : Sistitis, Sindroma Akut
Uretra (SUA)
Bawah

Pria : Sistitis, Prostatitis,


Epidimidis, Uretritis
Faktor penyebab negatif palsu pada pasien ISK:

 Pasien telah mendapat terapi antimikroba


 Terapi diuretika
 Minum banyak
 Pengambilan sampel tidak tepat waktu
 Peranan bakteriofag
Epidemiologi

Selama periode usia beberapa bulan dan usia


lebih dari 65 tahun  perempuan > laki-laki
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih
sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah 1%
meningkat mejadi 5% selama periode aktif
secara seksual
Faktor predisposisi ISK:
 Litiasis
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Nekrosis papilar
 Diabetes Mellitus
 pasca transplantasi ginjal
 Nefropati analgesik
 Penyakit Sickle-cell
 Senggama
 Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
 Katerisasi
Famili, Genus dan Spesies Mikroorganisme
yang Paling Sering Sebagai Penyebab ISK
Gram negatif Gram positif
Famili Genus Spesies Famili Genus Spesies
Enterobacteri Escherichia Coli Microco- Staphylo- Aureus
aceae coccaceae coccus
Klebsiella Pneumoniae
Oxytosa Strepto-
Proteus Mirabilis cocceae Strepcoccus Fecalis
Vulgaris Enteroco
Enterobacter Cloacae Coccus
aerogenes
Providencia Rettgeri
Stuartii
Morganella Morganii
Citrobacter Freundii
Diversus
Serrotia Morcescens

Pseudomona Pseudomonas Aeroginosa


daceae
Patogenesis
Patogenitas bakteri

• MO paling sering : E.coli


ISK • Kemampuan perlekatan bakteri
pada mukosa  Fimbrae
• lipopolisakarida (LPS)
Host • Toksin α-haemolisin, cytotoxic
necrotizing factor-1 (CNF-1) dan
iron uptake system (aerobactin dan
• kelainan struktur anatomi enterobactin).
kambuh
• Faktor virulensi lainnya
• Status imunologi : gol.darah,
status sekretor
Gender dan aktivitas seksual

Kehamilan

Obstruksi

Disfungsi neurogenic bladder


Kondisi yang
mempengaruhi Refluks Vesikoureteral
Patogenesis
Virulensi bakteri

Faktor Genetik
Kondisi yang • Gender dan aktivitas
mempengaruhi seksual
Patogenesis

 ISK pada kehamilan terjadi sekitar 2-8%


 Faktor predisposisinya: penurunan tonus ureter, penurunan peristaltis ureter,
vesicoureteral valves yang inkompeten.
Kondisi yang Kehamilan
mempengaruhi
Patogenesis

 Uretra wanita letaknya dekat dengan anus, pendek (4cm), dan ujungnya terletak
di bawah labia.
 Faktor predisposisi bakteriuria yang penting pada pria adalah hipertrofi
prostat
Kondisi yang Obstruksi
mempengaruhi
Patogenesis

Segala sesuatu yang menurunkan aliran urin mis. tumor, striktur, batu, atau
hipertrofi prostat dapat menyebabkan hidronefrosis dan peningkatan frekuensi ISK
Kondisi yang Disfungsi Neurogenic
mempengaruhi Bladder
Patogenesis

ISK diinisiasi oleh penggunaan kateter untuk drainase kandung kemih dan stasis urin di
dalam kandung kemih yang terlalu lama
Kondisi yang Refluks Vesikoureteral
mempengaruhi
Patogenesis

 Merupakan refluks urin dari kandung kemih naik ke ureter dan terkadang sampai ke
pelvis renal.
 Refluks vesikoureteral ini terjadi saat berkemih atau bila terjadi peningkatan tekanan
di dalam kandung kemih
Kondisi yang Virulensi Bakteri
mempengaruhi
Patogenesis

 serogrup O, K, dan H.
 inisiasi timbulnya infeksi adalah perlekatan bakteri pada sel uroepitelial
yang dimediasi oleh fimbrae yang melekat pada reseptor spesifik pada sel
epitel.
 sel epitel mensekresi interleukin (IL)6 dan IL-8 (dengan kemotaksis leukosit
ke kandung kemih) dan menginduksi apoptosis dan deskuamasi sel epitel.
Tabel faktor virulensi
Eschericia coli
Penentu virulensi Alur
Fimbrae Adhesi
Pembentuk jaringan ikat
Kapsul antigen K Resistensi terhadap pertahanan
tubuh
Perlengketan (attachment)
LPS side chain (O antigen) Resistensi terhadap fagositosis
Lipid A (endotoksin) Inhibisi peristaltis ureter
Pro-inflamatori
Membran protein lainnya Kelasi besi
Antibiotika resisten
Kemungkinan perlengketan
Hemolysin Inhibisi fungsi fagosit
Sekuestrasi besi
Fig. 3. The surface of Escherichia coli
Kondisi yang Faktor Genetik
mempengaruhi
Patogenesis

 Riwayat maternal yang mengalami sering ISK


 Jumlah dan tipe reseptor spesifik
Mekanisme pertahanan tubuh
• Urin selalu steril karena dipertahankan jumlah
dan frekuensi berkemih
• Sekresi mukus oleh kelenjar di 2/3 distal
uretra wanita
• Pada pria: uretra panjang, sekresi mukus oleh
prostat
• Mekanisme sphincter uretra  mencegah
naiknya kuman dari bag. Distal sal kemih
Patofisologi
Berkemih

Pili (fimbrae) bakteri melekat pada epitelium atau


Masuk ke sel epitel sal. kemih

Bakteri menetap dan berkembang di epitelium

Infeksi
Patofisiologi
• Individu normal, baik pada laki-laki maupun perempuan,
urinnya selalu steril karena dipertahankan jumlah dan
frekuensi kencing.
• Uretra distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme
nonpathogenic fastidious Gram positif dan gram negatif.
• Hampir semua pasien dengan ISK disebabkan oleh invasi
mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung
kemih.
• Pada beberapa pasien invasi mikroorganisme dapat mencapai
ginjal. Proses ini dipermudah oleh refluks vesikoureter.
• Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang
ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriemia
Presentasi Klinik
1. Pielonefritis Akut
 Panas tinggi (39,5 – 40,5oC), disertai
menggigil
 Mual, muntah
 Diare
 Nyeri pinggang
 Sering didahului gejala-gejala ISK bawah
(sistitis).
• pemeriksaan fisik : nyeri tekan di satu atau kedua
costovertebral angle atau pada palpasi abdomen.
• leukositosis dan bakteri pada pewarnaan Gram pada
sediaan urin.
• Hematuri dapat ditemukan selama fase akut, jika
hematuri menetap setelah manifestasi akut harus
dipikirkan kemungkinan lain selain infeksi yaitu batu,
tumor, atau tuberkulosis.
2. ISK bawah (sistitis)
 sakit suprapubik
 Polakisuria
 nokturia, dan
 disuria.
 Urin menjadi keruh, berbau, dan kadang berdarah pada 30% kasus.
• Sel darah putih dan bakteri dapat dideteksi
pada pemeriksaan mikroskopis urin.
• Manifestasi lain: suhu >38,3 oC, mual,
muntah, dan nyeri costovertebral angle,
biasanya mengindikasikan adanya infeksi
renal.
3. Sindrom Uretra Akut (SUA).
 Sulit dibedakan dengan sistitis.
 disuri dan sering kencing
 disertai cfu/ml urin <105 : sering disebut
sistitis abakterialis
 Pasien dengan SUA sering ditemukan pada
wanita usia antara 20-50 tahun.
SUA dibagi 3 kelompok pasien, yaitu:

1. Pasien dengan piuria.


- E.coli dengan 103-105cfu/ml urin
- Sumber infeksi berasal dari kelenjar peri-uretral
atau uretra sendiri.
2. Pasien lekosituria 10-50/lapang pandang tinggi
dan kultur urin steril.
Kultur (biakan) khusus ditemukan Chlamidia
trachomatis atau bakteri anaerobik.
3. Pasien tanpa piuri dan biakan urin steril.
4. ISK rekuren.
Terdiri 2 kelompok, yaitu:

Reinfeksi. Relapsing infection.


