Anda di halaman 1dari 61

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)


SMF Ilmu Penyakit Dalam

Tiara Chairunnisa 12100117029


Fathitchah Hafsyah A 12100117084
Reva Anggarina J 12100117093

Preceptor

M Fintriandi Budiman, dr., SpPD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
RSUD Al IHSAN BANDUNG
2018
malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan
oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.

Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,


menggigil, anemia dan splenomegali.

Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria


dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

SUMBER : ILMU PENYAKIT DALAM JILID III , HAL 2813


Plasmodium sp.

a. Definition
Merupakan protozoa pathogen yang dapat menyebabkan penyakit malaria.
Plasmodium terdiri > 1000 species.

b. Classification
Spesies Plasmodium pada manusia adalah:
a. Plasmodium falciparum (P. falciparum).
b. Plasmodium vivax (P. vivax)
c. Plasmodium ovale (P. ovale)
d. Plasmodium malariae (P. malariae)
e. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi)

Reference: Pedoman Tata Laksana Malaria,


2013
c. Host
- Definitive: nyamuk Anopheles
- Intermediate: manusia/kera

d. Transmission
Melalui gigitan nyamuk Anopheles yang
terinfeksi Plasmodium sp.
a. Taxonomy
- Family: Culicidae
- Genus: Anopheles
- Species: Anopheles sp.
b. Morphology
- Sayap belang-belang hitam dan putih (bertotol)
- Terdapat garis dibadan dan proboscis
- Memiliki antena
c. Habitat
- Daerah tropis
- Kawasan pantai, kawasan pedalaman, dan
kawasan kaki gunung dan gunung
1. Malaria merupakan penyebab kematian utama penyakit tropik
diperkirakan satu juta penduduk dunia meninggal tiap tahunnya
2. kasus malaria baru 200-300 juta/tahun dengan mortalitas lebih
dari 1 juta pertahun
3. P. falciparum dan P. malariae urnumnya di jumpai pada semua
negara dengan malaria; di Afrika, Haiti dan Papua Nugini
umumnya P. falciparurn;
4. P. vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia
Tanggara, negara Oceania dan India umumnya P falciparum dan P.
vivax.
5. P. Ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur
mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah samapai ke Utara,
Maluku, Irian Jaya dan dari Lombor sampai Nusatenggara Timur
serta Timor Timur merupakan daerah endemis malaria dengan P.
falciparum dan P. vivax.
6. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi
dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.
 Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasienn
non-imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan
interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh suatu periode
(periode laten) bebas demam.
 Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Pada pasien dengan
infeksi majemuk/ campuran (lebih dari satu jenis Plasmodium
atau satu jenis Plasmodium tetapi infeksi berulang dalam
waktu berbeda), maka serangan demam terus- menerus
(tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang imun gejala
klinisnya minimal.
 Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang
berurutan yakni stadium dingin (cold stage), stadium demam
(hot stage) dan stadium berkeringat (sweating stage). Paroksisme
ini biasanya terlihat jelas pada orang dewasa namun jarang
dijiumpai pada usia muda. Pada anak di bawah umur lima tahun,
stadium dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.
Serangan demam yang pertama didahului oleh masa
iinkubasi (intrinsik).
 Stadium dingin
 Diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari- jari pucatatau sianosis, kulit
kering dan pucat, pasien mungkin muntah pada anak sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
 Stadium demam
 Pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa
sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, mual dan muntah, nadi menjadi kuat
lagi. Biasanya pasien menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat
sampai 410 C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2- 12 jam. Demam
disebabkan oleh karena pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah
matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
 Stadium berkeringat
 Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, kemudian suhu badan
menurun dengan cepat, kadang- kadang sampai di bawah normal. Black water fever
yang merupakan komplikasi berat, adalah munculnya hemoglobin pada urin sehingga
menyebabkan warna urin berwarna tua atau hitam. Gejala lain dari black water
fever adalah ikterus dan muntah berwarna seperti empedu. Black water fever
biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi Plasmodium falciparum
berulang dengan infeksi yang cukup berat.2
 Anemia merupakan gejala yang sering
ditemui pada infeksi malaria, dan lebih
sering ditemukan pada daerah endemik.
Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3
hari dari serangan akut dimana limpa
akan membengkak, nyeri dan
hiperemis(4,12).
 Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
 Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan
bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak
dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari.
Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
 Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
 Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam.
Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual,
pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang
jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom
nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
 Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
 Malaria ovale merupakan bentuk yang paling
ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,
walau pun periode laten sampai 4 tahun.
Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan
terjadi pada malam hari.
 Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
 Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam
dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali
dengan puncak demam setiap 72 jam.
 Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi
P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya
digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi
P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :
 Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
 Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/µl.
 Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
 Edema paru.
 Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
 Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
 Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
 Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
 Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
 Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat
antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
 Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler
jaringan otak.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan “ trias malaria” demam, menggigil, berkeringat
Demam hilang timbul, pada saat demam hilang
disertai dengan menggigil, berkeringat, dapat disertai
dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu
makan menurun, sakit perut, mual muntah, dan
diare.

