Anda di halaman 1dari 44

TREMATODA DARAH

TREMATODA DARAH SCHISTOSOMA

• Schistosoma japonicum *)
• Schistosoma mansoni *)
• Schistosoma haematobium *)
• Schistosoma intercalatum
• Schistosoma mekongi
• Schistosoma binatang

*) Spesies yg menimbulkan masalah kesehatan pd


manusia
Ciri umum
 Sistem reproduksi tdk hermafrodit
 Ukuran cacing jantan : > besar tp > pendek dr
cacing betina
 Cacing jantan memiliki canalis gynaecophorus
(saluran tempat cacing betina berada pd saat
mengadakan hubungan kelamin)
 Sebaran geografis : Afrika, Timur Tengah, Asia
Timur, Asia Tenggara, Amerika Tengah & Amerika
Selatan
 Di Indonesia daerah endemi : Sulawesi Tengah
Tempat Hidup
 Pd vena  shg pd pemeriksaan telur cacing dpt
ditemukan pd urin & tinja
 S. japonicum hidup pd vena porta intrahepatik, vena
mesenterika ileosekal & pleksus vena hemoroidalis 
shg telurnya ditemukan pd tinja, biopsi hati / biopsi
rektum
 S. haematobium hidup pd vena panggul, kan-dung
kemih, prostat & uterus  shg telur ditemukan dlm
urin atau biopsi mukosa kandung kemih
 S. mansoni hidup pd vena mesenterika rektosigmoid
& di cabang intrahepatik vena porta  shg telurnya
ditemukan di tinja atau dr biospi rektum
Anatomi & Morfologi
 Saluran pencernaan : mula2 bercabang mjd 2
sekum kmd di daerah posterior ke2 cabang akan
bersatu mjd saluran buntu
 Sistem ekskresi : berupa sel api (flame cell)
berserta saluran2 nya
 Sistem reproduksi :
 Cacing jantan memiliki testis yg terletak di bgn
dorsal dibgn ventral sucker
 Cacing betina : uterus berisi telur yg berduri dg
bentuk yg khas
 Telur tidak mempunyai operkulum ,mempunyai duri
dan letaknya tergantung spesies. Pd saat dikeluar-
kan dr induknya sudah berisi mirasidium yg ber-
silia
 Telur dapat menembus keluar dari pembuluh
darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk
ke lumen usus atau kandung kencing
 Telur menetas di dalam air mengeluarkan
mirasidium.
 Serkaria : larva dg ekor bercabang 2, stadium
infektif yg mampu menembus kulit hospes definitif
Perbedaan anatomi & morfologi Schistosoma
Perbedaan S. S. S. mansoni
haematobium japonicum
Ukuran J 10 – 15 mm 12 – 20 mm 6,4 – 12 mm
B 20 mm 26 mm 7,2 – 17 mm
Tuberkel Halus Halus Kasar
kulit
Testis 4-5 buah 6-8 buah 8-9 buah
Ovarium Pertengahan Pertengahan Pertengahan
tubuh bgn tubuh tubuh bgn
posterior anterior
Spina telur Terminal Lateral Knob Lateral
Cacing dewasa Schistosoma
10

Telur Schistosoma : + 90 x 70 mikron, memiliki duri kecil, berisi


mirasidium, dapat ditemukan di dinding usus halus, hati, paru
& otak.
Bentuk Telur Schistosoma

S. Haematobium S. Japonicum S. Mansoni


Spina terminal Lateral knob Spina lateral
Schistosoma saat Kopulasi
Daur Hidup
 Telur yg keluar bersama urin/tinja HD harus masuk ke
dalam air  menetas mjd mirasidium  mirasidium
berenang mencari HP  dalam tubuh HP mirasidium
berkembang mjd sporokista  serkaria yg infektif
 Serkaria mampu menembus kulit HD yg tdk terlindungi
 melalui aliran darah aferen serkaria akan mencapai
jantung sebelah kanan  paru  jantung sebelah kiri
 Jantung kiri  melalui sirkulasi sistemik menuju hati
 dalam jaringan hati parasit ini akan tumbuh mjd ca-
cing dewasa  setelah dewasa cacing akan kembali
ke vena porta, vena usus & vena kandung kemih
sesuai tempat hidup masing2 spesies
 Dapat hidup dalam tubuh manusia selama 30 th
Bentuk larva

