Anda di halaman 1dari 53

CARBON TRADING

LATAR BELAKANG
• Negara-negara industri yang sudah lebih lama
dan banyak mengemisikan GRK mempunyai
tanggungjawab menurunkan emisi GRK.
• Kewajiban ini disepakati dalam Konvensi
Perubahan Iklim, yaitu sebuah perjanjian
internasional yang bertujuan untuk
menstabilkan emisi GRK ke atmosfer sehingga
tidak membahayakan sistem iklim bumi
• masyarakat internasional telah menyepakati
sebuah target, tentang besar dan jadwal
penurunan emisi yang tertuang dalam Protokol
Kyoto.
• Protokol ini juga mengatur tatacara penurunan
emisi termasuk kegiatan yang dilakukan di negara
lain yang dikenal dengan nama Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanism, CDM).
• Melalui mekanisme CDM inilah negara
berkembang seperti Indonesia dapat menjual
karbon yang mampu diserap dan disimpan oleh
hutan yang dimiliki ke negara maju (sink program)
• carbon trade sangat diperlukan upaya
mengkuantifikasi berapa besar karbon yang
dapat diserap dan disimpan (C-stock) oleh
hutan
• Kegiatan REDD+ (Reducing Emission from
Deforestation and Degradation) merupakan
salah satu upaya mitigasi atau pengurangan
emisi akibat perubahan iklim di sektor
kehutanan dengan cara mengurangi emisi dari
deforestasi, degradasi serta konservasi, dan
peningkatan stok karbon
• Jumlah cadangan karbon tersimpan ini perlu
diukur sebagai upaya untuk mengehui
besarnya cadangan karbon pada saat tertentu
dan perubahannya apabila terjadi kegiatan
yang manambah atau mengurangi besar
cadangan.
Pada ekosistem daratan, C tersimpan dalam 3 komponen pokok

1. Biomasa: masa dari bagian vegetasi yang


masih hidup, yaitu:
- Atas tanah: tajuk pohon, tumbuhan bawah
(semai, pancang), gulma dan tanaman
semusim
- Bawah tanah: akar

2. Nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah


mati, yaitu:
Seresah dipermukaan tanah
- Tunggul/kayu mati/cabang dan ranting
3.. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup
(tanaman, hewan dan manusia) yang telah
mengalami pelapukan baik sebagian maupun
seluruhnya dan telah menjadi bagian dari
tanah.
1. Menyiapkan rancangan pengambilan contoh
(Sampling design)

• Teknik pengambilan contoh yang digunakan


adalah pengambilan contoh berlapis
(stratified sampling) secara sistematik
(stratified systematic sampling ) atau acak
(simple random sampling),
Bentuk plot contoh sesuai kondisi lapangan dapat
berbentuk lingkaran, persegi panjang, bujur
sangkar. Ukuran plot untuk pengukuran tiap
tingkatan pertumbuhan vegetasi adalah sebagai
berikut:
a. Semai dengan luasan minimal 4 m2
(2x2 m)
b. Pancang dengan luasan minimal
25 m2 (5x5 m).
c. Tiang dengan luasan minimal 100 m2
(10x10 m).
d. Pohon dengan luasan minimal 400 m2
(20x20 m)
• Sub sub plot ukuran 0.5 X 0.5 meter untuk
mengukur serasah dan tumbuhan bawah
• Sub plot ukuran 10 m X 50 m untuk mengukur
tiang (pohon Ø 5 sd 30 cm)
• Plot ukuran 20 m X 100 m untuk mengukur
pohon Ø ≥ 30 cm
Tahapan pengukuran biomasa pohon
dilakukan sebagai berikut:
a. identifikasi nama jenis pohon, apabila
tidak diketahui buat herbariumnya untuk
diidentifikasi;
b. ukur diameter setinggi dada (dbh);
Pengukuran diameter setinggi dada
padaberbagai kondisi pohon di
lapangan dapat mengacu pada
Gambar 5.
c) catat data dbh dan nama jenis ke
dalam tally sheet; Bila pada plot
terdapat vegetasi tidak berkeping dua
(dycotile) seperti bambu dan pisang,
maka ukurlah diameter dan tinggi
masing-masing individu dalam setiap
rumpun tanaman. Demikian pula bila
terdapat pohon tidak bercabang seperti
kelapa atau tanaman jenis palem
lainnya.
d. Tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing-
masing jenis pohon dengan jalan
memotong kayu dari salah satu cabang,
lalu ukur panjang, diameter dan timbang
berat basahnya. Masukkan dalam oven
pada suhu 100 C selama 48 jam dan
timbang berat keringnya. Hitung volume
dan BJ kayu dengan rumus
sebagai berikut:
V= 𝜋𝑟 2 𝑇
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
BJ=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Dimana :
• R = jari-jari potongan kayu
• T = panjang/tebal kayu
e. Hitunglah biomasa pohon menggunakan
persamaan alometrik yang telah
dikembangkan sebelumnya yang
pengukurannya diawali dengan penebangan
dan penimbangan beberapa pohon
(destruktif sampling).
Biomassa Total (batang
No Jenis Pohon cabang dan daun)

