Anda di halaman 1dari 18

DISKUSI

TOPIK AUTISME

Nur Sigit 2010730151


Laila Farhana 2011730147
Muliana Ratna Sari 2012730066
Tia Gita Wulandari 2013730110

Pembimbing
Dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ(K)

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU


KEDOKTERAN JIWA
RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA
TIMUR
Juni 2017
Musa Izzanardi Wijanarko, bocah asal Bandung, yang masih
berumur 14 tahun itu lolos SBMPTN yang pengumumannya
diumumkan kemarin Selasa, 13 Juni 2017. Bocah 14 tahun 6 bulan
ini setelah lolos SBMPTN langsung diterima sebagai mahasiswa
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebenarnya Musa sudah
dikenal sejak 2016, kala itu ia baru berumur 13 tahun, ia
diberitakan jadi peserta termuda yang ikut SBMPTN tapi
kemudian gagal lolos.

Menurut Yanti Herawati, ibu kandung Izzan, anaknya memang


tergolong cerdas sejak kecil. Izzan kecil dikenal sebagai anak yang
aktif, tidak pernah berhenti bergerak. Saat kecil ia suka merusak
barang-barang dan menyerang teman-temannya.
Yanti memaparkan alasan anaknya tidak pernah bersekolah
resmi. Karena perilaku Izzan, orang tua memeriksakan kondisi
Izzan ke psikolog. Izzan pun didiagnosis mengalami Autism
Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan perkembangan saraf
yang mempengaruhi kemampuan IQ.

Ia pun sempat menjalani serangkaian terapi dalam kurun waktu


tertentu hingga merasa tertekan dengan terapi tersebut. Saat
terapi dihentikan, mirip kisah Einstein, Izzan akhirnya keluar
dari sekolah dan memilih belajar di rumah.

Sebagai ganti guru di sekolah, selama 14 tahun Yanti mulai


mengajari anaknya sendiri di rumah. Awalnya ia membiarkan
sang anak bermain sesukanya.
Menurut dia, kejeniusan Izzan mulai terlihat ketika usiannya
masih 3 tahun. Buku-buku tentang tokoh-tokoh fisika dan
matematika menjadi bacaan wajibnya sehari-hari. Sampai suatu
ketika, Izzan bertanya pada sang ibu tentang sosok Sir Isaac
Newton. “Bu kenapa Newton bisa menghitung gerak planet?,”
pertanyaan Izzan kecil pada Yanti. “Saya jawab, Newton
menghitung dengan rumus matematika.”

Menurut pengakuan Yanti, ia tak menerapkan program khusus.


pada pengajarannya di rumah. Ia hanya mengikuti perkembangan
dan keinginan belajar anak. Sejak saat itu ia berminat dengan
Matematika dan dunia sains. Yanti juga mengajari anaknya
membaca huruf Hijaiyah dan membaca Iqra.
Bahkan Izzan meminta ibunya untuk mengajarinya bermain
catur hingga akhirnya permainan asah otak tersebut menjadi
aktivitas rutin ibu dan anak ini. Menginjak usia 6 tahun, Izzan
bertambah cerdas. Bocah pengagum Newton ini pun kerap kali
mempraktikkan hukum gravitasi dalam kegiatan sehari-hari.

Selain matematika, Izzan juga aktif ikut organisasi pramuka, ilmu


bela diri: kungfu; dan taekwondo. Kecintaan Izzan pada dunia
matematika membuat ia bercita-cita menjadi ilmuwan fisika dan
ahli nuklir.
"Izzan anaknya enggak bisa diam, tetapi kalau belajar matematika dia
bisa tenang. Ternyata mengamati bagian dari belajar yang dilakukannya.
Dia senangnya nabrak anak lain sampai jatuh. Dia juga sering nanya
teori Newton tentang hukum benda-benda angkasa," sebutnya.
Secara intensif Izzan terus belajar sendiri matematika di rumah dengan
ibunya sebagai mentor. Satu tahun berjalan Izzan pun mampu
menyelesaikan soal-soal dan rumus matematika yang dipelajari anak-
anak SMA.

"Matematika kelas 1 SD sampai kelas 1 SMA ditempuh dalam waktu satu


tahun karena dia cuma belajar matematika saja. Tulisannya juga acak-
acakan karena jarang nulis. Umur 7 tahun Izzan mulai belajar fisika,"
tuturnya. Ilmu fisika terus dipelajari secara tekun oleh Izzan. Bahkan, di
usianya yang masih 7 tahun dia mampu menyelesaikan soal-soal fisika
setingkat kelas 3 SMP. Salah satu teori fisika yang dipejari oleh Izzan
adalah teori fisika gasing.
Ibunya pun tidak mampu lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan Izzan. "Umur 8 tahun dia bisa menyelesaikan matematikan
kelas 3 SMA. Pertanyaannya juga sudah mulai tidak bisa saya imbangi.
Salah satu pertanyaannya adalah bagaimana menurunkan diferensial
benda ke dimensi N," ujarnya. Selain itu, Izzan yang masih berusia 8
tahun juga pernah mempertanyakan tentang matematika sudut bola.
"Ijazah paket A (SD) diambil waktu dia umur 8 tahun," ujar Yanti.
"Saya tanya teman saya yang tamatan astronomi, kata dia itu dipelajari
nanti pada tingkat 3 kuliah astronomi tentang sudut 3 dimensi,"
ungkapnya.