Bentuk Serkaria dengan ekor


bercabang
DAUR HIDUP Schistosoma sp
HOSPES DEFINITIF
 HD utama bg Schsitosoma adalah manusia &
hospes reservoir nya adalah beberapa hewan
lain
 HD S. haematobium : kera, baboon
 HD S. mansoni : kera, baboon, opposum &
rodensia
 HD S. japonicum : anjing, kucing, kerbau,
sapi, kuda, rusa, babi & tikus
HOSPES PERANTARA (HP)
Hospes perantara : siput
HP S. haematobium : Bulinus , Physopsis
HP S. mansoni : Biomphalaria, Australorbis
HP S. japonicum : Oncomelania hupensis
Patologi dan Gejala Klinis
 Penyakit : skistosomiasis = bilharziasis
 Perubahan patologi pd jaringan tubuh penderi-ta
yg terjadi disebabkan oleh 3 stadium cacing yaitu
serkaria, cacing dewasa dan telur.
 Perubahan2 pada skistosomiasis dibagi dalam 3
stadium:
 masa inkubasi biologis,
 tahap stadium akut &
 stadium kronik
Masa Inkubasi biologik
Yaitu waktu antara serkaria masuk melalui kulit
sampai mjd cacing dewasa
Gejala kelainan kulit & alergi : eritema, papula
disertai rasa gatal dan panas yg akan hilang
dalam 2-3 hari, disertai dg :
 keradangan akut pd hati, hati & limfa membesar,
nyeri pd saat diraba
 Gejala paru : batuk, kadang2 pengeluaran dahak
yang produktif
 Gejala toksemia : timbul minggu ke 2 sampai ke
8 setelah infeksi. Berat gejala tergantung jumlah
serkaria yg masuk. Gejala berupa : lemah,
malaise, tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Diare disebabkan hipersensitif terhadap cacing
Tahap Stadium akut
 Masa terbentuknya telur cacing
 Terjadi kerusakan jaringan & perdarahan,
pembentukan pseudoabses, pseudotuberkel &
pembentukan jaringan ikat
 Efek patologis tergantung jumlah telur yang
dikeluarkan dan jumlah cacing .
 Keluhan : demam, malaise, berat badan menurun
 Pada infeksi berat Sindroma disentri
 Hepatomegali timbul lebih dini disusul spleno-
megali, terjadi 6-8 bulan setelah infeksi.
Tahap stadium kronik
 Terjadi proses penyembuhan jaringan dg
pembentukan jaringan ikat & fibrosis disertai
pengecilan hati karena fibrosis  disebut sirosis
(sirosis periportal)
 Terjadi splenomegali, edema tungkai bawah &
alat kelamin, asites dan ikterus, dpt juga tjd
hipertensi portal
 Stadium lanjut sekali  dapat terjadi
hematemesis.
Diagnosa
 Menemukan telur yg spesifik bentuknya utk
masing2 spesies dalam tinja, urin atau jaringan
biopsi kandung kemih atau rektum
 Telur S. hemastobium ditemukan di urin
penderita atau biopsi kandung kemih,
 Telur S. japonicum & S. mansoni ditemukan pd
tinja atau biopsi rektum. Pd jaringan hati dpt
ditemukan telur S. japonicum
Pengobatan
 Obat pilihan : prazikuantel, niridazole
 Pengaruh obat anti schistosoma dapat
menyebabkan terlepasnya cacing dari pembuluh
darah & mengakibatkan tersapunya cacing ke
dalam hati oleh sirkulasi portal disebut hepatic
shift.
 Obat lain : Emetin (tartras emetikus), Fuadin
stibofen, Reprodal, neo-antimosan, Astiban TW
56, Lucanthone-HCl, Miracil D. Nilodin  tetapi
hasilnya kurang memuaskan
Epidemiologi
 Penyakit skistosomiasis merupakan masalah
kesehatan masyarakat di berbagai negara. Di
Indonesia hanya skistomiasis japonicum ditemu-
kan endemik di Sulawesi Tengah.
 Berhubungan erat dengan air dari irigasi dg
adanya keong/siput sebagai hospes perantara
 Infeksi berlangsung pd orang yg bekerja di sawah.
 Kelompok usia yg terkena 5 – 50 tahun
 Untuk mencegah penyebaran : diadakan pengo-
batan masal di daerah endemi, menjaga
kebersihan & memberantas siput
Schistosoma japonicum
 Penyakit : Oriental schistosomiasis,
skistosomiasis japonika, penyakit Katayama
atau penyakit demam keong.
 Penyebaran geografis :
 Di Indonesia hanya di Sulteng daerah D.
Lindu dan lembah Napu.
Morfologi S. japonicum
INANG ANTARA Schistosoma japonicum