1. Mahoni Bt = 0,9029(D².H)⁰’⁶⁸⁴
(Swietenia mahagony)

2. Sonokeling Bt = 0,7458(D².H)⁰’⁶³⁹⁴
(Dalbergia latifolia)

3. Jati Bt = 0,0149(D².H)¹’⁰⁸³⁵
(Tectona grandis)

4. Sengon
(Paraserianthes Bt = 0,0199(D².H)⁰’⁹²⁹⁶
falcataria)

5. Akasia auri
(Acacia Bt = 0,0775(D².H)⁰’⁹⁰¹⁸
auriculiformis)

6. Lain-lain
(Others) Bt = 0,0219(D².H)¹’⁰¹⁰²
Pengukuran biomasa tumbuhan bawah

Tahapan pengukuran biomasa tumbuhan bawah


dilakukan sebagai berikut:
a. Tempatkan kuadran bambu, kayu atau aluminium
di dalam plot secara acak.
b. Potong semua tumbuhan bawah (pohon
berdiameter < 5 cm, herba dan rumbut- rumputan)
yang terdapat di dalam kuadran, pisahkan antara
daun dan batang
c. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label
sesuai dengan kode titik contohnya
d. Untuk memudahkan penanganan, ikat
semua kantong kertas berisi tumbuhan bawah
yang diambil dari satu plot. Masukkan dalam
karung besar untuk mempermudah
pengangkutan ke kamp/laboratorium.
e. Timbang berat basah daun atau batang,
catat beratnya dalam blangko
f. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-
masing biomasa daun dan batang sekitar 100-
300g. Bila biomasa contoh yang didapatkan
hanya sedikit (< 100 g), maka timbang semuanya
dan jadikan sebagai sub-contoh.
g. Keringkan sub-contoh biomasa tanaman yang
telah diambil dalam oven pada suhu 80 C
selama 2 x 24 jam atau sampai berat konstan.
h. Timbang berat keringnya dan catat dalam tally
sheet.
Pengukuran biomasa serasah
Tahapan pengukuran biomasa serasah dilakukan
sebagai berikut:
a. Ambil semua seresah yang terletak di
permukaan tanah yang terdapat dalam kuadran,
biasanya setebal 5 cm tetapi ketebalan ini bervariasi
tergantung pada pengelolaan lahannya. Bila
pengambilan seresah telah menyentuh tanah
mineral, biasanya berwarna lebih terang dari
pada lapisan seresah, maka hentikan
pengambilannya.
b. Masukkan semua seresah yang terdapat pada
kuadran ke dalam ayakan dengan lubang pori
2 mm, ayaklah. Ambil seresah halus dan akar
yang tertinggal di atas ayakan, timbang berat
basahnya (BB per kuadran). Ambil 100 g sub-
contoh seresah halus, keringkan dalam oven
pada suhu 80 C selama 48 jam. Bila biomasa
contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100
g), maka timbang semuanya dan jadikan
sebagai sub-contoh.
c. Timbang berat keringnya dan catat dalam
blangko pengamatan yang disediakan.
• Total BK = bk sampel/bb sampel x total BB

