PARASIT-INANG
• Mikroorganisme di alam memiliki hubungan yang sangat kompleks
dengan mikroorganisme dan dengan organisme lain yang lebih besar
yang dapat menjadi inangnya.
• Inang adalah organisme yang dijadikan tempat hidup dan berlindung
oleh organisme lain yang umumnya berukuran lebih kecil.
• Hubungan antara inang dengan organisme yang bergantung
kepadanya dapat bersifat mutualisme, komensalisme, dan
parasitisme.
• Parasitisme adalah hubungan yang memberikan keuntungan kepada
satu pihak (parasit) tetapi menyebabkan kerugian kepada pihak
lainnya (inang).
• Parasite berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang berarti seseorang
yang memakan makanan di meja orang lain.
• Parasit yang dapat menimbulkan penyakit disebut sebagai patogen.
• Microbial pathogenesis adalah proses timbulnya suatu penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogen.
• Kemampuan suatu patogen menyebabkan penyakit disebut sebagai
patogenisitas.
• Penyakit adalah gangguan kesehatan dari suatu organisme yang
menyebabkan tubuh organisme tersebut tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan normal.
• Penyakit pada inang mikroorganisme patogen berupa cedera dan
kerusakan jaringan akibat pertumbuhan mikroorganisme pada inang.
• Kemampuan relatif suatu patogen menyebabkan penyakit disebut sebagai
virulensi.
• Virulensi merupakan hasil interaksi parasit-inang yang bersifat dinamis,
dipengaruhi oleh kondisi patogen, inang, dan lingkungan yang berubah-
ubah.
Tahapan Microbial Pathogenesis
Perlekatan Parasit pada Sel Inang (Adherence)
• Tahap pertama dalam interaksi antara parasit dengan inangnya adalah
perlekatan (adherence).
• Adherence merupakan tahapan yang sangat menentukan agar parasit
dapat mengkolonisasi inangnya dan menyebabkan penyakit.
• Mikroorganisme patogen mengembangkan berbagai macam struktur
dan mekanisme untuk dapat melekat pada inangnya.
• Mikroorganisme patogen ada pula yang memiliki beberapa metode
perlekatan yang memungkinkan mikroorganisme tersebut untuk
melekat dan menghuni beberapa macam sel inang atau megkolonisasi
beberapa jaringan.
• Sel-sel patogen juga sering berlekatan satu dengan yang lainnya untuk
membentuk biofilm.
Faktor Perekat (Adhesin)
Kapsul dan Lendir
• Beberapa bakteri patogen melekat pada inangnya melalui
makromolekul pada permukaan sel yang tidak terikat
secara kovalen dengan sel bakteri.
• Seluruh makromolekul yang disekresikan sel dan
menyelimuti permukaan sel disebut glicocalyx.
Kapsul pada E. coli.
• Glicocalyx dapat berbentuk kapsul atau lendir.
• Kapsul adalah lapisan polimer pekat yang tersusun rapat,
terdiri atas polisakarida atau protein, dan meliputi seluruh
permukaan sel.
• Lendir adalah serat polimer yang membentuk lapisan pada
permukaan sel, umumnya tersusun atas polisakarida.
• Kapsul dapat melindungi bakteri patogen dari mekanisme
pertahanan inang.
Lendir pada bakteri gigi.
Struktur Permukaan Sel
• Banyak patogen yang melekat secara selektif pada tipe sel tertentu
dari inangnya.
• Patogen tersebut umumnya memiliki adhesin berupa struktur
permukaan sel yang berikatan secara spesifik dengan reseptor
tertentu pada sel inang.
• Bakteri Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah
(gonorrhea), hanya dapat melekat pada sel-sel di jaringan mukosa di
saluran genitourinary, mata, rectum, dan tenggorokan.
• Bakteri tersebut memiliki cell surface protein yang disebut Opa
(opacity associated protein).