Pada umumnya episode Setiap kali infeksi disebabkan
infeksi dengan interval mikroorganisme yang sama,
>6minggu dengan disebabkan karena sumber infeksi
mikroorganisme yang tidak mendapat terapi yang
berlainan. adekuat.
Tabel Klasifikasi ISK Rekuren dan
Mikroorganisme
Patogenesis Mikoroorganisme Gender
Klasifikasi ISK

Sekali-sekali ISK Reinfeksi Berlainan Laki atau wanita

Sering ISK Sering episode ISK Berlainan Wanita


ISK persisten Sama

ISK setelah terapi Terapi tidak sesuai Sama Wanita atau laki

Tidak adekuat Terapi inefektif Sama Wanita atau laki


(relapsing) setelah reinfeksi
Infeksi persisten Sama Wanita atau laki
Reinfeksi cepat Sama / Berlainan Wanita atau laki
Berlainan
Fistula enterovesikal Wanita atau laki
6. Catheter-Associated UTI
Bakteriuria  10 – 15% pada pasien
rawat dengan kateter.
Risiko infeksi sekitar 3 – 5% per hari.
Penyebab infeksi antara lain, E.coli,
Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Serratia, Staphylococci, Enterococci,
dan Candida.
Faktor yang mempengaruhi:

kateter yang terlalu lama,


penyakit dasar yang berat,
kateter dan selang drainase yang terputus,
perawatan kateter yang tidak baik
kurangnya terapi antimikroba sistemik
KOMPLIKASI ISK
Tipe Sederhana (uncomplicated)
• non-obstruksi
• bukan perempuan hamil
• penyakit ringan (self limited disease)
• tidak menyebabkan akibat lanjut jangka panjang
ISK

Tipe berkomplikasi (complicated).

• ISK selama kehamilan. ISK selama


kehamilan
• ISK pada diabetes melitus
 Basiluria asimtomatik (BAS)faktor resiko untuk
pielonefritis diikuti penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG)
 Pielonefritis emfisematosa disebabkan MO pembentuk
gas seperti E. Coli, Candida spp dan Klostridium

sering disertai syok septik dan nefropati akut


vasomotor (AVH).
 Abses perinefrik merupkan komplikasi ISK pada pasien
dengan DM (47%), nefrolitiasis (41%) dan obstruksi
ureter (20%).
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS ISK

Protokol standar:

Analisa urin rutin


 pemeriksaan mikroskop urin
segar tanpa putar
 kultur urin
jumlah kuman/mL urin
renal imaging procedures

• Tidak boleh rutin, harus berdasarkan indikasi klinis yang


kuat.
• Renal imagine procedures untuk invesigasi faktor
predisposisi ISK;
Ultrasonogram (USG)
Radiografi
- Foto perut polos
- pielografi IV
- micturating cystogram
Isotop scanning
Indikasi Investigasi Lanjutan Setelah ISK
• ISK kambuh (relapsing infection)
• Pasien laki
• Gejala urologik: kolik ginjal, piuria, hematuria
• Hematuria persisten
• Mikroorganisme (MO) jarang : Pseudomonas spp dan
Proteus spp
• ISK berulang dengan interval < 6 minggu
Manajemen ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah

Prinsip :
 intake cairan yang banyak,
 antibiotika yang adekuat,
 terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin (bila
perlu)
– Hampir 80% pasien akan memberikan
respon setelah 48 jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3
gram, trimetropim 200 mg.
– Infeksi menetap disertai leukosuria 
terapi konvensional selama 5-10 hari.
– Pemeriksaan mikroskopik urin dan
biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
– Disertai faktor predisposisi Terapi antimikroba
yang intensif diikuti koreksi faktor resiko.
– Tanpa faktor predisposisi
• Asupan cairan banyak
• Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran
tunggal (trimetropim 200 mg)
– Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Rawat inap  memelihara status hidrasi dan terapi
antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
Terapi awal antibiotika IV selama 48-72 jam sebelum
diketahui MO sebagai penyebabnya:
– Fluorokuinolon
– Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
– Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida
Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut

• Kegagalan untuk mempertahankan hidrasi normal atau toleransi


terhadap antibiotika oral
• Pasien sakit berat atau dehidrasi
• Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
• Diperlukan investigasi lanjutan
• Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
• Komorbiditas seperti kehamilan, DM, usia lanjut
PENCEGAHAN

Insiden Infeksi Saluran Kemih (ISK) Selama Kehamilan


Status Insiden
Basiluria asimtomatik 4 – 10 %
- Riwayat IK sejak anak tanpa
pembentukan jaringan ikat 7%
- Riwayat ISK sejak anak disertai
pembentukan jaringan ikat 7%
Sistitis 4%
Pielonefritis 1– 2 %
Bakteriuria Asimtomatik pada Kehamilan

 Pravalensi bakteriuria asimtomatik pada kehamilan


2 – 10 %
 Tergantung dari status sosio-ekonomi.
 Setiap perempuan hamil dengan basiluri asimtomatik

harus mendapat terapi antimikroba

mencegah presentasi klinis pielonefritis dan


komplikasi kehamilannya.
Bakteriuria Asimtomatik pada Diabetes Melitus

Prevalensi bakteriuria asimtomatik pada perempuan dengan DM >


perempuan tanpa DM. Patogenesis kepekaan terhadap ISK diantara
pasien DM tidak diketahui pasti.

Beberapa peneliti  memberikan terapi


antimikroba pada basiluria asimtomatik pada
pasien dengan DM.
Resipien Transplantasi Ginjal

Prevalensi bakteriuria asimtomatik cukup tinggi mencapai 35-79%


diantara resipien pada 3-4 bulan pertama pasca transplantasi ginjal

Bakteriuria simtomatik dengan presentasi klinis yang muncul 6 bulan pertama (late
infection) pasca transplantasi ginjal dengan presentasi klinik ringan.
ISK Berhubungan dengan Kateter
Prevalensi infeksi nosokomial mencapai 40%

Bakteri asimtomatik dilaporkan 26% diantara kelompok pasien indwelling catheter


mulai dari hari 2-10 hari. Hampir 25% dari kelompok pasien tersebut diikuti presentasi
kilnik ISK.

Sebagian besar peneliti tidak menganjurkan antibiotika


sebagai pencegahan infeksi saluran kemih terkait kateter.
Di negara maju seperti USA, menganjurkan penggunaan
kateter urin berselaput campuran perak atau kateter oksida
perak
micturating cytogram
• Pemeriksaan untuk mengetahui adanya
Refluks Vesikoureteral
• Cara:
Bahan kontras  kandung kemih distensi &
ingin BAK  radogram serial  mulai
kandung kemih distensi, saat, dan setelah
berkemih
Sampel Urin
Urine mid stream
Wadah : bermulut lebar, dapat disumbat rapat,
etiket
Penyimpanan pada suhu 4oC
Infeksi Saluran Kemih

• Adanya pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih,


meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung
kemih

• Pertumbuhan bakteri yang mencapai ≥ 100.000 unit koloni


per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari,
digunakan sebagai batasan diagnosis ISK
Etiologi
• Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman
penyebab tersering (60-80%) pada ISK
serangan pertama
• Kuman lain penyebab ISK. Yang sering adalah
Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia,
Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris,
Patogenesis

Biasanya bersifat Akibat terjadinya


Pada neonatus
hematogen sepsis

Infeksi ascendens
Pada anak yang Biasanya berasal ke kandung kemih /
lebih besar dari perineum ureter / parenkim
ginjal

• Penyebab tersering adalah Eschericia coli pada 60-80% kasus


pertama
Faktor Predisposisi

• Gangguan aliran urin yang menyebabkan


obstruksi mekanik maupun fisiologis
• Refluks vesiko-ureter
• Kelainan anatomi
• Batu saluran kemih
• Pemasangan kateter
• Statis urin karena obstipasi
• Tumor
• Neurogenic bladder
• dll
Penegakkan Diagnosis

