Anda di halaman 1dari 92

Skenario 1 blok IPE

Kelompok Neurologi 4
Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Pasien beserta
Keluarga Saat Kondisi Menurun/Kritis
Seorang pasien laki-laki usia 55 tahun dibawa keluarga ke RS dengan keluhan
perut sakit dan bertambah besar serta sesak. Pasien ini sebelumnya pernah
MRS di RS pada bulan Juli 2017. Kondisi waktu itu sudah tidak panas dan
mengalami pembengkakan hati, karena kondisi mulai membaik, pasien
dibawa pulang oleh keluarga. Padahal saat dikonsulkan ke dr Faisal, SpPD
oleh perawat masih belum diperbolehkan pulang, karena keluarga memaksa
maka diminta membuat surat pulang paksa.Saat ini merupakan kali kedua
pasien dibawa ke RS, saat masuk RS oleh petugas diarahkan masuk ke IGD
diterima oleh perawat dengan Rekam Medis (RM) C4192 dan ditangani oleh
dokter jaga IGD. Dokter jaga IGD melakukan asesmen awal dengan
melakukan anamnesis pada pasien dan keluarga serta dilakukan pemeriksaan
fisik, setelah didiagnosis dokter jaga melapor pada dokter spesialis yang jaga
yaitu dr Darmadi SpPD melalui telpon, sedangkan perawat melakukan
asesmen asuhan keperawatan dengan pasien dan keluarga pasien.
Saat konsultasi dengan Dr Sp, dokter jaga IGD mendapatkan advis untuk
dilakukan tindakan yaitu pasien diberi O2 nasal, infus NS. advis Dr Sp dicatat
dilembar RM, Resep obat disampaikan ke keluarga pasien dan advis Dr Sp
disampaikan ke perawat. Perawat menindaklanjuti advis Dr Sp dan keluarga
pasien menukarkan resep obat di bagian farmasi, apoteker menyampaikan
ke keluarga pasien agar obat tersebut untuk diberikan ke perawat IGD.
Setelah dilakukan tindakan pasien masuk di ruang bangsal rawat inap.
Keesokan harinya dr Darmadi SpPD hadir ke RS, dokter jaga IGD
menyampaikan hasil asesmen ke dr Darmadi SpPD kemudian pasien di
visite dan didampingi dokter jaga dan perawat, setelah dilakukan
pemeriksaan keluarga pasien mendapatkan penjelasan dari dr Darmadi
kalau pasien menderita Tumor Hati, selain itu pasien juga tidak bisa
makan maka advis dr Darmadi untuk dipasang NGT.
Malam harinya keluarga pasien melaporkan ke perawat untuk
menghubungi dr Darmadi SpPD meminta untuk konsultasi masalah
pemberian serum vitamin, riwayat sebelumnya menurut keluarga
pasien saat dirawat dr Faisal diberi serum vitamin. Keluarga pasien juga
menjelaskan kalau sudah telpon dan SMS dr Darmadi tetapi tidak
diangkat/dijawab. Keluarga pasien juga berkonsultasi dengan dokter
umum yang jaga di IGD dan dokter tersebut menjelaskan kalau tidak
berani mendahului dokter spesialis. Keesokan harinya pasien dalam
kondisi kritis dan dibawa ke ICU, belum sampai lima menit pasien
meninggal dunia. Pihak manajemen RS saat dikeluhkan oleh keluarga
pasien menjelaskan kalau pasien tidak dikasih aminoleban bukan
serum vitamin karena pasien sesak, kalau diberi suplemen makin
tambah sesaknya.
Klarifikasi istilah
• Aminoleban : nutrisi yang mengandung
branched-chain amino acid yang diberikan
kepada pasien yang mengalami gangguan
hepar kronis (shunichi, 2005).
• C4192 : kode rekam medis
Rumusan masalah
1. Bagaimana kolaborasi antar tenaga kesehatan saat melakukan asesmen di ruang
IGD?
2. Apakah tindakan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga medis di skenario
sudah tepat?
3. Apakah memberikan surat ijin pulang paksa dengan keadaan pasien yang belum
baik diperbolehkan?
4. Bagaimana kita menjelaskan kepada pasien tentang memberikan aminoleban
dan tidak diberikan serum vitamin?
5. Siapakah yang berhak memberikan O2 nasal dan infus?
6. Apakah sudah dilakukan pengecekan riwayat pengobatan pasien sebelumnya?
7. Apa tujuan apoteker menyuruh pasien membawa obat ke perawat?
8. Bisakah seorang dokter menegakkan diagnosis hanya dengan asesmen awal, apa
saja yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
9. Apa penyebab kematian pasien?
10. Apakah efek pemberian suplemen/vitamin terhadap pasien yang menderita
penyakit hati?
Bagaimana kolaborasi antar tenaga kesehatan
saat melakukan asesmen di ruang IGD?