Faktor Risiko
1. Riwayat menderita malaria sebelumnya.
2. Tinggal di daerah yang endemis malaria.
3. Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah endemik
malaria.
4. Riwayat mendapat transfusi darah.
1. Malaria Falsiparum Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis
malaria ini paling sering menjadi malari berat yang
menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks Disebabkan oleh Plasmodium vivax.
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari.
Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan
oleh Plasmodium vivax.
3. Malaria Ovale Disebabkan oleh Plasmodium ovale.
Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam
seperti pada malaria vivaks.
4. Malaria Malariae Disebabkan oleh Plasmodium malariae.
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi.
Gejalademam menyerupai malaria falsiparum
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Patognomonis
a. Pada periode demam:
Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat
sampai di atas 40 C dan kulit kering. Pasien dapat juga terlihat pucat.,
Nadi teraba cepat, Pernapasan cepat (takipneu)
b. Pada periode dingin dan berkeringat:
Kulit teraba dingin dan berkeringat
Nadi teraba cepat dan lemah.
Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran.
2. Kepala: Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada
malaria serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
3. Torak s : Terlihat pernapasan cepat.
4. Abdomen : Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan
asites.
5. Ginjal : bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri
atau anuria.
6. Ekstermitas: akral teraba dingin merupakan tanda-tanda menuju syok.
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/
rumah sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasit.
Semi kuatitatif
(-) SD neagatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) SD positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB).
(++) SD positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB).
(+++) SD positif 3 (ditemukan 1- 100 parasit dalam 1 LPB).
(++++) SD positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB).

b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda imunokromatografi.
Pengobatan Malaria falsiparum
1. Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination
(FDC) yang terdiri dari Dihydroartemisinin (DHA)
+ Piperakuin (DHP) tiap tablet mengandung 40 mg
Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin.
BB < 60 kg diberikan  DHP per oral 3 tablet satu
kali per hari selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet
sekali sehari satu kali pemberian
BB >.60 kg diberikan 4 tablet DHP satu kali sehari
selama 3 hari dan Primaquin 3 tablet sekali sehari
satu kali pemberian.
Dosis DHA = 2-4 mg/kgBB (dosis tunggal),
Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis tunggal)
Primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
2. Lini kedua (pengobatan malaria falsiparum yang tidak
respon terhadap pengobatan DHP):
Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin.

Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari),


Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB per hari (dewasa, 2x/hari
selama7 hari), 2,2 mg/kgBB/hari (8-14 tahun,
2x/hari selama 7 hari), Tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali
(4x/hari selama 7 hari).
Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale

1.Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin


(DHP), diberikan peroral satu kali per hari selama 3 hari.
primakuin= 0,25mg/kgBB/hari (selama 14 hari).

2. Lini kedua (pengobatan malaria vivax yang tidak respon


terhadap pengobatan DHP): Kina + Primakuin.
Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari),
Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).
Pengobatan Malaria malariae
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3
hari dengan dosis sama dengan pengobatan
malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan
pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
Primakuin.

