Anda di halaman 1dari 18

1.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN


HIKMAH?
ُ ‫س ْلنَا فِي ُك ْم َر‬
َ ‫سوالً ِم ْن ُك ْم يَتْلُو‬
‫علَ ْي ُك ْم آيَاتِنَا َويُزَ ِكي ُك ْم َويُعَ ِل ُم ُك ْم‬ َ ‫َك َما أ َ ْر‬
/‫اب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُعَ ِل ُم ُك ْم َما لَ ْم ت َ ُكونُوا ت َ ْعلَ ُمونَ (البقرة‬ َ َ ‫ْال ِكت‬
 Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara
kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan
mensucikan kamu danmengajarkan kepadamu Al Kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah,2:151)
“serta mengajarkan kepada kamu Al Kitab dan Al Hikmah”
 Dalam kalimat ini tercakup segala hal yang telah
disebutkan dimuka, yaitu pembacaan ayat-ayat Al Quran dan
penjelasan terhadap meteri pokok di dalamnya, yaitu Al
Hikmah. Hikmah adalah:pendidikan dari kitab ini, yakni
penguasaan yang besar dan datang bersama al hikmah pada
suatu masalah dengan suatu timbangan yang benar serta
mengetahui tujuan-tujuan perkara dan arahan-arahannya.
Begitu juga akan terealisir hikmah ini secara masak
mendapatkan bimbingan dan penyucian dari Rasulullah dengan
ayat-ayat Allah tersebut.
 Imam Mujahid mengartikan al-Hikmah, “Benar
dalam perkataan dan perbuatan”.
 Ibnu Zaid memaknai, “Cendekia dalam memahami
agama.”
 Malik bin Anas mengartikan, “Pengetahuan dan
pemahaman yang dalam terhadap agama Allah, lalu
mengikuti ajarannya.”
 Ibnul Qasim mengatakan, “Memahami ajaran agama
Allah lalu mengikutinya dan mengamalkannya.”
 Imam Ibrahim an-Nakho’i mengartikan, “Memahami
apa yang dikandung al-Qur’an.”
 Imam as-Suddiy mengartikan al-Hikmah dengan an-
Nubuwwah (kenabian).
 Hikmah adalah mengetahui hukum-hukum dan
mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya,
2. Apa makna dan implikasi aqidah dalam hidup?
 Jika tauhid yang murni terealisasi dalam hidup
seseorang, baik secara pribadi maupun jama'ah,
niscaya akan menghasilkan buah yang amat manis. Di
antara buah yang didapat adalah:
1. MEMERDEKAKAN MANUSIA DARI PERBUDAKAN SERTA TUNDUK
KEPADA SELAIN ALLAH, BAIK BENDA-BENDA ATAU MAKHLUK LAINNYA

 aqidah Tauhid memerdekakan manusia dari segala


perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Tuhan
yang menciptakan dan membuat dirinya dalam
bentuk yang sempurna. Memerdekakan hati dari
tunduk, menyerah dan menghinakan diri.
Memerdekakan hidup dari kekuasaan para Fir'aun,
pendeta dan dukun yang menuhankan diri atas
hamba-hamba Allah
2. MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG KOKOH

 aqidah Tauhid membantu dalam pembentukan


kepribadian yang kokoh. Ia menjadikan hidup dan
pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa.
Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai Tuhan
kecuali hanya kepada Allah. Kepada-Nya ia
menghadap, baik dalam kesendirian atau ditengah
keramaian orang. Ia berdo'a kepadaNya dalam
keadaan sempit atau lapang.
 "Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih
baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah
Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?" (Yusuf: 39)
3. AQIDAH TAUHID SUMBER KEAMANAN
MANUSIA

 Sebab aqidah tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan


keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali
kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah
kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga.
Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya
menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah
hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia
merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa
tenang ketika mereka kalut. Hal itu diisyaratkan oleh Al-
Qur'an dalam firmanNya:
 "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezhaliman (syirik) mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)
4. AQIDAH TAUHID SUMBER KEKUATAN JIWA

 aqidah Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada


pemiliknya, karena jiwanya penuh harap kepada
Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas
qadar (ketentuan)Nya, sabar atas musibahNya, serta
sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk.
Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya.
Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila datang musibah
ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan
darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati.
Syi'ar dan semboyannya adalah sabda Rasulullah:
 "Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah.
Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah
pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi)
3. Mengapa kita harus bersyukur? Bagaimana kita
harus bersyukur?
‫َولَقَ ْد آت َ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِ هّلِلِ َو َم ْن يَ ْش ُك ْر فَإِنه َما يَ ْش ُك ُر‬
)١٢( ‫غنِي ََ ِميد‬ ‫ِلنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فَإِ هن ه‬
َ َ‫َّللا‬
 12. [1]Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah
kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada
Allah[2]! Dan barang siapa bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
dirinya sendiri[3]; dan barang siapa tidak
bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya lagi Maha Terpuji[4].”
 Karena kita telah diperintahkan oleh Allah
untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah
kita miliki
 Setiap perintah yang Allah Subhanahu wa ta’ala
perintahkan pasti mengandung faedah,begitu
juga dengan bersyukur terhadap segala nikmat
yang ada.Di dalam kitabFiqhu-l-ad’iyah wa-l-
adzkar karangan Abdul rozaq bin Abdul Muhsin
di sebutkan beberapa faedahnya adalah sebagai
berikut :
 – Allah Subhanahu wa ta’ala menyandingkan
syukur dan iman,barang siapa bersyukur dan
beriman maka tidak ada alasan untuk
mendapatkan siksa-Nya.
 Menurut Imam Al-Ghazali, terdapat 4 cara bersyukur
pada Allah kepada Allah.
 1. Syukur dengan Hati
 Cara bersyukur dengan hati dilakukan dengan
menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita
peroleh baik itu besar, kecil, banyak maupun sedikit
semata-mata karena anugerah Allah.
 Syukur dengan hati dapat mengantarkan kita untuk
menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa
menggerutu meskipun kecilnya nikmat tersebut.
Syukur ini akan melahirkan kesadaran betapa
besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah
sehingga terucap kalimat pujian kepada-Nya.
 2. Syukur dengan Lisan
 Ketika kita sangat yakin bahwa segala nikmat
yang diperoleh bersumber dari Allah, dengan
mudah kita akan mengucapkan “Alhamdulillah”
(segala puji bagi Allah). Oleh karena itu, apabila
kita memperoleh nikmat dari seseorang, lisan
akan tetap memuji Allah sebab adanya
keyakinan bahwa orang lain adalah perantara
sampainya nikmat tersebut pada kita.
 3. Syukur dengan Perbuatan
 Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala
nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di
jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah,
membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik
lainnya.
 Rasulullah menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat
nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya jika dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,
 “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud)
nikmat-Nya pada hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi)
 Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai
hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat
yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya
hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah
dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya
dengan mengajarkannya kepada sesama, memberi nasihat,
dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun
sebagai wujud syukur kepada-Nya.
 4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan
 Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah
untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu
dari kerusakan. Misalnya, ketika kita
dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita
adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan
bugar agar terhindar dari sakit.
4. Apa esensi dalam sholat?
5. Apa yang dimaksud buah dari aqidah dan
ibadah adalah akhlaq?

Anda mungkin juga menyukai