Anda di halaman 1dari 53

ASPEK HUKUM

REKAM MEDIK
Divisi Bioetika dan Medikolegal
FK USU
Maret 2009
DEFINISI REKAM MEDIS
(PERMENKESNo.749A/Menkes/PER/XII/1986)

Rekam Medis adalah berkas yang


berisikan catatan dan dokumen
penting tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain kepada pasien
pada sarana pelayanan kesehatan.
DEFENISI REKAM MEDIS
 Menurut Edna K. Huffman (Health
Information Management, Physician Record
Co. 1994)
 Rekam Medis : kumpulan dari fakta-
fakta/bukti keadaan pasien , riwayat
penyakit dan pengobatan masa lalu serta
saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan
yang memberikan pelayanan pada pasien
tersebut.
Rekam Kesehatan : kumpulan data-data dari
keadaan kesehatan individu yang mendapat
pelayanan kesehatan yang meliputi data sosial
pasien, catatan imunisasi, hasil pemeriksaan
fisik sesuai dengan seluruh penyakit &
pengobatan yang diperoleh selama mendapat
pelayanan kesehatan.
TUJUAN REKAM MEDIS

Tujuan dari Rekam Medis adalah penunjang


tercapainya tertib administrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
Tertib administrasi merupakan salah satu
faktor yang menentukan dalam upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
ISU ETIK
Isu etik dalam informasi kesehatan
umumnya berhubungan dengan
dokumentasi, pemberian kode (coding),
pengungkapan informasi, manajemen
mutu kesehatan masyarakat dan
managed care, informasi kesehatan
yang sensitif dan teknologi.
KOMPONEN REKAM MEDIK
 NO.
 IDENTITAS/NAMA/ALAMAT/PEKERJAAN
 KELUHAN UTAMA
 ANAMNESE/URAIAN/RIWAYAT
 FISIK DIAGNOSTIK/VITAL SIGN
 PEMERIKSAAN KLINIK-
INSPECTIO/AUSCULTATIO DAN PALPATIO
 PEMERIKSAAN
PENUNJANG/LAB.RADIOLOGI.CT.SCAN
 KESIMPULAN PEMERIKSAAN
 DIAGNOSA / PENANGANAN
 FOLLOW UP/ PENGAWASAN LANJUT
 RESUME HASIL AKHIR
.

Secara etik dilarang melakukan


pencatatan mundur dan pengubahan
catatan dalam rekam medis agar
disesuaikan dengan hasil layanan yang
terjadi. CATAT YANG KAMU
LAKUKAN DAN
LAKUKAN YANG
KAMU CATAT
/ Dalam kaitannya dengan pengungkapan
informasi, terdapat tiga masalah etik, yaitu
:
1. Pelanggaran prinsip kebutuhan tahu
(need-to-know principle).
2. Penyalahgunaan surat persetujuan atau
otorisasi yang tidak tertentu (blanket
authorization).
3. Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai
akibat dari prosedur pengungkapan
sekunder (secondary release).
Isu Hukum
Terdapat 3 isu hukum utama yang berkaitan
dengan rekam medis, yaitu :
1. Komplikasi, pemeliharaan dan retensi rekam
medis / rekam kesehatan.
2. Penggunaan dan pengungkapan informasi
kesehatan , dan
3. Penggunaan catatan pasien dan informasi
kesehatan dalam proses peradilan.

Selain itu juga terdapat isu hukum dibidang


kepemilikan, perlindungan dan komputerisasi.
 Masukan pada rekam medis hendaknya dicatat pada
saat perawatan yang diuraikan diberikan (tidak
retrospektif).
 Penulisan semua masukan harus tertera dengan jelas.
 Singkatan dan simbol sebaiknya hanya digunakan
dalam rekam medis bila sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
 Semua masukan pada rekam medis hendaknya
permanen.
 Untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam
rekam medis, hendaknya digunakan tata cara
sebagaimana diatur dalam Permenkes no 749a tahun
1989.
 Tidak boleh
dihilangkan/
dicoret dan
paraf
 Bila pasien ingin mengubah isi rekam
medisnya, perubahan hendaknya dibuat
sebagai addendum. Sebaiknya tidak ada
perubahan pada masukan yang asli, dan
perubahan harus secara jelas merupakan
dokumen tambahan yang disertakan dalam
rekam medis yang asli atas permintaan
pasien, yang selanjutnya akan bertanggung
jawab untuk menjelaskan perubahan tersebut.