Pengobatan infeksi campuran antara Malaria


falsiparum dengan Malaria vivax/ Malaria ovale
dengan DHP
Pada penderita dengan infeksi campuran
diberikan DHP 1 kali per hari selama 3 hari, serta
DHP 1 kali per hari selama 3 hari serta Primakuin
dosis 0,25 mg/kgBB selama 14 hari.
Pengobatan malaria pada ibu hamil
1. Trimester pertama: Kina tablet 3x 10mg/
kg BB + Klindamycin 10mg/kgBB selama 7
hari.
2. Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP
tablet selama 3 hari.
3. Pencegahan/profilaksis digunakan
Doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari diminum 2
hari sebelum pergi hingga 4 minggu setelah
keluar/pulang dari daerah endemis.
1. Malaria dengan komplikasi
2. Malaria berat, namun pasien harus terlebih
dahulu diberi dosis awal Artemisinin atau
Artesunat per Intra Muskular atau Intra Vena
dengan dosis awal 3,2mg /kg BB.
1. Malaria serebral.
2. Anemia berat.
3. Gagal ginjal akut.
4. Edema paru atau ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome).
5. Hipoglikemia.
6. Gagal sirkulasi atau syok.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan
atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan
koagulasi intravaskular.
8. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam pendidngan pada
hipertermia.
9. Asidemia (pH darah <7.25) atau asidosis (biknat plasma <
15 mmol/L).
10. Makroskopik hemoglobinuria karena infeksi malaria akut.
 Malariaberat adalah penyakit malaria akibat
infeksi Plasmodium falsiparum aseksual
dengan satu atau lebih komplikasi
1. Malaria serebral: coma tidak bisa dibangunkan, derajat penurunan
kesadaran dilakukan penilaian GCS (Glasgow Coma Skale), < 11 , atau lebih
dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit
lain.
2. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokit < 15%) pada hitung parasit >
10.000/μL,
3. Gagal ginjal akut (urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12
ml/kg BB pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dan kreatinin >3 mg%).
4. Edema paru / ARDS (Adult Respitatory Distress Syndrome)
5. Hipoglikemi: gula darah <40 mg%
6. Gagal sirkulasi atau Syok, tekanan sistolik <70 mmHg disertai
keringat dingin atau perbedaan tamperatur kulit-mukosa >10 C.

7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus disgestivus atau


disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

8. Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam setelah pendinginan pada


hipertemia

9. Asidemia (pH <7.25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15 mmol/L)

10. Makroskopik hemoglobinuri (black water fever)oleh karena infeksi


pada
malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-PD)
 Malaria serebral merupakan keadaan gawat darurat
yang harus segera ditangani. Sebagian penderita
terjadi gangguan kesadaran yang lebih ringan seperti
apatis, somnolen, delirium dan perubahan tingkah
laku. Kelainan neurologik pada orang dewasa berupa
kejang di Thailand dilaporkan 20-50%, di Indonesia
lebih jarang. Retraksi leher dan hilangnya fleksibilitas
leher dapat terjadi, tetapi kaku kuduk dan
photophobia tidak pernah terjadi pada malaria
serebral.
 . Gejala sisa (sequele) sering dijumpai (khususnya
bila terjadi hipoglikemia), yang sering terjadi ialah
hemiplegia, kebutaan kortikal, ataxia, perubahan
tingkah laku dan gejala neurologik fokal.
 Pengobatan malaria serebral
 1. Pemberian steroid pada malaria serebral,
justru memperpanjang lamanya koma dan
menimbulkan banyak efek samping seperti
pneumoni dan perdarahan gastro intestinal
 2. Heparin, dextran, cyclosporine, epineprine
dan hiperimunglobulin tidak terbukti
berpengaruh dengan mortalitas.
 3. Anti TNF, pentoxifillin, desferioxamin,
prostasiklin, asetilsistein
 merupakan obat-obatan yang pernah dicoba
untuk malaria serebral
 4. Anti-Konvulsan (diazepam 10 mg i.v)
 Data dari Minahasa, Sulawesi Utara diantara 132 kasus
malaria berat, kelainan fungsi ginjal yaitu 30 kasus (22%)
dengan kreatinin >3 mg% dan 21 kasus (16%) dengan
kreatinin 2-3 mg%. ureum berkisar 93-513 mg% dan
kreatinin bervariasi 3,13-19,4 mg%.
 Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi pre-renal karena
dehidrasi (>50%) dan hanya 5-10% disebabkan nekrosis
tubulus akut.
 Gangguan ginjal diduga di sebabkan adanya anoksia karena
penurunan filtrasi pada glomerulus. Beberapa faktor resiko
yang mempermudah terjadinya GGA ialah
hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.
Apabila oliguria tidak segera ditangani, akan terjadi
anuria. Akibat gagal ginjal akut dapat terjadi metabolik
asidosis, hiperurisemia.
 Pada tahap akhir dijumpai tanda uremia, perdarahan kulit
dan gastro-intestinal.
 Pengobatan Pada Gagal Ginjal Akut
1. Cairan
 Bila terjadi oliguri infus N.Salin untuk rehidrasi sesuai perhitungan kebutuhan cairan, kalau
produksi urin < 400 ml/24 jam, diberikan furosemid 40-80 mg. bila tak ada produksi urin (gagal
ginjal) maka kebutuhan cairan dihitung dari jumlah urin +500 ml cairan/24 jam
2. Protein
 Kebutuhan protein dibatasi 20gram/hari (bila kreatinin meningkat) dan kebutuhan kalori
diberikan dengan diet karbohidrat 200 gram/hari
3. Diuretika
 Setelah rehidrasi bila tak ada produksi urin, diberikan furosemid 40 mg. setelah 2-3 jam tak ada
urin (kurang dari 60cc/jam) diberikan furosemid lagi 80 mg, ditunggu 3-4 jam, dan bila perlu
furosemid 100- 250 mg dapat diberikan i.v pelan.
4. Dopamin
 Bila diuretika gagal memperbaiki fungsi ginjal dan terjadi hipotensi, dopamin dapat diberikan
dengan dosis 2,5-5,0 ugr/kg/menit. Penelitian di Thailand pemberian dopamin dikombinasikan
dengan furosemide mencegah memburuknya fungsi ginjal dan memperpendek lamanya gagal
ginjal akut pada penderita dengan kreatinin <5mg%. Pada kasus dengan kreatinin > 5mg% tidak
bermanfaat.
5. Dialis dini
 Bila kreatinin makin meningkat atau gagal dengan
pengobatan diuretika dialisis harus segera dilakukan.
Indikasi dialisis secara klinis dijumpai gejala uremia,
adanya tanda overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia.
6. Tindakan terhadap hiperkalemi (serum kalium >5,5
meg/L
 Diberikan regular insulin 10 unit i.v/ i.m bersama-
sama 50 ml dekstrose 40% dan monitor gula darah dan
serum kalium. Pilihan lain dapat diberikan 10-20 ml
kalsium glukonat 10% i.v pelan-pelan.
7. Hipokalemi
 Hipokalemi terjadi 40% dari penderita malaria
serebral. Bila kalium 3.0-3,5 meq/L diberikan KCL
perinfus25 meq, kalium 2.0-2,9 meq/L diberikan KCL
perinfus 50 meq.
 . Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
