Anda di halaman 1dari 19

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DANKELAMIN

RSUD ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018

Jurnal Reading

Oleh :
Queen Putri Arunglamba’

Penguji :
dr. Titie Soepraptie, SpKK. FINSDH
Abstract
Kata Kunci

1 DKA (Dermatitis Kontak Alergi)

2 Disease History

3 Occupational Allergic Contact Dermatitis

4 Patch Test

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed


Pendahuluan
Dermatitis Dermatitis kontak
kontak Okupasi
Dermatitis kontak
Dermatitis kontak okupasi, .
dapat menyebabkan
sering terjadi dan disebabkan
alergi atau iritasi, dan
oleh kondisi di tempat kerja.
patch test adalah
Meminimalkan paparan
gold standard untuk dermatitis kontak dapat alergen merupakan salah satu
membedakan berlangsung lama, dan hal penting dalam menangani
dermatitis kontak dapat menyebabkan dermatitis akibat kerja.
alergi (ACD) dari kecacatan, serta
dermatitis kontak menurunkan kualitas Dengan demikian, diagnosis
iritan (ICD) hidup pasien yang ACD okupasi adalah sangat
terkena. Sebuah penting
penelitian menunjukkan
bahwa 79% dari pasien
ini memerlukan
pengobatan selama
sepuluh tahun setelah
diagnosis.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi pasien dengan DKA
Okupasi dan faktor resiko yang terkait dengan
riwayat aktivitas penyakit.
Metode Penelitian
Sampel
 Pasien DKA dari berbagai daerah di Iran yang
mengacu pada CRSTDL dari FK Univ Teheran
Metode
 Usia minimal 18 tahun Penelitian cross-sectional pada 151 pasien

 Sampel dianamnesa untuk mengumpulkan data


demografis termasuk usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, dan riwayat penyakit
Patch Test

Dengan patch test, German Dermatitis Research


Research Group (GCDRG) menggunakan 28 alergen,
Pengelompokkan dan hasilnya dibaca oleh dermatolog CRTSDL pada

Dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan pajanan hari 1, 2 dan 3 setelah dilakukan patch test. Hasilnya

pekerjaan yaitu: sekretaris, guru, petugas dicatat sebagai negatif (-), mencurigakan (+?), (+),

kesehatan, teknisi, penata rambut, cleaning (++), dan (+++), tergantung pada tingkat keparahan

service, ibu rumah tangga, dll reaksi yang ditimbulkan.


Section Break
Insert the title of your subtitle Here
Hasil

120 Peserta
Penelitian ini melibatkan 79,5 %
151 Peserta

31 Peserta
Mean±SD usia di antara peserta adalah 31,19 ± 9,72 tahun
20,5%
(rentang usia: 19-60)
Jumlah Alergen yang Positif :
1 alergen 107 pasien
2 alergen 32 pasien
3 alergen 7 pasien
4 alergen 3 pasien
5 alergen 2 pasien

8,6%

9,3%
44,4%
Allergens % Jumlah Pasien 9,9%
Nickel Sulfate 44,4% 67 Pasien
9,9%
Cobalt Chloride 9,9% 15 Pasien
Paratertiarybutyl Phenol
9,9% 15 Pasien
Formaldehyde Resin (PTBP)
Potassium Dichromate 9,3% 14 Pasien
Paraphenylenediamine 8,6% 13 Pasien
Tabel 2
Penilaian bagian tubuh yang terlibat : Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara
• Lesi di wajah 85 (56,3%) lesi di wajah dan lesi di tangan pada kelompok
• Lesi di tangan 91 (60,3%), pekerjaan (p = 0,229, dan p = 0,236). Namun, lesi
• Lesi di kaki 49 (2,5%) kaki berbeda antara kedua kelompok (p = 0,034)
• Lesi di bagian lain dari tubuh 68 (45% )
Tabel 3
Terdapat durasi penyakit
Durasi pekerjaan berbeda
berbeda antara kelompok Tidak ada perbedaan
secara signifikan (p = 0,001).
pekerjaan (p = 0,001). signifikan yang ditemukan
Petugas kesehatan, pekerja
Durasi penyakit yang paling antara durasi dari pekerjaan
administrasi, dan penata
sedikit adalah pada petugas dan kejadian lesi (p = 0,106)
rambut memiliki durasi kerja
layanan kesehatan dan yang
paling sedikit, dan pekerja
paling lama adalah pekerja
layanan dan guru memiliki
layanan
durasi pekerjaan terlama.
Pembahasan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan reaksi
Dermatitis kontak alergi merupakan semacam ini, tetapi faktor yang paling penting
reaksi hipersensitivitas tipe lambat adalah pejamu, lesi hipersensitivitas, atau
kerusakan kulit (goresan atau ulkus) di tempat
(tipe IV) paparan dengan alergen potensial

Penetilitian pada pasien ACD jarang dilakukan pada jenis pekerjaan di seluruh dunia

Di Singapura, sebuah penelitian yang dilakukan


pada 125 pasien dengan dermatitis kontak kerja
menemukan bahwa patch test menunjukkan ACD Dalam penelitian oleh Warshaw et al., Dermatitis
pada 37,6% pasien. Sebagian besar kasus ACD tangan adalah tempat predileksi yang paling sering,
terlihat pada pekerja konstruksi, dan alergen yang karena tangan lebih sering kontak dengan alergen
paling sering adalah kombinasi kromat. Usia rata- daripada bagian tubuh lainnya.
rata peserta dalam penelitian ini adalah 30 tahun,
yang lebih rendah daripada populasi ACD di Iran
• Dalam kasus ini Kelompok pekerjaan yang paling sering terkena adalah pekerja
administratif dan asisten rumah tangga (60% dari kasus), diikuti oleh teknisi (10% dari
kasus)