 Petugas rumah sakit harus mengembangkan,


mengimplementasikan, dan mengevaluasi
kebijakan dan prosedur yang berkaitan
dengan analisa kuantitatif maupun kualitatif
dari rekam medis.
;
Permenkes no 749a tahun 1989
mengatur tentang lamanya retensi
rekam medis hingga setidaknya 5 tahun
sejak kunjungan pasien terakhir,
sedangkan untuk hal –hal yang bersifat
khusus dapat ditetapkan sendiri.

, Berikut adalah acuan secara umum untuk
menentukan bentuk dan isi rekam kesehatan :
 Rekam medis hendaknya disusun secara
sistematik untuk memudahkan pencarian dan
kompilasi data.
 Hanya orang – orang tertentu yang ditunjuk
oleh kebijakan rumah sakit saja yang
diperbolehkan mendokumentasikan dan
menyimpan rekam medis.
 Kebijakan rumah sakit dan atau peraturan
internal staf medis hendaknya menspesifikasi
siapa yang berhak menerima dan menulis
perintah verbal dokter dan tata caranya.’
Perlindungan privasi,kerahasiaan, dan keamanan
Perbedaan ketiga kata diatas ialah :

 Privasi adalah “hak individu untuk dibiarkan sendiri, termasuk bebas dari
campur tangan atau observasi terhadap hal – hal pribadiseseorang serta
hak untuk mengontrol informasi – informasi pribadi tertentu dan informasi
kesehatan”. (Harman 2001a,p. 376).

 kerahasiaan merupakan “pembatasan pengungkapan informasi pribadi


tertentu. Dalam hal ini mencakup tanggung jawab untuk menggunakan,
mengungkapkan, atau mengeluarkan informasi hanya dengan
sepengetahuan ijin individu”. ( Harman 2001a,p.370).

 Keamanan meliputi “perlindungan fisik dan elektronik untuk informasi


berbasis komputer secara utuh, sehinggan menjamin ketersediaan dan
kerahasiaan. Termasuk kedalamnya adalah sumber – sumber yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan, alat – alat untuk mengatur akses dan melindungi
informasi dari pengungkapan yang tak disengaja maupun yang sengaja.
(Harman 2001a,p.372).
KERAHASIAAN

Kerahasiaan rekam medis diatur


didalam UU Praktik Kedokteran
pasal 47 ayat (2) yang menyatakan
bahwa “rekam medis harus
disimpan dan dijaga kerahasiaanya
oleh dokter atau dokter gigi dan
pimpinan saran kesehatan”.
hal yang sama dikemukakan dalam
pasal 11 peraturan pemerintah No
10 tahun 1966 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran.
/
Selanjutnya UU Praktik Kedoteran
memberikan peluang pengungkapan informasi
kesehatan secara terbatas, yaitu dalam pasal
48 ayat (2) :
• Untuk kepentingan kesehatan pasien
• Untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegak
hukum.
• Permintaan pasien sendiri.
• Berdasarkan ketentuan undang – undang.
Sedangkan pasal 12 Permenkes 749a
menyatakan bahwa :
(1) Pemaparan isi rekam medis hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat pasien dengan ijin tertulis
pasien.
(2) Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan medis dapat
memaparkan isi rekam medis tanpa
seijin pasien berdasarkan peraturan
perundang – undangan.
Tanggung jawab sarana dan profesi