 Jaundice atau ikterus sering dijumpai pada
infeksi malaria falsiparum. Pada Penelitian di
Minahasa pada 109 penderita malaria berat,
kadar bilirubin tertinggi ialah 36,4 mg%.
dijumpai 28 penderita (25%) mortalitasnya 11%,
bilirubin 1,2mg%-2 mg% dijumpai pada 17
penderita (16%) mortalitas 17%, bilirubin >2mg%-
3mg% pada 13 penderita (12%) dengan mortalitas
29% serta bilirubin >3mg% dijumpai pada 51
penderita (46%) dengan mortalitas 33%.4 Terjadi
penurunan aliran darah ke hepar, dan akan
kembali normal pada fase penyembuhan.
Tindakan terhadap malaria biliosa
 Penanganan malaria biliosa/malaria dengan ikterik tidak ada yang spesifik,
tindakan yang diberikan adalah sebagai berikut :
 1. Pemberian kina dosis awal 20 mg/kg boleh diberikan bila 24 sebelumnya
tidak
 memakai kina. Bila setelah 48 jam keadaan umum belum membaik, dosis
 kinin diturunkan setengahnya.
 2. Bila ikterik disebabkan karena intravaskuler hemolisis, kina dihentikan
dan
 diganti klorokuin dengan dosis 5mg/kg BB
 3. Bila anoreksi berat berikan 10% glukose Iv, untuk mencegah hipoglikemia
 4. Pada hiperbilirubinemia berat sebaiknya dihindarkan suntikan intra
muskuler
 karena bahaya perdarahan/hematom/DIC
 5. Vitamin K dapat diberikan 10mg/hari i/v selama 3 hari untuk
memperbaiki
 faktor koagulasi.
 6. Hati-hati dengan obat yang mengganggu fungsi hati seperti parasetamol,
 . Hal ini disebabkan karena kebutuhan metabolik dari
parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam
hati. Pada orang dewasa sering berhubungan dengan
pengobatan kina. Hipoglikemi juga sering pada
wanita hamil
 Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita
dengan keadaan umum yang berat ataupun
penurunan kesadaran. Penyebab terjadinya
hipoglikemi yang paling sering ialah karena
pemberian terapi kina (dapat terjadi 3 jam setelah
infus kina).
 Penyebab lainnya ialah kegagalan glukoneogenesis
pada penderita dengan ikterik, hiperparasitemia oleh
karena parasit mengkonsumsi karbohidrat, dan
karena TNF alfa yang meningkat. Gejala hipoglikemia
dapat terjadi karena sekresi adrenalin berlebihan dan
akibat disfungsi susunan saraf pusat (SSP).
 Hipoglikemia
 Periksa kadar gula darah secara cepat pada
setiap penderita malaria berat. Bila kadar
gula darah kurang dari 40mg% maka :
 1. Beri 50ml dekstrose 40% i.v dianjutkan
dengan
 2. Glukosa 10% per infus 4-6 jam
 3. Monitor gula darah tiap 4-6 jam
 4. Bila perlu obat yang menekankan produksi
insulin seperti, glukagon atau
 somatostatin analog 50 mg subkutan.
 . Malaria Haemoglobinuri (Blackwater Fever)
 Adalah suatu sindrom dengan gejala karakteristik
serangan akut, menggigil, demam, hipotensi,
hemolisis intravaskuler, homoglobinemi,
hemoglobinuri dan gagal ginjal.
 Dahulu dilaporkan terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi P.falciparum yang berulang-ulang
pada orang non-imun dengan pengobatan kina
yang tidak teratur untuk profilak maupun
pengobatan. Penderita biasanya mengeluh nyeri
pinggang, muntah, diare, poliuria, diikuti
oliguria dengan kencing warna hitam. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai hepatosplenomegali,
anemia dan ikterik.
 Penanganan blackwater fever
 1. Istirahan di tempat tidur, karena hemolisis
memudahkan terjadinya
 kegagalan jantung.
 2. Menghentikan muntah dan sedakan.
 3. Transfusi darah bila Hb < 6 gr% atau hitung
eritrosit < 2 juta/mm3
 4. Kina tidak dianjurkan pada blackwater fever
dengan G-6PD defisiensi.
 5. Monitor produksi urin, ureum dan kreatinin.
Bila ureum lebih besar
 200 mg% dipertimbangkan dialisis.
 Sering terjadi pada malaria dewasa dan jarang pada anak.
Edema paru merupakan komplikasi yang paling berat dari
malaria tropika dan sering menyebabkan kematian.
 Ada dua tipe edema paru yang dapat terjadi : pertama
karena kelebihan cairan, keadaan ini bila diketahui
secepatnya dapat diobati dengan pemberian diuretika,
 bentuk yang kedua ialah adult respiratory distress
syndrome, pada keadaan ini tekanan vena sentral normal
dan pulmonary wedhe pressure menurun. keadaan ini