Dengan penuh kesabaran, Ibunya pun membimbing Izzan selama


beberapa tahun agar bisa ikut ujian persamaan untuk mengambil ijazah
paket A hingga C. Ijazah paket C yang didapatkannya pada tahun 2015
lalu menjadi modal untuk mengikuti SBMPTN. Izzan sempat mengikuti
SBMPTN pada tahun 2016. Sayang, Izzan gagal dan baru sukses pada
tahun 2017. "Ikut tahun ini persiapannya juga cuma dua bulan," ucapnya
“Bu kenapa Newton bisa menghitung gerak planet?,” pertanyaan
Izzan kecil pada Yanti. “Saya jawab, Newton menghitung dengan
rumus matematika.”
Sejak saat itu ia berminat dengan Matematika dan dunia sains.
Yanti juga mengajari anaknya membaca huruf Hijaiyah dan
membaca Iqra. Kecintaan Izzan pada dunia matematika
membuat ia bercita-cita menjadi ilmuwan fisika dan ahli nuklir.

Menurut pengakuan Yanti, ia tak menerapkan program khusus.


pada pengajarannya di rumah. Ia hanya mengikuti perkembangan
dan keinginan belajar anak. Selain matematika, Izzan juga aktif
ikut organisasi pramuka, ilmu bela diri kungfu, dan taekwondo.
1. Carl memiliki pemahaman yang kurang pada ide abstrak
2. Usia 6 bulan mengalami cedera kepala
3. pribadi yang menyendiri dan terasing
4. menghabiskan waktu dengan menatap tangannya, dan kemudian menggerakkannya
dalam pola yang aneh sebelum menutup mukanya
5. memperhatikan lalu lintas, tapi tampak mengabaikan adanya orang disekitarnya
6. menjauh dan sedikit kontak mata sampai usia 5 tahun
7. senang memainkan benda ditangannya, dan ia akan teriak jika ada yang berusaha
menghentikannya
8. bertingkah laku seperti anak kecil, seperti meloncat, bertepuk lengan dan
menggerakkan tangannya dengan berputar
9. Carl tidak dapat bicara sampai usia 4 tahun
10. sering mengulang kalimat dan membalikkan pengucapannya
11. lebih memilih kelompok orang dewasa dibandingkan anak seusianya
12. kesulitan penyesuaian terhadap aturan yang diterapkan dalam interaksi sosial
13. kikuk dan tidak dapat mengkoordinasikan gerakannya
AXIS I F84.5 Sindrom Asperger

AXIS Nilai IQ (+)


II
AXIS Tidak ada
III
AXIS Lebih senang berkomunikasi dengan orang dewasa dari
pada teman sebaya
IV Sering diejek teman sebayanya

AXIS GAF Score  75


V
Autisme/PDD adalah yg di tandai
oleh adanya abnormalitas kualitatif
Autisme dalam interaksi sosial dan pola
komunikasi disertai minat dan
gerakan terbatas, stereotipik dan
berulang.

Abnormalitas yg kualitatif sama seperti


autisme hendaya dalam interaksi sosial,
Sindrom minat dan aktivitas yang stereotipik.
Asperger Tanpa disertai keterlambatan
perkembangan berbahasa dan kognitif.
Autisme ditemukan pada 4-5 per 10.000 anak (penelitian Victor Lotter, di
Inggris, 1966), kemudian ditemukan peningkatan autisme 13 per 10.000 anak
(penelitian Tanoune, di Jepang, 1988) dan penelitia terakhir (2000) menunjukan
angka 1 per 1000, bahkan ada laporan paling akhir di temukan pada 1 per 160
anak pra sekolah di Amerika Serikat ( Research Units on Pediatric
Psychopharmacology (RUPP) Autism Network, Nov 2005). Penelitian di Belanda
menemukan data 0.5% dari populasi umum, sama dengan prevalensi
skizofrenia.
RSCM tahun 1989 ditemukan 2 pasien, tahun 2000 terdapat 103 pasien.
laki laki > perempuan; 2.6-4:1. namun pada wanita biasanya lebih
berat dan nilai intelegensi lebih rendah dari laki laki.

GA sering terdiagnosis setelah anak berusia > 3 tahun atau usia sekolah. Prevalensi GA
berkisar dari 3/1000 anak hingga 2,5/10.000 anak sampai 1/100.000 anak.13 GA lebih sering
pada anak lelaki dibandingkan anak perempuan dengan rasio 4-9:1.7-9 Di Indonesia,
belum ada data pasti.
BIOLOGIS IMUNOLOGI INFEKSI VIRUS

Genetik Congenital rubella,


Peri Natal Herpes simplex
Hipotesis encephalitis,
Neurochemistry cytomegalovirus
infection.
Non-
Farmakologis Farmakologis
Terapi
Perilaku

Metilfenidat (ritalin) dapat Metode option: child


memperbaiki keseimbangan centered. Orang tua harus
emosi dan fungsi kognitif. berusaha untuk masuk kedalam
(5-60 mg/hari ) dunia anak.
Ajari keterampilan
berkomunikasi (non-verbal)
Risperidone. Untuk mengatasi Tingkatkan ketrampilan
stereotipik sosial (dengan peragaan)
(0,25-6 mg/hari) Terapi relaksasi sebagai
pengendalian diri
Dubia ad bonam

Diharapkan pasien masih bisa


menjadi produktif dan memiliki
masa depan yang baik dengan
kemampuan dan bakat yang
dimilikinya

Anda mungkin juga menyukai