• Tangan (60%) dan wajah (56%) adalah tempat predileksi paling sering dalam kasus ini

• Pada pasien dengan ACD di tempat kerja, alergen yang paling umum adalah sulfat nikel
(47% dari kasus), kobalt klorida (10%), PTBP (10%), kalium di kromat (9%), dan
parapehnyl di amina (8% dari kasus-kasus)
Membandingkan Daerah Lesi Di Kelompok- kelompok Pekerjaan

Pada penelitian ini ditemukan


keterlibatan kaki berbeda secara
signifikan. Penata rambut dan teknisi
memiliki lebih banyak lesi kaki,
sementara guru tidak memiliki lesi kaki.
Namun, lesi kaki terjadi pada kurang
dari 30% kasus pada kelompok lain.

Keterlibatan wajah pada pekerja


layanan adalah 100%, menekankan
pentingnya penggunaan masker yang
efektif dalam kelompok ini karena
adanya alergen yang menguap,
terutama dari agen pembersih. Guru
juga memiliki 100% keterlibatan
tangan, menekankan perlunya
menggunakan sarung tangan dalam
kelompok ini.
Dalam penelitian ini: Durasi kerja rata-rata adalah 9
tahun, interval rata-rata antara pekerjaan dan timbulnya
lesi adalah 16 bulan, dan durasi penyakit rata-rata
adalah 8 tahun.

Durasi kerja secara signifikan lebih pendek di petugas


layanan kesehatan, pekerja administrasi, dan penata
rambut dibandingkan dengan kelompok lain,
sementara pekerja layanan dan guru memiliki durasi
kerja yang lebih lama.

Di sisi lain, interval antara pekerjaan dan timbulnya lesi


pada guru dan pekerja layanan lebih pendek, karena
paparan langsung dan lama terhadap alergen. Namun,
interval ini lebih lama dalam kelompok kerja
administratif daripada kelompok lain karena paparan
alergen kurang dalam kelompok ini, terutama
mahasiswa.

Durasi penyakit secara signifikan lebih pendek di petugas layanan kesehatan karena durasi kerja yang lebih
pendek dan pengetahuan mereka tentang keselamatan kerja, sementara pekerja layanan memiliki durasi
penyakit yang lebih lama karena usia yang lebih tua dan kurang memperhatikan keselamatan kerja.
• Pada pasien alergi terhadap sulfat nikel, (67 kasus, 44%), durasi kerja dan interval antara pekerjaan dan
muculnya lesi secara signifikan lebih rendah, tetapi durasi penyakit secara signifikan lebih
pendek,menunjukkan bahwa pada lesi rata-rata muncul 3 bulan sebelumnya pada pasien dengan alergi
sulfat nikel.

• Karena sebagian besar karyawan menderita penyakit kulit, terutama ACD di tempat kerja, modalitas
pencegahan tampaknya sangat penting. Alergen potensial harus dikenali, dan paparan harus dihindari atau
diminimalkan
• Menggunakan sarung tangan yang sesuai dan membatasi paparan alergen memiliki dampak besar pada
pengurangan aktivitas dan gejala penyakit
• Alergen berbahaya harus dihindari dan diganti dengan bahan yang lebih aman.

• Mempertimbangkan sanitasi di lingkungan kerja; misalnya, membersihkan permukaan dari alergen, bahan
kerja, dan peralatan, memiliki sistem ventilasi yang tepat dalam lingkungan tertutup, dan menggunakan
mesin untuk menghindari paparan pekerja dengan bahan berbahaya dan alergen memainkan peran kunci
dalam pencegahan dermatitis kontak.
• Pekerja harus secara teratur mencuci area yang terbuka dan pakaian mereka, dan mendidik pekerja dapat
membantu mencapai tujuan ini.
• Paparan harus diminimalkan, keselamatan kerja dipertimbangkan, dan pengobatan dilanjutkan untuk
kasus-kasus yang tidak dapat mengubah pekerjaan mereka.
Kekurangan Penelitian:

Pertama, ada kerusakan pada rekam medis pasien karena informasi di dermatologi
dan pusat penelitian lepra tidak lengkap dan diperlukan tindak lanjut dari pasien
untuk menyelesaikan informasi pekerjaan mereka. Namun, tidak mungkin untuk
menghubungi beberapa pasien karena tidak adanya nomor kontak.

Kedua, dalam tindak lanjut untuk uji tempel dan penyakit akibat kerja, beberapa
pasien tidak bersedia, yang menyebabkan berkurangnya jumlah pasien dengan
tindak lanjut lengkap untuk riwayat aktivitas penyakit.
Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nikel sulfat


adalah alergen yang paling sering menyebabkan
dermatitis kontak alergi okupasional

Menurut riwayat penyakit, gejala menetap atau


memburuk membuat pasien perlu untuk mengikuti
perkembangan penyakitnya, jika memungkinkan
mengubah pekerjaan, atau mengurangi paparan
terhadap alergen.
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai