HIKMAH? ُ س ْلنَا فِي ُك ْم َر َ سوالً ِم ْن ُك ْم يَتْلُو علَ ْي ُك ْم آيَاتِنَا َويُزَ ِكي ُك ْم َويُعَ ِل ُم ُك ْم َ َك َما أ َ ْر /اب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُعَ ِل ُم ُك ْم َما لَ ْم ت َ ُكونُوا ت َ ْعلَ ُمونَ (البقرة َ َ ْال ِكت Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu danmengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah,2:151) “serta mengajarkan kepada kamu Al Kitab dan Al Hikmah” Dalam kalimat ini tercakup segala hal yang telah disebutkan dimuka, yaitu pembacaan ayat-ayat Al Quran dan penjelasan terhadap meteri pokok di dalamnya, yaitu Al Hikmah. Hikmah adalah:pendidikan dari kitab ini, yakni penguasaan yang besar dan datang bersama al hikmah pada suatu masalah dengan suatu timbangan yang benar serta mengetahui tujuan-tujuan perkara dan arahan-arahannya. Begitu juga akan terealisir hikmah ini secara masak mendapatkan bimbingan dan penyucian dari Rasulullah dengan ayat-ayat Allah tersebut. Imam Mujahid mengartikan al-Hikmah, “Benar dalam perkataan dan perbuatan”. Ibnu Zaid memaknai, “Cendekia dalam memahami agama.” Malik bin Anas mengartikan, “Pengetahuan dan pemahaman yang dalam terhadap agama Allah, lalu mengikuti ajarannya.” Ibnul Qasim mengatakan, “Memahami ajaran agama Allah lalu mengikutinya dan mengamalkannya.” Imam Ibrahim an-Nakho’i mengartikan, “Memahami apa yang dikandung al-Qur’an.” Imam as-Suddiy mengartikan al-Hikmah dengan an- Nubuwwah (kenabian). Hikmah adalah mengetahui hukum-hukum dan mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya, 2. Apa makna dan implikasi aqidah dalam hidup? Jika tauhid yang murni terealisasi dalam hidup seseorang, baik secara pribadi maupun jama'ah, niscaya akan menghasilkan buah yang amat manis. Di antara buah yang didapat adalah: 1. MEMERDEKAKAN MANUSIA DARI PERBUDAKAN SERTA TUNDUK KEPADA SELAIN ALLAH, BAIK BENDA-BENDA ATAU MAKHLUK LAINNYA
aqidah Tauhid memerdekakan manusia dari segala
perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Tuhan yang menciptakan dan membuat dirinya dalam bentuk yang sempurna. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri. Memerdekakan hidup dari kekuasaan para Fir'aun, pendeta dan dukun yang menuhankan diri atas hamba-hamba Allah 2. MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG KOKOH
aqidah Tauhid membantu dalam pembentukan
kepribadian yang kokoh. Ia menjadikan hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa. Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya kepada Allah. Kepada-Nya ia menghadap, baik dalam kesendirian atau ditengah keramaian orang. Ia berdo'a kepadaNya dalam keadaan sempit atau lapang. "Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?" (Yusuf: 39) 3. AQIDAH TAUHID SUMBER KEAMANAN MANUSIA
Sebab aqidah tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan
keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa tenang ketika mereka kalut. Hal itu diisyaratkan oleh Al- Qur'an dalam firmanNya: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82) 4. AQIDAH TAUHID SUMBER KEKUATAN JIWA
aqidah Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada
pemiliknya, karena jiwanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan)Nya, sabar atas musibahNya, serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi'ar dan semboyannya adalah sabda Rasulullah: "Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi) 3. Mengapa kita harus bersyukur? Bagaimana kita harus bersyukur? َولَقَ ْد آت َ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِ هّلِلِ َو َم ْن يَ ْش ُك ْر فَإِنه َما يَ ْش ُك ُر )١٢( غنِي ََ ِميد ِلنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فَإِ هن ه َ ََّللا 12. [1]Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah[2]! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri[3]; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji[4].” Karena kita telah diperintahkan oleh Allah untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kita miliki Setiap perintah yang Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan pasti mengandung faedah,begitu juga dengan bersyukur terhadap segala nikmat yang ada.Di dalam kitabFiqhu-l-ad’iyah wa-l- adzkar karangan Abdul rozaq bin Abdul Muhsin di sebutkan beberapa faedahnya adalah sebagai berikut : – Allah Subhanahu wa ta’ala menyandingkan syukur dan iman,barang siapa bersyukur dan beriman maka tidak ada alasan untuk mendapatkan siksa-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali, terdapat 4 cara bersyukur pada Allah kepada Allah. 1. Syukur dengan Hati Cara bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh baik itu besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah Allah. Syukur dengan hati dapat mengantarkan kita untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu meskipun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan kesadaran betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat pujian kepada-Nya. 2. Syukur dengan Lisan Ketika kita sangat yakin bahwa segala nikmat yang diperoleh bersumber dari Allah, dengan mudah kita akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Oleh karena itu, apabila kita memperoleh nikmat dari seseorang, lisan akan tetap memuji Allah sebab adanya keyakinan bahwa orang lain adalah perantara sampainya nikmat tersebut pada kita. 3. Syukur dengan Perbuatan Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Rasulullah menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya jika dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi) Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama, memberi nasihat, dsb. Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud syukur kepada-Nya. 4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. 4. Apa esensi dalam sholat? 5. Apa yang dimaksud buah dari aqidah dan ibadah adalah akhlaq?