• Perawat  Melakukan kajian awal ,pengumpulan


data (tanggal masuk RS, identitas pasien dan
walinya, RPD, RPS, riwayat psikologi, spiritual)
melakukan pemeriksaan vital sign, head to toe,
diagnosis keperawatan
• Dokter  Airway, Breathing, Circulation,
Disability, melihat pasien sudah stabil atau tidak,
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (jika diperlukan), diagnosis
• Apoteker  Menyediakan obat yang biasa ada di
IGD
Apakah tindakan yang dilakukan oleh masing-
masing tenaga medis di skenario sudah tepat?

• Perawat  Tindakan invasif bukan kompetensi


perawat, yang lainnya sudah tepat.
• Apoteker  Sudah tepat, obat diberikan ke
perawat karena pemberian obat harus dalam
pengawasan dokter.
• Dokter  Sudah tepat, pemberian O2 dan
infus, kompetensi dokter dalam menangani
tumor hati adalah 2 hanya sampai diagnosis
dan merujuk .
Apakah memberikan surat ijin pulang paksa dengan
keadaan pasien yang belum baik diperbolehkan?
Jika keadaan pasien tidak baik dan
mengkhawatirkan lebih baik MRS, jika
keluarga pasien meminta pulang paksa,
keluarga disuruh tanda tangan di surat ijin
pulang paksa setelah dijelaskan semua hal
yang kemungkinan bisa terjadi pada pasien
setelah keluar dari RS.
Bagaimana kita menjelaskan kepada pasien tentang
memberikan aminoleban dan tidak diberikan serum
vitamin?

• Aminoleban nutrisi untuk pasien penyakit


hati kronis.
• Tidak diberikan serum vitamin karena
metabolisme vitamin tempatnya di hepar,
hepar pasien ada gangguan jika diberi vitamin
maka akan memperberat kerja hepar.
Siapakah yang berhak memberikan O2
nasal dan infus?
Dokter
Perawat boleh melakukan, jika dalam
pengawasan dokter atau ada pendelegasian dari
dokter.
Apakah sudah dilakukan pengecekan riwayat
pengobatan pasien sebelumnya?

Belum dilakukan.
Apa tujuan apoteker menyuruh pasien
membawa obat ke perawat?
Obat diberikan ke perawat karena pemberian
obat harus dalam pengawasan dokter, karena
memasukkan obat ke dalam tubuh pasien
dengan tindakan invasif
Bisakah seorang dokter menegakkan diagnosis hanya
dengan asesmen awal, apa saja yang harus dilakukan
untuk menegakkan diagnosis?

1. Anamnesis  70% dalam penegakan


diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang (jika dibutuhkan)
Apa penyebab kematian pasien?

Belum diketahui secara pasti, kemungkinan :


• Ensefalopati hepatikum
• Metastasis dari tumor hati
Apakah efek pemberian suplemen/vitamin
terhadap pasien yang menderita penyakit hati?