d. Masukkan seresah ke dalam kantong plastik


dan beri label untuk keperluan analisa
kandungan C.
e. Seresah halus yang lolos ayakan
dikelompokkan sebagai contoh tanah, ambil 50 gram
untuk analisa kandungan C atau hara lainnya.
Pengukuran biomasa pohon mati dengan
metode geometrik
• Tahapan pengukuran biomasa pohon mati
dilakukan sebagai berikut:
a. ukur diameter setinggi dada;
b. ukur tinggi total pohon mati;
c. hitung volume pohon mati dengan
persamaan;
- Vpm adalah volume pohon mati,
dinyatakan dalam meter kubik (m3);
- dbh adalah diameter setinggi dada
pohon mati 1,3 meter, dinyatakan dalam
- centimeter (cm);
- t adalah tinggi total pohon mati,
dinyatakan dalam meter (m);
- f adalah faktor bentuk.
Pengukuran biomasa pohon mati dengan metode alometrik

• Tahapan pengukuran biomasa pohon mati


dilakukan sebagai berikut:
a. ukur dbh pohon mati;
b. tentukan tingkat keutuhan pohon mati. bentuk
tingkat keutuhan pohon mati dapat dilihat pada
Gambar 4;
c. c. hitung biomasa pohon mati - dengan
persamaan alometrik dikalikan faktor koreksi dari
tingkat keutuhan pohon mati (lihat Gambar 7).
A : tingkat keutuhan dengan faktor koreksi 0,9
B : tingkat keutuhan dengan faktor koreksi 0,8
C : tingkat keutuhan dengan faktor koreksi 0,7
Pengukuran biomasa kayu mati berdasarkan
volume
Tahapan pengukuran biomasa kayu mati
berdasarkan volume dilakukan sebagai
berikut:
• a. ukur diameter (pangkal dan ujung);
• b. ukur panjang total kayu mati;
•• c. hitung volume kayu mati (dapat menggunakan rumus Brereton);
- Vkm adalah volume kayu mati, dinyatakan
dalam meter kubik (m3);
- dp adalah diameter pangkal kayu mati,
dinyatakan dalam centimeter (cm);
- du adalah diameter ujung kayu mati,
dinyatakan dalam centimeter(cm);
- p adalah panjang kayu mati, dinyatakan
dalam meter (m);
- π adalah 22/7 atau 3,14
d. hitung berat jenis kayu mati. Penentuan
berat jenis kayu mati di lapangan dapat
dilakukan dengan metode pengamatan empiris
tingkat pelapukan kayu mati;
e. hitung biomasa kayu mati.

Bkm = Vkm x BJkm


- Bkm adalah biomasa kayu mati, dinyatakan
dalam kilogram (kg);
- Vkm adalah volume kayu mati, dinyatakan
dalam meter kubik (m3);
- BJkm adalah berat jenis kayu mati,
dinyatakan dalam kilogram per meter kubik
(kg/m3).

Pengukuran kandungan karbon
organik tanah
1. ambil contoh tanah dari 5 titik, yaitu pada keempat
arah mata angin dan di tengahtengah plot untuk plot
lingkaran atau pada keempat sudut plot dan di
tengah-tengah plot untuk plot persegi panjang;
2. lakukan pengambilan contoh tanah dengan
metode komposit, yaitu mencampurkan contoh
tanah dari kelima titik contoh tanah pada setiap
kedalaman (kedalaman 0 cm sampai dengan 5 cm, 5
cm sampai dengan 10 cm,10 cm sampai dengan 20
cm, dan 20 cm sampai dengan 30 cm);
3. letakkan ring soil sampler pada masing-masing titik
pengambilan contoh tanah;
4. letakkan 4 ring soil sampler pada setiap kedalaman
pengambilan contoh tanah;
5. ambil contoh tanahnya pada setiap ring soil
sampler dan timbang berat basahnya di lapangan;
6. kering-anginkan contoh tanah di laboratorium;
7. timbang contoh tanah dan dicatat beratnya;
8. analisis berat jenis tanah dan kandungan karbon
organik tanah.
Penghitungan karbon dari bahan organik mati
dari serasah, kayu mati dan pohon mati
menggunakan rumus sbb:

