Anda di halaman 1dari 32

REFRESHING

PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGENS


DAN NERUS I-VI
Pembimbing:
dr. Djati, Sp.S

Disusun Oleh:
Galih Maygananda Putra (2013730041)

KEPANITERAAN KLINIK STASE SARAF


RSUD SAYANG CIANJUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
Sasaran dan tujuan
• Sasaran: Sebagai dokter umum, kita harus mampu
memahami dan mampu mengaplikasikan tentang
pemeriksaan fisik Neurologis.

• Tujuan:
1.Bagaimana pemeriksaan fisik rangsang meningens
2.Bagaimana pemeriksaan fisik nervus kranial I-VI
RANGSANG MENINGENS
Rangsang Meningens
1. Kaku kuduk

2. Kernig’s sign

3. Lasegue

4. Brudzinski I, II, III, dan IV


Pemeriksaan Rangsang
Meningens
1. KAKU KUDUK
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien
yang sedang berbaring, kemudian kepala difleksikan dan
diusahakan agar dagu mencapai dada.
Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan.
Kaku kuduk (+) kita dapatkan tahanan dan dagu tidak
dapat mencapai dada.
Pemeriksaan Rangsang
Meningens
2. KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang
berbaring difleksikan pahanya pada persendian
panggul sampai membuat sudut 90 derajat.
Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut sampai membentuk sudut lebih
dari 135 derajat terhadap paha. Bila teradapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari
sudut 135 derajat , maka dikatakan kernig sign
positif.
PEMERIKSAAN RANGSANG
MENINGEAL .
 Tanda Lasegue.
• Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien
yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan
( diekstensikan ) , kemudian satu tungkai diangkat
lurus, difleksikan pada persendian panggulnya.
Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam
keadaan ekstensi ( lurus ) .
• Keadaan normal dapat mencapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah
timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70
derajat maka disebut tanda Lasegue positif.
• Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya
diambil patokan 60 derajat.
9
BRUDZINSKI I
BRUDZINSKI II
 Cara : fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara

pasif
 penilaian : fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul

dan lutut

BRUDZINSKI III
 Cara : Tekan os zygomatikus

 Penilaian : Fleksi involunter ekstremitas superior

BRUDZINSKI IV
 Cara : Tekan supra simpisis

 Penilaian : Fleksi kedua tungkai pada sendi lutut dan

sendi panggul
PEMERIKSAAN NERVUS
KRANIALIS I-VI
Pemeriksaan Nervus I (n. olfaktorius)
Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau
kelainan setempat, misalnya ingus atau polip
Interpretasi
Gangguan penghidu dapat dikasifikasikan baik secara
kuantitatif dan kualitatif.
Gangguan kuantitatif:
- anosmia (hilangnya daya penghidu)
- hiposmia (daya penghidu kurang tajam)
Gangguan tersebut selalu disebabkan oleh kerusakan
nervus olfaktorius di perifer, yaitu pada fila olfaktoria
(misalnya trauma pada fila di lamina kribriformis, atau
efek samping obat).
Gangguan penghidu kualitatif :
- parosmia (gangguan penghiduan bilamana tercium
bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih
tercium sebagai bau bawang goreng),
- hiperosmia (daya penghiduan yang terlalu peka,
dapat dijumpai pada penderita hiperemesis
gravidarum atau pada migren), dan
- kakosmia (Yunani; kakos: buruk, osmia: baui, adalah
mempersepikan adanya bau busuk yang padahal
tidak ada)
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh disfungsi
sentral, seperti pada epilepsi lobus temporal
Pemeriksaan N. II (visus)
SNELL CHART
• Minta pasien membaca snell chart dari jarak 6 meter.
• Minta pasien untuk membaca dari huruf teratas hingga
huruf terbawah yang bisa dibaca pasien
Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling
bawah, maka ketajaman penglihatannya normal (6/6).
Jika pasien hanya bisa membaca sampai batas 20,
berarti bahwa huruf yang seharusnya dapat dibaca
dari jarak 20 meter, ia hanya dapat membacanya dari
jarak 6 meter (6/20)
• Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau

terbesar dari kartu Snellen maka mulai HITUNG JARI


pada jarak 3 meter (tulis 3/60). Hitung jari 3 meter belum
bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 2/60), bila belum
terlihat maju 1 meter (tulis 1/60).
• Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN

TANGAN pada jarak 1 meter (tulis 1/300).


• Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata
responden dan tanyakan apakah responden dapat
melihat SINAR SENTER (tulis 1/~).
• Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA TOTAL
Pemeriksaan Lapang Pandang
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

 pemeriksaan lapang pandang.