• Pada Neonatus s/d usia 2 bulan


Anamnesis • Berupa gejala sepsis
• Demam, apatis, BB tidak naik, muntah,
mencret, anoreksia, problem minum dll

• Pada bayi
• Demam, BB sulit naik atau anoreksia

• Pada anak lebih besar


• Sakit saat miksi, frekuensi miksi
meningkat, nyeri perut atau pinggang,
mengompol, urine berbau menyengat
• Demam
Pemeriksaan Fisis • Nyeri ketok sudut kostovertebral
• Nyeri tekan suprasimfisis
• Kelainan pada genitalia eksterna : fimosis,
epispadia, hipospadia, sinekia vulva
• Kelainan pada tulang belakang : spina
bifida

Pemeriksaan • Urinalisis
Penunjang • Proteinuria
• Leukosituria (>5 / LPB)
• Hematuria (>5 / LPB)
• Bakteriuria (tergantung metode
pengambilan sampel urin)
Intepretasi Hasil Biakan Urine

Cara Penampungan Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi


Pungsi suprapubik Bakteri gram negatif; asal > 99%
ada kuman
Bakteri gram positif;
beberapa ribu
Kateterisasi kandung kemih > 105 95%
104 – 105 Diperkirakan ISK
103 – 104 Diragukan, ulangi
Urin pancar tengah
Laki-laki >105 Diperkirakan ISK
Perempuan 3 x biakan > 105 95%
2 x biakan > 105 90%
1 x biakan > 105 80%
5 x 104 – 105 Diragukan, ulangi
104 – 5 x 104 (klinis Diperkirakan ISK, ulangi
simptomatik)
104 – 5 x 104 (klinis Tidak ada ISK
asimptomatik)
< 104 Tidak ada ISK
Pemeriksaan Lain
• Pemeriksaan penunjang lain dilakukan
untuk mencari faktor risiko
• Pemeriksaan USG
• Foto polos perut
• IVP
• Miksio-sito-uretrogram bila perlu
• Pemeriksaan ureum dan kreatinin
serum untuk menilai fungsi ginjal
Algoritme Penanggulangan dan Pencitraan
pada Bayi <6 bulan dengan ISK
Algoritme Pencitraan
Pada Anak 6 Bulan – 3 Tahun dengan ISK
Algoritma Penctiraan
Pada Anak > 3 Tahun dengan ISK
Tatalaksana

• Sebelum ada hasil biakan urin dan uji


kepekaan  beri antibiotik secara empirik
selama 7-10 hari
Medikamentosa
• Anak dengan gejala urosepsis, dehidrasi,
muntah, intake sulit, berusia <1 bulan 
dirawat untuk rehidrasi dan terapi
antibiotika IV

• Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran


Bedah kemih yang ditemukan

• Asupan cairan cukup


• Perawatan hygiene daerah perineum dan
Suportif periuretra
• Pencegahan konstipasi
Tabel Dosis Antibiotika Parenteral (A), Oral (B) dan
Profilaksis (C) yang Sering Digunakan untuk
Pengobatan ISK
Pemantauan
• Dalam 2 x 24 jam fase akut  umumnya gejala menghilang
• Bila belum menghilang pikirkan untuk mengganti antibiotik lain
• Pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang dilakukan sebelum
pengobatan akut dihentukan
• Bila memungkinkan setiap 1 bulan / 3 bulan
• Beri antibiotik sesuai hasil uji kepekaan
• Pengobatan profilaksis jika :
– Ada kelainan anatomik / fungsiona
– ISK berulang
– ISK pada neonatus
– Pielonefritis akut
Indikasi Rawat
• ISK pada neonatus, pielonefritis akut
• ISK dengan komplikasi seperti gagal ginjal
• Hipertensi
• ISK disertai sepsis atau syok
• dengan gejala klinik yang berat seperti rasa
sakit yang hebat, toksik, kesulitan asupan oral,
muntah dan dehidrasi
Komplikasi
• Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut
ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi pada
masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut
ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah
mengalami episode pielonefritis akut. Faktor
risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur
muda, keterlambatan pemberian antibiotik
dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, dan
obstruksi saluran kemih

Anda mungkin juga menyukai