Kerusakan hepar yang makin berat


Pasien LK, 55 Dokter jaga melakukan Konsul ke Mendapatkan advis Advis dr
thn asesmen awal anamnesis dokter untuk dilakukan spesialis diberi
dan pemeriksaan fisik SP.PD pemasangan O2 dan ke perawat
infus NS
Melakukan Dokter umum melakukan
komunikasi efektif, tindakan sesuai kompetensinya Resep diberi di Apoteker meminta
karena menentukan (SKDI) keluarga, untuk keluarga pasien agar
keberhasilan dalam ditukarkan di obat diberikan ke
membantu farmasi perawat IGD
Kolaborasi tenaga
penyelesaian
kesehatan
masalah pasien pasien masuk di ruang
1. Tujuan yang sama
bangsal rawat inap
2. Kepemimpinan
Efektif Asesmen dr spesialis 
3. Komunikasi diagnosis tumor hati,
Efektif dan dipasang NGT
4. Saling
Keluarga pasien meminta pemberian
Menghormati
serum vitamin ke dokter namun tidak
direspon oleh dokter

4 keinginan pasien yang harus dipenuhi untuk Keesokan hari, pasien


membangun hubungan baik antara dokter- meninggal
pasien
1. Memperoleh perhatian penuh Pihak manajemen RS menjelaskan
2. Dokter fokus pada setiap tindakan bahwa pasien dikasih aminoleban
3. Rileks dan bebas dari kekhawatiran di bukan serum vitamin karena pasien
ruang praktek sesak, kalau diberi suplemen makin
4. dokter dapat diandalkan tambah sesaknya.
LO
1. Kolaborasi tenaga medis
2. Peran masing-masing tenaga medis
3. Komunikasi dan kompetensi
KOLABORASI TENAGA
KESEHATAN
Health worker is a wholly inclusive term which refers to all
people engaged in actions whose primary intent is to enhance
health. included in this definition are those who promote and
preserve health, those who diagnose and treat disease, health
management and support workers, professionals with
discrete/unique areas of competence, whether regulated or
non-regulated, conventional or complementary (Hopkins,
2010).
Collaboration may occur at virtually any level of an
organizational structure. People can collaborate within an
organization, between organizations, between one another,
between countries, and between professions.
Interprofessional collaboration occurs when 2 or more
professions work together to achieve common goals and is
often used as a means for solving a variety of problems and
complex issues (Green & Johnson, 2015).
(Hopkins, 2010).
Interprofessional education occurs when two or more professions
learn about, from and with each other to enable effective
collaboration and improve health outcomes (Hopkins, 2010).
Collaborative practice in health-care occurs when multiple health
workers from different professional backgrounds provide
comprehensive services by working with patients, their families,
carers and communities to deliver the highest quality of care across
settings. Practice includes both clinical and non-clinical health-
related work, such as diagnosis, treatment, surveillance, health
communications, management and sanitation engineering
(Hopkins, 2010).
Health and education systems consist of all the organizations,
people and actions whose primary intent is to promote, restore or
maintain health and facilitate learning, respectively. They include
efforts to influence the determinants of health, direct health-
improving activities, and learning opportunities at any stage of a
health worker’s career (Hopkins, 2010).
Health is a state of complete physical, mental and social well-being
and not merely the absence of disease or infirmity (World Health
Organization, 1948 dalam Hopkins, 2010).
Education is any formal or informal process that promotes learning
which is any improvement in behaviour, information, knowledge,
understanding, attitude, values or skills (United Nations Educational,
IPCP involves more than different health care providers applying
their unique skills and knowledge to the management of a patient.
Collaboration occurs when individuals have mutual respect for one
another and one another’s professions and are willing participants in
a cooperative atmosphere (Green & Johnson, 2015).
(Green & Johnson,
(Canadian Interprofessional Health Collaborative,
2010)
KOLABORASI TIM KESEHATAN
Kolaborasi Tim Kesehatan
Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang
memiliki tanggung jawab bersama dengan penyedia
layanan kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan)
asuhan pasien (ANA, 1992 dalam Kozier, Fundamental
Keperawatan).
Kolaborasi tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi
kesehatan seperti dokter, perawat, psikiater, ahli gizi,
farmasi, pendidik di bidang kesehatan, dan pekerja sosial.
Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah
memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan
yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang
tepat.
Peran Tiap Profesi: Dokter