Sarana kesehatan bertanggung jawab


untuk melindungi informasi kesehatan
yang terdapat didalam rekam medis
terhadap kemungkinan hilang, rusak ,
pemalsuan dan akses yang tidak sah.
Dokter yang merawat pasien
bertanggungjawab atas kelengkapan
dan keakurasian pengisian rekam
medis.
Aspek hukum komputerisasi IK
Konsil Asosiasi Dokter Sedunia (WMA) dibidang etik dan hukum
menerbitkan ketentuan dibidang ini pada tahun 1994. beberapa
petunjuk yang penting adalah :
1. Informasi medis hanya dimasukkan kedalam komputer oleh
personil yang berwenang.
2. Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu
hanya bisa mengakses data tertentu yang sesuai, dengan
menggunakan security level tertentu.
3. Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien.
Distribusi infomasi medis harus dibatasi hanya kepada orang –
orang yang berwenang saja. Orang – orang tersebut juga tidak
diperkenankan memindahtangankan informasi tersebut kepada
orang lain.
4. Data yang telah “tua” dapat dihapus setelah memberitahukan
kepada dokter dan pasiennya (atau ahli warisnya).
5. Terminal yang on-line hanya dapat digunakan oleh orang yang
berwenang.
Kepemilikan Rekam Medis / Rekam
Kesehatan
Di Indonesia, baik UU Praktik Kedokteran
maupun Permenkes No.
749a/MENKES/PER/XII/1989 menyatakan bahwa
“berkas rekam medis adalah milik sarana
kesehatan sedangkan isi rekaman medis milik
pasien”.
UU Praktik Kedokteran bahkan menyatakan
bahwa “memperoleh isi rekam medis adalah
salah satu hak pasien”.
Tata cara penyerahan informasinya dikenal
terdapat dua pendapat, yaitu :
a. Pasien menerima surat keterangan yang
berisikan informasi kesehatannya.
b. Pasien menerima fotokopi rekam medisnya.
Pengungkapan informasi kesehatan
Hal ini hanya dapat dilakukan apabila :
1. Dengan persetujuan atau otoritas pasien,
misalnya informasi kesehatan untuk
kepentingan asuransi kesehatan,
perusahaan, pemberi kerja dll.
2. Dengan perintah undang – undang,
misalnya :
a. UU wabah dan UU karantina
b. UU acara pidana
3. Untuk kepentingan pasien.
4. Laporan kasus / analisa kasus yang
sifatnya intern untuk kepentingan
pendidikan dan peningkatan mutu
pelayanan.
Penggunaan informasi kesehatan untuk
kepentingan peradilan
Pasal 43 Undang – Undang No 8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana mengisyaratkan
bahwa rekam medis tidak dapat disita tanpa
persetujuan sarana kesehatan atau orang yang
bertanggungjaewab atas rekam medis terswbut.
“Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka
yang berkewajiban menurut undang – undang
untuk merahasiakannya, sepanjang tidak
menyangkut rahasia negara, hanya dapat
dilakukan atas persetujuan mereka atau atas ijin
khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat kecuali
undang – undang menentukan lain”.
Penggunaan Rekam Medis untuk
Peningkatan Mutu
Pada Permenkes RI tentang rekam medis
disebutkan bahwa salah satu tujuan dari
rekam medis adalah untuk riset dan
sebagai data dalam melakukan upaya
peningkatan mutu pelayanan medis.
Permenkes ini juga memberikan peluang
pembahasan informasi medis seseorang
pasien dikalangan profesi medis untuk
tujuan rujukan dan pengembangan ilmiah.
Demikian pula Asosiasi Dokter Sedunia
(WMA, Oktober 1983) menyatakan bahwa
penggunaan informasi medis untuk tujuan
riset dan audit dapat dibenarkan.
KEGUNAAN REKAM MEDIS
C. Comunication
I. Information
A. Administration
L. Legal, Law
F. Financial CI. ALFREDS
R. Research
E. Education
D. Documentation
S. Statistic
KEGUNAAN UTAMA
REKAM MEDIS/KESEHATAN

1. Bagi pasien yang memperoleh pelayanan


kes.
2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan.
3. Manajemen pelayanan pasien.
4. Menunjang pelayanan pasien.
5. Bagi pembayaran dan penggantian biaya.
KEGUNAAN SEKUNDER REKAM
MEDIS/KESEHATAN

1. Edukasi
2. Peraturan, Regulasi
3. Riset
4. Pengambilan kebijakan
5. Industri
REGULASI REKAM MEDIS RUMAH SAKIT

 SK Menkes RI No 031/Birhub/1972 :
Semua RS harus mengerjakan Medical
Recording dan Reporting dan Hospital
Statistics.
 SK Menkes RI No. 034/Birhub/1972
tentang Perencanaan dan Pemeliharaan
RS antara lain: Setiap RS wajib,
1. Mempunyai dan merawat statistik mutahir
2. Membina RM berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan.
 SK Menkes RI No. 134/ Menkes/SK/IV/78
tentang susunan organisasi dan tata kerja
RS, menyebutkan sub-bagian pencatatan
medik mempunyai tugas mengatur
pelaksanaan kegiatan pencatatan medik