• Opa hanya dapat berikatan dengan protein khusus, yaitu CD66, yang
hanya terdapat pada permukaan sel yang dapat diinfeksi oleh N.
gonorrhoeae.
• Fimbriae dan pili merupakan struktur permukaan sel bakteri, yang tersusun atas
protein, dan berfungsi dalam perlekatan sel.
• Beberapa peneliti ada yang memisahkan istilah fimbriae dengan pili.
Fimbriae adalah struktur perlekatan antara bakteri dengan sel inang.
Pili adalah struktur perlekatan antara bakteri dengan sel bakteri lainnya.
Perbedaan tersebut belum ditetapkan dalam consensus.
• Pili umumnya dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu:
Invasi dan Infeksi Mikroorganisme pada Inang
• Jumlah patogen yang pertama kali kontak dengan
inangnya umumnya tidak mencukupi untuk
menyebabkan penyakit.
• Patogen yang sudah melekat pada inang harus
dapat memperbanyak diri dan mengkolonisasi
jaringan inang.
• Kolonisasi adalah pertumbuhan mikroorganisme
pada permukaan epitel inang, seperti kulit dan
membran mukosa.
• Patogen harus dapat memperoleh nutrien dan
kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh
dan menyebabkan infeksi pada inangnya.
• Kolonisasi patogen umumnya diikuti dengan invasi.
• Invasi adalah kemampuan patogen untuk masuk ke dalam sel atau jaringan inang, menyebar di
dalam tubuh inang, dan menyebabkan penyakit.
• Sebagian besar infeksi mikroorganisme berawal dari luka pada kulit dan membran mukosa dari
saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan saluran genitourinary.
• Pertumbuhan patogen juga dapat terjadi jika mikroflora normal pada kulit dan membran
mukosa tersebut mengalami perubahan atau hilang.
• Infeksi adalah suatu situasi dimana mikroorganisme yang bukan
merupakan mikroflora normal dari suatu organisme tumbuh dan
berkembang di dalam tubuh organisme tersebut, tanpa atau
menimbulkan penyakit pada organisme tersebut.
• Infeksi tidak sama dengan penyakit karena infeksi tidak selalu
menimbulkan penyakit.
• Mikroflora normal dapat menimbulkan penyakit jika resistensi inang
terhadap mikroflora tersebut menurun.
• Sebagian besar patogen menghasilkan faktor virulensi yang dapat
meningkatkan kemampuan invasi dari patogen tersebut.
• Streptocccus, Staphylococcus, dan Clostridium menghasilkan
hyaluronidase, enzim yang dapat menguraikan hyaluronic acid yang
merupakan perekat antar sel pada hewan.
• Luka yang disebabkan oleh invasi mikroorganisme dapat menyebabkan
penggumpalan darah.
• Penggumpalan darah tersebut bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme yang
masuk ke dalam jaringan, sehingga tidak menyebar di dalam jaringan.
• Beberapa patogen dapat mengatasi penggumpalan darah karena memiliki enzim
yang dapat mendegradasi fibrin, yaitu protein darah penyebab penggumpalan darah.
• Streptococcus pyrogenes menghasilkan dua enzim yang memiliki aktivitas yang
berlawanan.
1. Streptokinase
→Merupakan enzim yang dapat mendegradasi fibrin.
2. Coagulase
→Merupakan enzim yang dapat menyebabkan timbulnya penggumpalan darah.
→Gumpalan darah tersebut digunakan oleh Streptococcus pyrogenes yang ada
di dalamnya untuk melindungi diri dari respon imun inang
Toksisitas
• Toksisitas adalah kemampuan suatu patogen untuk menyebabkan penyakit pada
inangnya dengan cara menghasilkan toksin yang dapat menghambat fungsi sel-sel
inang atau menghancurkan sel-sel inang.
• Berdasarkan lokasinya, toksin yang dihasilkan bakteri patogen ada dua macam,
yaitu exotoxin dan endotoxin.