Dituntut
bekerja sama
secara efektif
Perkembangan
dengan
profesi
profesi terkait
kedokteran
lainnya untuk
seiring dengan
memberikan
‘Healer’ pada kemajuan
pelayanan
masyarakat pendidikan
kesehatan
kuno kedokteran
yang
berkualitas
Peran Tiap Profesi: Dokter
• WHO 5-star Doctor:

Dokter sebagai care provider

Dokter sebagai decision maker

Dokter sebagai communicator

Dokter sebagai community leader

Dokter sebagai manager


Peran Tiap Profesi: Perawat
• Keperawatan
– Memberikan pelayanan pada individu, keluarga,
dan masyarakat pada kondisi yang mencakup
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan
perawatan orang sakit (termasuk perawatan
kecacatan dan persiapan menghadapi kematian)
– Memberikan advokasi pada pasien
– Berpartisipasi mengembangkan kebijakan
kesehatan dan riset
(International Council of Nurses, 2010)
Peran Tiap Profesi: Perawat
Pemberi Asuhan Keperawatan Langsung
• Meliputi proses pengkajian, penetapan tujuan dan kriteria hasil perawatan,
penetapan diagnosis keperawatan, implementasi dan intervensi, serta
evaluasi hasil perawatan

Kolaborator
• Berperan secara efektif dalam tim

Pendidik
• Berperan memberikan edukasi dan advokasi pada pasien

Change agent
• Menjadi pemimpin dalam upaya peningkatan mutu keperawatan

Peneliti
• Mengembangkan ilmu melalui kegiatan riset
Peran Tiap Profesi: Apoteker
WHO 7-stars pharmacist:
• Leader
• Decision maker
Patient- • Communicator
Products- oriented
oriented • Life long learner
• Teacher
• Care giver
PHARMACEUTICAL CARE
• Manager
• Researcher
Peran Tiap Profesi: Apoteker
Peran dalam komunitas: Peran dalam RS:
 Bidang pelayanan  Bidang manajerial
kefarmasian farmasi RS
 Bidang pengelolaan  Bidang pengelolaan
perbekalan farmasi
 Bidang pengawasan
kualitas obat
 Bidang KIE obat
Hambatan Kolaborasi Interprofesional

Differences in
• Personal values and expectations
• Personality Historical
• Culture and ethnicity interprofessional Fears of
• Language and jargons and intra diluted
• Schedule and professional routines professional professional
• Regulations and norms of
rivalries identity
professional education
• Accountability and rewards
Strategi Kolaborasi Interprofesional
• Open communication
• Clear roles and responsibilities
• Clear directions
• Respectful atmosphere
• Shared responsibility of team success
• Acknowledgement and processing of conflict
• Mechanism to evaluate outcomes, and adjust
accordingly
KOLABORASI TENAGA
KESEHATAN
Lucita Puspa Diastuti / 201410330311020
KOLABORASI
“Proses interaksi antar profesi yang bekerja dalam
suatu kelompok tertentu”

KOLABORASI TIM KESEHATAN

Dokter dan tenaga kesehatan yang lain


menggunakan ketrampilan , kemampuan sesuai
dengan kompetensinya dan bekerja sama dengan
tujuan memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
374/MENKES/SK/V/2009 Tentang Sistem Kesehatan Nasional
Komponen dalam Kolaborasi
1. Tujuan yang sama
2. Kepemimpinan Efektif
3. Komunikasi Efektif
4. Saling Menghormati
PRINSIP-PRINSIP KOLABORASI
Patient centred care:
Tim kesehatan harus membantu dan mensupport pasien, sebagai
partisipan aktif di dalam membuat keputusan perawatan kesehatan

Recognition of the patient-physician relationship: Saling menghormati dan


percaya serta berperilaku sesuai dengan kode etik

Physician as the clinical leader:


Pemimpin yang cakap dalam pengambilan keputusan terutama dalam
kasus emergensi

Mutual respect and trust: Saling percaya dan menghormati untuk


mencapai lingkungan kerja yang kondusif

Clear communication:
Komunikasi efektif antar tenaga kesehatan
Clarification of roles and scoper of practice:
Memahami lingkup kerja dan tanggung jawabnya masing-masing
sebagai tenaga kesehatan

Clarification accountanbility and responbility :


Bertanggung jawab dengan perawatan terhadap pasien yang
ditangani

Ability protection for all members of the team: Setiap anggota


kolaborasi kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan yang
formal untuk mengakomodasi tugasnya.