 IDI menerbitkan SK No. 315/PB/A.4/88


fatwa tentang RM: praktek profesi
kedokteran harus melaksanakan RM
 PERMENKES
No.749A/Menkes/PER/XII/1989 tanggal 02
Desember 1989 tentang Rekam Medis /
Medical Record.
 Keputusan DIRJEN YANMEDIK
No.YM.00.03.2.2.1996 Tanggal 27
November 1996, Tentang Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia.
 UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
• UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran , Bab 7 pasal 46:

1.Dr/drg harus membuat RM


2.Segera dilengkapi
3.Harus dibubuhi nama, waktu dan tanda
tangan petugas yang memberi
pelayanan atau tindakan.
SANKSI
 Pasal 79 UU PRADOK;
Pidana kurungan 1 tahun atau denda paling
banyak 50 juta.
a. -
b. Dengan sengaja tidak membuat rekam
medis.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 87
Tahun 1999 tentang Tata Cara Penyerahan dan
Pemusnahan Dokumen Perusahaan

 Surat Edaran Dirjen Yanmed No. HK.


00.06.1.5.01160 tanggal 21 Maret 1995 tentang
Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam
Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam
Medis di Rumah Sakit
TATA LAKSANA REKAM MEDIS
Berdasarkan Permenkes No.749a / MENKES / PER / XII /
1989 tentang Rekam Medis yang menguraikan berbagai
ketentuan yang harus dilaksanakan,

1. Akurat : berisikan catatan yang memang tepat untuk


digunakan sebagai dasar pengobatan. Pengisian harus
sesegera mungkin dan dibuat berurutan sesuai waktu
kejadian/kronologis.

2. Adekuat : berisikan seluruh informasi yang diperlukan,baik


untuk diagnostik maupun untuk pengobatan/tindakan, dan
harus cukup rinci untuk dapat dimengerti.
3. Appropriate : hanya berisikan informasi yang
layak dimuat di dalam Rekam Medis, tidak
diisikan dengan komentar yang non medis,
misalnya “ pasien ini cerewet, hati-hati “ atau “
perawat A telah melakukan kesalahan
menyuntik, direktur agar memeriksa dan
menindaknya “.
Setiap isian harus jelas, terbaca dan tidak
menimbulkan keragu-raguan. Rekam Medis
sama sekali tidak boleh dipalsukan, Rekam
Medis yang sengaja dipalsukan merupakan
perbuatan kriminal dan dapat dihukum pidana.
KETENTUAN PENGISIAN REKAM MEDIS

 Rekam medis harus dibuat segera dan


dilengkapi seluruhnya, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan
terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam
waktu 1 x 24 jam harus ditulis dalam lembaran
rekam medis.
2. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh
dokter/tenaga kesehatan sesuai dengan
kewenangannya dan ditulis nama terangnya
serta diberi tanggal.
3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa
kedokteran dan mahasiswa lainnya ditanda
tangani dan menjadi tanggung jawab dokter
yang merawatnya atau dokter yang
membimbingnya
4. Catatan yang dibuat oleh Residen harus
diketahui oleh dokter pembimbingnya.
5. Dokter yang merawat dapat memperbaiki
kesalahan penulisan dan melakukannya pada
saat itu juga serta di bubuhi paraf.
6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak
diperbolehkan.
PENANGGUNG JAWAB PENGISIAN
RM/K

 DOKTER
 PARAMEDIS ( PERAWAT / BIDAN )
 TENAGA KESEHATAN LAINNYA
Profesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan
1. Tenaga Kesehatan
2. Jabatan Fungsional
3. Peran dan fungsi sebagai pendukung
pelayanan kesehatan di rumah sakit
4. Penting memahami kebijakan Pemerintah
tentang pelayanan kesehatan yang
berlaku.
5. Penting memahami keterkaitan berbagai
standar pelayanan rumah sakit/MIK
PP RI No. 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan
a. Tenaga Kesehatan Medis
b. Tenaga Keperawatan
c. Tenaga Kefarmasian
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat
e. Tenaga Gizi
f. Tenaga Keterapian Fisik
g. Tenaga Keteknisian Medis
TENAGA KETEKNISIAN MEDIS Meliputi;
 Radiografi
 Radioterapis
 Teknisi gigi
 Teknisi elektromedis
 Analisis kesehatan……
 Perekam Medis
PEREKAM MEDIS ; orang yang
mengumpulkan, menyimpan, mengolah,
menyampaikan data dan informasi kegiatan
pelayanan kesehatan pasien yang
berkualitas tinggi dengan memperhatikan
aspek hukum dan etika profesi untuk
menjamin fungsi-fungsi rekam medis dan
informasi kesehatan.
Merupakan JABATAN FUNGSIONAL sesuai
dengan SK MENPAN No.
135/KEP/M.PAN/12/2002 tertanggal 3
Desember 2002.
WADAH PROFESI PEREKAM
MEDIS