Cm = Bo x % C organik
- Cm adalah kandungan karbon bahan organik mati,
dinyatakan dalam kilogram
(kg);
- Bo adalah total biomasa/bahan organik, dinyatakan
dalam kilogram (kg);
- %C organik adalah nilai persentase kandungan
karbon, sebesar 0,47 atau menggunakan nilai
- persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di
laboratorium
Penghitungan karbon tanah menggunakan rumus sbb:

Ct = Kd x ρ x % C organik

Keterangan:
- Ct adalah kandungan karbon tanah, dinyatakan dalam gram (g/cm2);
- Kd adalah kedalaman contoh tanah/kedalaman tanah gambut, dinyatakan dalam
- centimeter (cm)
- ρ adalah kerapatan lindak (bulk density), dinyatakan dalam gram
per meter
kubik
- (g/cm3);
- %C organik adalah nilai persentase kandungan karbon,
sebesar 0,47 atau menggunakan nilai
- persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di
laboratorium.
Penghitungan cadangan karbon per hektar untuk biomasa di atas
permukaan tanah

Penghitungan cadangan karbon per hektar untuk biomasa di atas permukaan tanah
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
- Cn adalah kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada
tiap plot,
- dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha)
- Cx adalah kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot,
dinyatakan dalam kilogram (kg)
- lplot adalah luas plot pada masing-masing pool, dinyatakan dalam meter persegi
(m2)
Penghitungan cadangan karbon dalam plot pengukuran menggunakan persamaan
sebagai berikut:

Cplot = (Cbap + Cbbp + Cserasah + Ckm + Cpm + Ctanah)


Keterangan:
- Cplot adalah total kandungan karbon pada plot, dinyatakan dalam ton per hektar
- (ton/ha);
- Cbap adalah total kandungan karbon biomasa atas permukaan per hektar pada
plot, dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Cbbp adalah total kandungan karbon biomasa bawah permukaan per hektar
pada plot, dinyatakan dalam ton per hektar(ton/ha);
- Cserasah adalah total kandungan karbon biomasa serasah per hektar pada plot,
- dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Ckm adalah total kandungan karbon kayu mati per hektar pada plot, dinyatakan
dalam ton per hektar (ton/ha);
- Cpm adalah total kandungan karbon pohon mati per hektar pada plot,
dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha);
- Ctanah adalah total kandungan karbon tanah per hektar pada plot, dinyatakan
dalam ton per hektar (ton/ha).
• Dalam rangka pendugaan C-stock ini dapat
digunakan pendekatan biomassa dimana 40%-
50% dari biomassa tersebut adalah karbon
(Brown, 1997).
• Hutan alami merupakan penyimpan karbon
(C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem
penggunaan lahan (SPL) pertanian,
dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi,
dengan tumbuhan bawah dan seresah di
permukaan tanah yang banyak (Hairiah dan
Rahayu, 2007).
CONTOH KASUS PENDUGAAN C-stock HUTAN