diduga disebabkan karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler, terjadinya emboli mikrovaskuler,
koagulasi intravaskuler atau disfungsi mikrosirkulasi
pulmonal.
 Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya edema paru
ialah kelebihan cairan, kehamilan / postpartum, malaria
cerebral, hiperparasitemia, hipoglikemia, hipotensi,
asidosis dan uremia
 Edema paru merupakan komplikasi yang fatal, oleh
karenanya pada malaria berat sebaiknya dilakukan
penanganan mencegah terjadinya edema paru:
 1. Pemberian cairan dibatasi, sebaiknya menggunakan
monitoring dengan CVP.
 Pemberian cairan melebihi 1500 ml menyebabkan
edema paru.
 2. Bila anemi (HB<5gr%) transfusi darah diberikan
perlahan-lahan
 3. Mengurangi beban jantung kanan dengan diuretika.
 4. Dapat dicoba pemberian vasodilator (nitro-prussid)
atau nitro-gliserin
 5. Perbaiki hipoksia dengan memberikan oksigen
konsentrasi tinggi.
 Perdarahan
 Perdarahan spontan berupa perdarahan gusi,
epistaksis, petekie, purpura, hematoma
dapat terjadi karena trombositopenia akibat
infeksi malaria tropika. Gangguan koagulasi
intravaskuler yang menyebabkan terjadinya
perdarahan jarang terjadi (<10%),
Asidosis metabolik
 Asidosis metabolik ditandai dengan
hiperventilasi (pernafasan Kussmaul),
auskultasi lapangan paru normal,
peningkatan asam laktat, pH turun (<7.25)
dan penurunan bikarbonat (<15 mmol/L).
asidosis biasanya disertai edema paru,
hiperparasitemia, syok, gagal ginjal dan
hipoglikemia.
.Anemia
 Anemia sering pada malaria, pada 30% kasus
anemia diperlukan transfusi darah
(Thailand). Derajat anemia berkorelasi
dengan parasitemia. Pada malaria akut,
anemia berat sering memberikan gejala
serebral seperti tampak bingung, kesadaran
menurun sampai koma, dan gejala kardio-
pulmonal.
 Penanganan anemi
 Bila anemi kurang dari 5gr% atau hematokrit
kurang dari 15% diberikan transfusi darah
whole blood atau packed cells.
 .Tindakan Umum
 Sebelum diagnosa dapat dipastikan melalui pemeriksaan darah malaria, beberapa
tindakan perlu dilakukan pada penderita dengan dugaan malaria berat berupa
tindakan perawatan intensif (ICU) yaitu 4.25
 1. Pertahankan fungsi vital : kesadaran, temperatur, nadi, tensi, dan respirasi
 kebutuhan oksigen.
 2. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat tidur.
 3. Hati-hati komplikasi :kateterisasi, defekasi, edema paru karena overhidrasi
 4. Perhatikan timbulnya ikterus dan perdarahan.
 5. Monitoring : ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot.
 6. Pertahankan sirkulasi: bila hipotensi lakukan posisi Tredenlenburg’s
 perhatikan warna dan temperatur kulit.
 7. Cegah hiperpireksi dengan antipiretik
 8. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
 9. Diet : porsi kecil & sering, cukup kalori, karbohidrat dan garam
 10. Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan keringkan
 11. Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup dengan kain
1. Pada kasus malaria berat disampaikan kepada
keluarga mengenai prognosis penyakitnya.

2. Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan :


a. Menghindari gigitan nyamuk dengan kelambu atau repellen
b. Menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari
c. Mengobati pasien hingga sembuh misalnya dengan pengawasan
minum obat
Prognosa penderita malaria berat tergantung pada
 Kecepatan / ketepatan diagnosis dan pengobatan.
Makin cepat dan tepat diagnosis dan pengobatannya
makin baik prognosisnya.
 Kegagalan fungsi organ. Semakin sedikit organ vital
yang terganggu semakin baik prognosisnya. Dari
penelitian di Minahasa yang melibatkan 111
penderita malaria berat, bila komplikasi hanya satu
organ, mortalitasnya 10,5%, dengan 2 organ terkena
mortalitas 47,6% dan bila 3 organ terkena 88,9%.
Kepadatan Parasit. Semakin padat parasitnya
semakin buruk prognosisnya.
 Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.
Jakarta, 2017; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
 Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III, edisi VI. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
2012; Hal: 1754-60.

Anda mungkin juga menyukai