Exotoxin
• Exotoxin adalah toxin yang dilepaskan oleh sel patogen, dan dapat menjangkau
tempat yang jauh dari lokasi terjadinya infeksi.
• Berdasarkan mekanisme kerjanya, exotosin dibagi menjadi:
1. Cytolytic toxin menghancurkan membran sel darah merah dan menyebabkan
lisis.
2. AB toxin terdiri dari dua sub unit A dan B. subunit B berfungsi sebagai saluran
bagi subunit A untuk masuk ke dalam sel inang dan menyebabkan kerusakan.
3. Superantigen toxin berikatan dengan sel imun dan menyebabkan respon imun
yang berlebihan yang menyebabkan peradangan dan kerusakan sel.
Endotoxin
• Endotoxin merupakan lipopolisakarida (LPS) bersifat toxic yang terdapat
pada sebagian besar bakteri gram negatif.
• Lipopolisakarida merupakan komponen struktur dari outer membrane
bakteri gram negatif.
• Lipopolysaccharida terdiri dari 3 bagian, yaitu: Lipid A, core polysaccharide
dan O-specific polysaccharide.
• Lipid A terdiri dari glucosamine phosphate yang berikatan dengan berbagai
rantai asam lemak.
• Lipid A merupakan bagian yang berperan dalam toksisitas.
• Endotoxin terikat pada sel bakteri karena merupakan komponen struktural
pada bakteri tersebut.
• Endotoxin baru dilepaskan pada saat sel mengalami lisis.
• Escherichia, Shigella, dan Salmonella merupakan beberapa patogen yang
diketahui memiliki endotoxin.
• Manusia memiliki beberapa faktor resistensi bawaan yang menjaga
Pertahanan Tubuh Inang manusia tersebut dari mikroorganisme patogen.
• Kehadiran mikroflora normal pada permukaan kulit dan membran
mukosa menghambat kolonisasi mikroorganisme patogen karena
keterbatasan tempat untuk melekat dan ketersediaan nutrien.
• Kulit memberikan penghalang fisik bagi masuknya mikroorganisme
patogen ke dalam tubuh.
• Kelenjar keringat menghasilkan asam lemak dan asam laktat yang
menurunkan pH kulit (pH 5) dan menghambat pertumbuhan
sebagian besar bakteri.
• Mikroorganisme yang masuk melalui saluran pernafasan dihambat
oleh cilia dan lapisan mucus di saluran pernafasan.
• Mikroorganisme yang masuk melalui makanan dan minuman
dihambat oleh enzim pencernaan dan pH lambung yang sangat
rendah (pH 2).
• Mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam usus harus
berhadapan dengan banyaknya mikroflora normal di dalam usus.
• Mata, ginjal, saluran pernapasan, saluran servik selalu dilindungi
oleh air mata dan lendir yang mengandung lysozyme, dan enzim-
enzim lain yang dapat menghancurkan patogen.
• Usia, stress, dan makanan berpengaruh kepada pertahanan tubuh inang.
• Penyakit yang diakibatkan infeksi mikroorganisme umumnya lebih mudah terjadi pada bayi dan
manula.
• Bayi berumur < 1 tahun sering terkena diare karena komposisi mikroflora di dalam saluran
pencernaan bayi belum berkembang seperti orang dewasa.
• Perubahan anatomi pada manusia dewasa juga dapat menjadi penyebab menurunnya sistem
pertahanan tubuh.
• Pria dewasa berumur > 50 tahun umumnya mengalami gangguan kelenjar prostat yang
menurunkan laju aliran urin.
• Hal tersebut dapat meningkatkan resiko terkena infeksi patogen pada saluran kemih.
• Hormon yang diproduksi pada saat seseorang terkena stress dapat menghambat kerja sistem
imun di dalam tubuh.
• Komposisi makanan yang tidak seimbang dapat mengganggu komposisi mikroflora di dalam
saluran pencernaan dan memberikan kesempatan kepada mikroflora oportunis menyebabkan
penyakit.