Sufficient human resources and infrastructure: Mengefektifkan kerja


dari tim kolaborasi kesehatan

Sufficient payment and payment arrangement: Tim kolaborasi


kesehatan tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterima
PERAN APOTEKER
Standar Pelayanan Kefarmasian di RS

 Pengelolaan sediaan farmasi, alat


kesehatan, dan bahan medis habis pakai
(farmasi managemen)
 Pelayanan farmasi klinik
Farmasi Managemen
1. Pemilihan
2. Perencanaan kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Peyimpanan
6. Pendistribusian
7. Pemusnahan dan penarikan
8. Pengendalian
9. Administrasi
Farmasi Klinis
• Pengkajian dan pelayanan resep
• Penelurusan riwayat penggunaan obat
• Rekonsiliasi obat
• Pelayanan Informasi Obat (PIO)
• Konseling
• Visite
• Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
• Dispensing sediaan steril
• Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
Peran Apoteker di IGD
Dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
rumah sakit wajib memiliki sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang dapat digunakan dalam penanganan
kasus emergensi.
Menurut Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, pengelolaan obat emergensi harus
menjamin beberapa hal sebagai berikut :

1. Jumlah dan jenis obat emergensi sesuai dengan standar/daftar obat

emergensi yang sudah ditetapkan rumah sakit

2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain

3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti

4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa

5. Dilarang dipinjam untuk kebutuhan lain


Sediaan Emergensi

Obat life saving Obat life threatening Alat kesehatan


Obat-obatan yang Habis Pakai

Kepmenkes No 856, 2009


Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Penentuan Jenis Serta Jumlah


Penggunaan
Sediaan Emergensi

Penyimpanan Penggantian Sediaan Emergensi


Penyimpanan Obat” emergency
PERAN PERAWAT
Peran dan Fungsi keperawatan?

• Pemberi asuhan keperawatan (Care provider)


• Pemimpin kelompok (Community Leader)
• Pendidik (Educator)
• Pengelola (Manager)
• Peneliti (Researcher)
• Pelindung dan advokat klien
• Kolaborator
Pemberi asuhan keperawatan (Care provider)

• Menerapkan keterampilan berfikir kritis dan


pendekatan sistem untuk penyelesaian
masalah serta pembuatan keputusan
keperawatan dalam konteks pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif dan
holistik berlandaskan etik profesi dan aspek
legal
Pemimpin kelompok (Community Leader)

• Menjalankan kepemimpinan di berbagai


komunitas, baik komunitas profesi maupun
komunitas sosial.
Pendidik (Educator)

• Mendidik Klien dan keluarga yang menjadi


tanggung jawabnya
• menjelaskan kepada klien konsep dan data-
data tentang kesehatan, mendemonstrasikan
prosedur seperti aktivitas perawatan diri.
• misalnya ketika perawat mengajarkan cara
menyuntikkan insulin secara mandiri kepada
klien dengan diabetes
Pengelola (Manager)

• Mengaplikasikan kepemimpinan dan


manajemen keperawatan dalam asuhan klien.
Peneliti (Researcher)

• Melakukan penelitian keperawatan dengan


cara menumbuhkan keingintahuan dalam
mencari jawaban terhadap fenomena
keperawatan dan kesehatan yang terjadi dan
menerapkan hasil kajian dalam upaya dalam
mewujudkan praktik berbasis bukt (Evidence
Based Nursing Practice).
Pelindung dan advokat klien

• Membantu mempertahankan lingkungan yang aman


bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostic dan pengobatan, melindungi klien
secara manusia dan hokum.
• contoh, perawat memberikan informasi tambahan bagi
klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Perawat juga
melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum
dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-
hak klien
Kolaborator