Metode Konfrontasi dari Donder (paling
mudah ).
Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri
kurang lebih jarak 1 meter dengan
pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa
mata kanan maka mata kiri pasien harus
ditutup, misalnya dengan tangannya
pemeriksa harus menutup mata
kanannya.
Kemudian pasien disuruh melihat terus
pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa
harus selalu melihat ke mata kanan
pasien.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

 pemeriksaan lapang pandang.


Setelah pemeriksa menggerakkan jari
tangannya dibidang pertengahan antara
pemeriksa dan pasien dan gerakan dilakukan
dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai
melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia
harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan
dengan pemeriksa, apakah iapun telah
melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan
lapangan penglihatan ( visual field ) maka
pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan
tersebut.Gerakan jari tangan ini dilakukan
dari semua jurusan dan masing masing mata
harus diperiksa.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

pemeriksaan lapang pandang.

 SKOTOMA : ada bagian bagian visual field yang


buta dimana pasien tidak dapat melihatnya.

 Skotoma positif : tanpa diperiksa pasien sudah


merasa adanya skotoma.

 Skotoma negatif: dengan diperiksa pasien baru


merasa adanya skotoma.

 Macam macam gangguan ”visual field” antara lain.


 hemianopsia ( temporal; nasal ; bitemporalis ; binasal
).
 homonymous hemianopsia.
 homonymous quadrantanopsia.
 total blindness dsb
23
Pemeriksaan Oftalmoskopik
 Untuk melihat apakah terdapat

papiledema yang disebabkan oleh


hipertensi kranial dan oleh berbagai
gangguan metabolik.
Pemeriksaan Refleks Pupil
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

1.Pemeriksaan gerakan bola mata.


 Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola
mata diluar kemauan pasien).
 Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan
pemeriksa yang digerakkan kesegala jurusan.
Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan
matanya. Hambatan yang terjadi dapat pada satu
atau dua bola mata.
 Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola
matanya.

2.Pemeriksaan kelopak mata:


 Membandingkan celah mata/fissura palpebralis
kiri dan kanan . Ptosis adalah kelopak mata yang
menutup.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

3. Pemeriksaan pupil
 Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.

 Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).

 Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.

Pemeriksaan refleks pupil:


refleks cahaya.
 Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah
pupil.
 Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil
( miosis ).
 Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah
ada pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.
 Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya
ditujukan pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang
lain.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

refleks akomodasi.
 caranya : pasien diminta untuk melihat telunjuk
pemeriksa pada jarak yang cukup jauh, kemudian
dengan tiba – tiba dekatkanlah pada pasien lalu
perhatikan reflek konvergensi pasien dimana
dalam keadaan normal kedua bola mata akan
berputar kedalam atau nasal.
 Reflek akomodasi yang positif pada orang normal
tampak dengan miosis pupil.

refleks ciliospinal.
 rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan memberi
midriasis ( melebar ) dari pupil homolateral.
 keadaan ini disebut normal.
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan.
 Pemeriksaan motorik.

 pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian


meraba m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya
kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama .
 pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan
apakah ada deviasi rahang bawah, jika ada
kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi lesi.
Sebagai pegangan diambil gigi seri atas dan bawah
yang harus simetris.Bila terdapat parese disebelah
kanan , rahang bawah tidak dapat digerakkan
kesamping kiri. Cara lain pasien diminta
mempertahankan rahang bawahnya kesamping dan
kita beri tekanan untuk mengembalikan rahang
bawah keposisi tengah.
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan.
 Pemeriksaan sensorik.
 Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa
rasa nyeri dan suhu, kemudian lakukan
pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang
bawah.
Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( asal dari sensorik
Nervus V).
 Kornea disentuh dengan kapas, bila normal
pasien akan menutup matanya atau
 menanyakan apakah pasien dapat merasakan.
SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

b. Refleks masseter / Jaw reflex ( berasal dari motorik Nervus


V).

 Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang pada


bagian tengah dagu, lalu
 pasien dalam keadaan mulut setengah membuka dipukul
dengan ”hammer refleks”
 normalnya didapatkan sedikit saja gerakan, malah kadang
kadang tidak ada. Bila ada gerakan nya hebat yaitu
kontraksi m.masseter, m. temporalis, m pterygoideus
medialis yang menyebabkan mulut menutup ini disebut
refleks meninggi.

c. Refleks supraorbital
 Dengan mengetuk jari pada daerah supraorbital,

 normalnya akan menyebabkan mata menutup homolateral


(tetapi sering diikuti dengan menutupnya mata yang lain ).

Anda mungkin juga menyukai