1. Pada tahap pertama dilakukan pembuatan plot


ukuran 20mx20m sebanyak 3 ulangan, didalamnya
dibuat sub plot dengan ukuran 5mx5m dan 1m x 1m
masing – masing sebanyak 5 ulangan
2. Guna mendapatkan sebaran diameter, maka pada
plot 20mx20m dilakukan sensus pengukuran diameter
batang pohon (D>10cm) sedangkan pada sub plot
5mx5m dilakukan sensus pengukuran diameter
batang untuk pancang (D<10cm). Pada sub plot 1m x
1m dilakukan pengamatan vegetasi bawah,
nekromash, ceraza dan tanah.
3. dipilih 63 pohon contoh secara purposif yang
diharapkan dapat mewakili ketersebaran
diameter dan jenis yang ada di lokasi.
4. dilakukan pengukuran diameter pohon
setinggi dada (1,3 m di atas permukaan
tanah) dengan menggunakan pita ukur dan
tinggi pohon pada saat pohon berdiri.
5. Selanjutnya dilakukan penghitungan biomassa dengan
menggunakan metode destructive sampling, yaitu
melakukan penebangan kemudian penimbangan
berat basah secara langsung pada tiap bagian
komponen vegetasi (daun, cabang, batang dan akar)
dan mengkonversinya menjadi berat kering
(biomassa) menggunakan berat kering tiap contoh
bagian vegetasi pada tiap pohon contoh. Contoh daun
diambil sebanyak ±100 gr sedangkan contoh bagian
cabang, batang dan akar jika memungkinkan diambil
contoh dengan ukuran ± 2 cm x 2 cm x 2 cm pada
bagian pangkal, tengah dan ujung.
6. Biomassa yang diperoleh dari pohon contoh
ini selanjutnya dikembangkan untuk
menyusun persamaan alometrik. Persamaan
alometrik yang diperoleh nantinya dapat
digunakan untuk menghitung biomassa suatu
tegakan hutan sekunder.
power function (Y=aDb)
dimana Y= biomassa, D=diameter yang
diukur setinggi dada, a dan b=konstanta.
7. Pada petak 1m x 1m (15 petak) dilakukan
pembabatan tumbuhan bawah kemudian
dikumpulkan dan ditimbang berat
basahnya Begitupun juga dengan serasah,
serasah yang terdapat dalam petak 1m x 1m
(15 petak) dikumpulkan dan ditimbang berat
basahnya kemudian diambil contoh sebanyak
± 100 gr untuk pengukuran berat kering
contoh.
8. Nekromash merupakan kayu-kayu yang telah
lapuk, nekromash ini juga merupakan salah satu
komponen didalam hutan yang mempunyai
potensi sebagai penyimpan karbon. Untuk
pengambilan sample nekromash dilakukan pada
petak ukur 2 x 2m pada tiap plot sebanyak 5
ulangan. Keseluruhan nekromash yang terdapat
dalam petak ukur dikumpulkan kemudian
ditimbang berat basahnya, setelah itu diambil
sampel sebanyak kurang lebih ±100 gr untuk
penghitungan berat kering di laboratorium.
9. Kandungan Karbon (C-stock) dihitung dengan
menggunakan pendekatan biomassa dengan
asumsi 50 % dari biomassa adalah karbon
yang tersimpan
Contoh C-stock Hutan Sekunder Bekas Kebakaran
1997/1998 di PT. Inhutani I Batuampar
Total Biomassa C-org Total C-stock
Karbon pool (Ton/Ha) (%) (Ton/Ha)

- Pohon 36.82632 50 (est) 18.41316


Bagian atas 30.69506 50 (est) 15.34753
Daun 2.35312 50 (est) 1.17656
Cabang 6.6469 50 (est) 3.32345
Batang 21.69504 50 (est) 10.84752
Bagian bawah 6.13126 50 (est) 3.06563
Akar 6.13126 50 (est) 3.06563

Tumbuhan bawah 2.423879 50 (est) 1.21194


Serasah 3.768549 50 (est) 1.870885
Nekromash 22.63489 50 (est) 11.31744
Soil 56.728
0-5 cm (BD=1.106 gr/cm3) 13.524
5-10 cm (BD=1.252 gr/cm3) 7.569
10-20 cm (BD=1.286 gr/cm3) 10.694
20-30 cm (BD=1.331 gr/cm3) 2.450 8.921
30-50 cm (BD=1.345 gr/cm3) 1.212 16.020
0.833
0.667
0.593

TOTAL 89.541425

Anda mungkin juga menyukai