• Perawat bekerja sama dengan tenaga medis


lainya dalam berbagai bentuk.
• dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
Reference :
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2013).
Standar Kompetensi Perawat Indonesia,
Jakarta:Keputusan PP PPNI.
Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : konsep, proses,
dan praktik Ed 4. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Kompetensi Dokter
Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7
(tujuh) area kompetensi dokter layanan primer
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
Tingkat kemampuan yang harus
dicapai
• Tingkat 1: mengenali dan menjelaskan
• Tingkat 2: mendiagnosis dan merujuk
• Tingkat 3: mendiagnosis, melakukan tatalaksana awal dan merujuk
3A : bukan gawat darurat
3B : gawat darurat
• Tingkat kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penaralaksanaan
secara mandiri dan tuntas
4A : Kompetensi yang dicapai pada saat lulus
dokter
4B : Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai
internsip dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
(PKB)
Komunikasi Tenaga Kesehatan
(Dokter)
Nadya Bintan Safaana
201410330311047
Komunikasi Dokter-Pasien
Penting dan harus dikuasai  menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan, mengurangi keraguan, serta
menambah kepatuhan dari pasien.
Menurut Rusmana (2009), 4 keinginan pasien yang
harus dipenuhi untuk membangun hubungan yang
baik antara dokter dan pasien adalah:
Merasa ada jalinan
Mengetahui bahwa dokter
dengan dokter dan
dapat fokus pada setiap
mengetahui bahwa pasien
tindakan pengobatan dan
memperoleh perhatian
interaksinya
penuh

Merasa rileks dan bebas Mengetahui bahwa


dari kekhawatiran pada dokternya dapat
suasana ruang praktek diandalkan
Hukum komunikasi efektif yang banyak dibahas diberbagai
literatur disingkat dalam satu kata, yaitu REACH, yang dalam
bahasa Indonesia berarti meraih ( Hanas, 2009; Prijosaksono,
2002; Rusoni, 2007; Toha, 2008).

Respect

Clarity Humble

Audible Empathy
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua
pendekatan komunikasi yang
digunakan:

Disease centered communication style


atau doctor centered communication
style.

Illness centered communication style


atau patient centered communication
style.
Berdasarkan hasil Konsil Kedokteran Indonesia (2006),
yang perlu diperhatikan dalam
meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan
pasien adalah :

Sikap profesional dokter

Pengumpulan informasi

Penyampaian informasi yang akurat

Proses langkah-langkah komunikasi


Komunikasi Efektif Interprofesi

Menumbuhkan
kepercayaan antar
profesi

Meningkatkan
kualitas pelayanan,
keselamatan dan
kepuasan pasien
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan
pada Komunikasi Efektif Interprofesi

Kesadaran dan
Sensitifitas
pengertian
kepada
terhadap
penerima
makna
komunikasi
simbolis

Penentuan
waktu yang Komunikasi
tepat dan tatap muka
umpan balik
KOMUNIKASI & KOMPETENSI
APOTEKER
Apoteker di Pelayanan Kesehatan

Apoteker dalam praktiknya harus berkomunikasi secara efektif dengan


pasien/keluarga, dokter dan profesi kesehatan lain, serta terlibat aktif
dalam keputusan terapi obat untuk mencapai hasil terapi (clinical
outcome) yang optimal.
Apoteker melakukan dokumentasi semua tindakan yang dilakukan dalam
praktiknya sebagai pertanggungjawaban profesi, sebagai bahan
pendidikan dan penelitian, serta perbaikan mutu praktik profess
(Kemenkes, 2011)
Kolaborasi Apoteker dengan Tenagan
Medis
Kolaborasi apoteker dan dokter bisa dibangun
melalui jalur pendidikan, penelitian maupun
pelayanan bersama

Kepanitiaan di rumah sakit, dimana apoteker


rumah sakit dan juga beberapa apoteker dari
fakultas farmasi dipilih sebagai anggota Sub
Komite Farmasi dan Terapi, Komite Etik,
Pengendalian Infeksi, dsb

Bidang pelayanan kepada pasien, apoteker


rumah sakit telah bekerja sama dengan para
klinisi dengan adanya Unit Dose Dispensing
KOMPETENSI APOTEKER
1. Praktik kefarmasian
secara proffesional dan etik