“Kewajiban mengembangkan profesi melalui


peningkatan pengetahuan, sikap dan
perilaku”
SISTEM PEMBERIAN NOMOR PASIEN

Penyimpanan Berkas Rekam Medis pada


setiap Pelayanan Kesehatan disimpan
berdasarkan nomor pasien, yaitu nomor
Rekam Medis pasien pada saat masuk
Rumah Sakit (Admission Patient Number).
Jika kartu pasien hilang, nomor pasien
masuk dapat diperoleh dari data dasar
pasien yang tersimpan di dalam sistem.
Dengan mengetahui nama lengkap dan
tanggal masuk pasien.
Ada tiga sistem pemberian nomor pasien pada saat pasien
datang ke unit pelayanan kesehatan (Admission Numbering
System) yang umumnya dipakai yaitu :
 Pemberian Nomor Cara Seri (Serial Numbering System)
 Pemberian Nomor Cara Unit ( Unit Numbering System)
 Pemberian Nomor Cara Seri Unit ( Serial Unit Numbering
System)

Sistem pemberian nomor manapun yang dipakai, setiap rekam


medis baru harus mendapat nomor yang diurut secara
kronologis dan nomor tersebut dapat digunakan di seluruh
instalasi yang terkait di dalam prosedur pemberian pelayanan
kesehatan terhadap pasien di rumah sakit.
 SNS : Setiap pasien mendapat nomor baru setiap
kunjungan ke RS
 UNS : Setiap pasien yang berkunjung hanya
diberikan satu nomor RM baik untuk kunjungan
Rawat Jalan maupun Rawat Inap
 S-UNS : Merupakan gabungan sistem seri dan
unit. Setiap pasien berkunjung ke RS, kepadanya
diberikan satu nomor baru, tetapi RM nya yang
terdahulu digabungkan dan disimpan di RM
dengan nomor yang paling baru, sehingga
berkasnya tetap 1 unit.
 Sumber Nomor
Satu rumah sakit biasanya membuat satu
“bank nomor” yang akan menentukan sampai
dengan nomor tertinggi yang tersimpan dan
akan keluar secara otomatis apabila ada
pasien baru yang mendaftar. Hampir seluruh
rumah sakit, menggunakan sumber (patokan)
dalam pemberian nomor yang dapat berjalan
sampai bertahun-tahun.
PENGARSIPAN RM
 Berdasarkan Lokasi
Sentralisasi : berarti seluruh informasi
tentang seorang pasien disimpan di satu
berkas, apakah ia rawat inap, atau jalan
ataupun emergensi atau lain-lain.
Pelayanan di satu lokasi dan dikelola oleh
suatu unit yang diberi tanggung jawab oleh
pimpinan pelayanan kesehatan tersebut.
Pertimbangan Rumah Sakit Dalam
Retensi Berkas Rekam Medis
 Riset – Edukasi
 Kasus Hukum
 Ketetapan Hukum
 Kasus Perkosaan
 HIV
 Penyesuaian Kelamin
 Orang asing
 Kasus Adopsi
 Bayi Tabung
 Cangkok Organ
 Op. Plastik / Rekonstruksi
Penilaian Berkas RM Sesudah 2 Tahun
Di Rak Penyimpanan Inaktif

Bentuk Tim SK Dir RS tdd :


 Sub Komite RM / Komite Medis
 Petugas RM Senior
 Tenaga lain yang terkait
CONTOH ISI REKAM MEDIK
 Identitas pasien ( Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, status perkawinan )
 Anamnesa
 Status Lokalisata ( Pemeriksaan fisik ) : Kepala,
mata, bibir, leher, thorax, abdomen, ekstremitas )
 Pemeriksaan penunjang
 Diagnosa banding
 Pengobatan
Thank you
Merci beaucoup
Dankuwel
Terima kasih
Danke schon
Bujur… mejuah-juah

Anda mungkin juga menyukai