Oncomelania sp
Patologi dan Gejala Klinis
• Stadium I :
 Gatal-gatal (urtikaria)
 Gejala intoksikasi :
demam hepatomegali dan
eosinofilia tinggi
• Stadium II :
 Sindroma disentri
• Stadium III :
 Sirosis hepatis & spleno-
megali serta emasiasis
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja atau jaringan biopsi
Reaksi serologi :
COPT (circumoral precipitin test)
IHT (Indirect haemagglutinination test)
CFT (complement fixation test)
FAT (Fluorescense antibody test)
ELISA(Enzyme linked immunosorbent assay)
Schistosoma mansoni
 Penyakit : skistomiasis usus
 Patologi dan gejala Klinis :
 Seperti pada S. japonicum, tetapi lebih ringan.
 Splenomegali dapat jadi berat sekali.
Daur S. mansoni
INANG ANTARA Schistosoma mansoni

Biomphalaria sp
Telur S. mansoni pada jaringan usus ( pd lapisan mukosa
dan submukosa)
Schistosoma haematobium
• Penyakit : skistosmiasis vesika urinaria
• Tidak ditemukan di Indonesia.
• Patologi dan Gejala Klinis:
• Hematuria dan disuria bila terjadi sistitis
• Sindroma disentri bila terjadi kelainan di rektum.
Daur S. haematobium
INANG ANTARA Schistosoma haematobium

Bulinus sp
Telur S. haematobium pd jaringan kandung kemih,
terlihat telur terkalsifikasi
S. haematobium S. mansoni S. japonicum

Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet

Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan

Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di Terpanjang(menyatu di anterior Pendek(menyatu di posterior
pertengahan badan) perte-ngahan badan) perte-ngahan badan)

Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan Biomphalaria dan Australorbis Oncomelania hupensis
Planorbarius)
Hospes Definitif Manusia Manusia Manusia & hewan domestik
Babon Babon
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengahd & Timur Afrika dan Amerika Selatan Timur Jauh (Oriental)
Dekat

Habitat Pleksus vena vesikalis dan Plexus mesenterikus daerah Plexus mesenterikus daerah
prostatika sigmoidorektal ileocaecalis (v. mesenterika
(v. mesenterika inferior dan superior dan cabang-
cabang-cabangnya cabangnya)

Telur Duri terminal Duri lateral Bejolan lateral


Schistosoma intercalatum
 Kadang-kadang menginfeksi manusia di Afrika
(Kamerun, Gabon, Guyinea equator, Republik Afrika
Tengah, Chad dan Zaire).
 Serupa dengan S. haematobium, telur berduri
terminal.
 Cacing dewasanya ditemukan dalam plekxus vena-
vena usus manusia
 Hospes perantara : Bulinus africanus dan B. globosus

Schistosoma mekongi
 Serupa dengan S. japonicum
 Ditemukan di daerah sekitar Sungai Mekong
Schistosoma binatang
 Hospes : mammalia dan burung (termasuk itik)
 Penyakit : Swimmer’s itch, clam digger’s itch.
 Penyebaran geografis : kosmopolit.
 Hospes perantara : 25 spesies keong air tawar
dan 4 spesies keong air laut.
Dermatitis Serkarial
 Cercarial dermatitis adalah infeksi kulit yg
disebabkan oleh serkaria cacing Schistosoma yg
secara alami hidup pd unggas atau manusia
 Sekresi kimia yg dihasilkan oleh kulit manusia
menarik perhatian serkaria Schistosoma utk
menembus kulit manusia  dpt menimbulkan
dermatitis yg berat pd kulit tetapi tdk dapat
berkembang mjd cacing dewasa
 Serkaria ini dpt hidup di air tawar atau payau
Daur Hidup
 Telur dr Schhsitosoma unggas air (bebek atau
angsa) akan masuk ke air  menetas mjd
mirasidium  mirasidium memasuki tubuh siput
tertentu (HP) misal Nassarius obsoletus &
berkembang mjd serkaria  serkaria keluar dr HP
& mencari HD  jika serkaria memasuki tubuh
manusia maka tdk pernah mjd cacing dewasa
tetapi jk memasuki unggas maka dapat mjd
cacing dewasa
Diagnosa, Pengobatan & Pencegahan
 Diagnosa : kulit mjd merah setelah kontak dg air
 dilakukan pemeriksaan serologi & uji kulit
 Pengobatan:
 Lotion anti gatal dan anti histamin.
 Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotika
 Pencegahan :
 Menghindari mandi di air yg banyak siput /
unggas
 Memakai sepatu laras panjang pd saat melaku-
kan kegiatan bertani, di tambak ikan, irigasi dll

Anda mungkin juga menyukai