10. Peningkatan 2. Optimalisasi penggunaan


kompetensi diri sediaan farmasi

9. Ketrampilan organisasi 3. Dispensing sediaan


dan hubungan interpersonal farmasi dan alat kesehatan

4. Pemberian informasi
8. Komunikasi efektif sediaan farmasi dan alat
kesehatan

7. Pengelolaan sediaan 5. Formulasi dan produksi


farmasi dan alat kesehatan sediaan farmasi

6. Upaya preventif dan


promotif kesehatan
masyarakat
UDD
(UNIT DOSE DISPENSING)
Dirjen Binakefarmasian dan Alat kesehatan, 2010
Unit Dose Dispensing

UDD (Unit Dose Dispensing) adalah perbekalan farmasi yang


diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau
beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing
dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan
yang cukup untuk suatu waktu tertentu, diantarkan ke atau
tersedia pada ruang perawatan pasien setiap saat.
Sistem UDD dapat dioperasikan dengan salah satu dari 3
metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada
kebijakan dan kondisi rumah sakit.

Desentralisasi Kombinasi
Sentralisasi
sentralisasi dan
desentralisasi
Sistem UDD

Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit


adalah tanggung jawab IRS.

Hal itu tidak dapat dilakukan di rumah sakit tanpa kerja


sama dengan staf medik, perawatan pimpinan rumah sakit
dan staf administratif.

Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya datang


dari apoteker IFRS.
Keuntungan Sistem UDD
1. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya saja.
2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS.
3. Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
4. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
5. Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non profesional yang
lebih efisien.
6. Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
7. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan
sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien menerima dosis unit
8. Sistem komunikasi pengorderan dan distribusi perbekalan farmasi bertambah
baik.
9. Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk melakukan
konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan masukan kepada tim,
sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan psaien yang lebih baik.
10. Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan perbekalan
farmasi menyeluruh.
11. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi.
Kelemahan Sistem UDD

1. Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi


2. Meningkatnya biaya operasional
KOMUNIKASI TENAGA
KESEHATAN (PERAWAT)
Ririn Anggraini Sudarto
201410420311071
Komunikasi Perawat-Pasien

Komunikasi adalah elemen terpenting bagi keperawatan di semua


bidang kegiatan dan semua intervensi seperti pencegahan, terapi,
rehabilitas dan pendidikan kesehatan. Dalam keperawatan
terdapat komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
merupakan interaksi yang terjadi antara perawat dan pasien yang
bertujuan untuk memulihkan kesehatan pasien.

(Maulana. 2009. Promosi Kesehatan, Jakarta: EGC)


Menurut Prabandari, 2006 terdapat 6 komponen dasar
Komunikasi Terapeutik :
1. Kerahasiaan
2. Keterbukaan diri (self-disclosure)
3. Privasi
4. Sentuhan
5. Mendengarkan aktiv
6. Melakukan pengamatan
Komunikasi Perawat-Dokter-Farmasi

Media komunikasi antar perawat dan tenaga media yaitu dengan


dokumentasi. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan
tertulis sebgai sarana komunikasi dari satu profesi ke profesi lain
terkait status klien. Dokumentasi keperawatan berisi hasil
aktivitas keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien
mulai dari pengkajian hingga evaluasi.

(Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC)


STANDAR KOMPETENSI TENAGA
KESEHATAN (PERAWAT)
Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati,
sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang ditetapkan.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2013


Area Kompetensi Perawat Indonesia
Kerangka Kompetensi Perawat dikelompokkan dalam tiga (3)
Area Kompetensi sebagai berikut :
1. Praktik Profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional

Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2013


1. Dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan disebutkan
bahwa Tugas dan wewenang perawat adalah pemberi asuhan
keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien
2. No. 38 tahun 2014 pasal 32 ayat (4) dijelaskan bahwa tindakan
medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antra lain
menyuntik, memasang infus dan memberikan imunisasi dasar
sesuai dengan program pemerintah.
3. Pasal 32 ayat (5) pelimpahan wewenang secara mandat
diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dibawah pengawasan.
Tanggung jawab berada pada pemberi mandat. Tindakan medis
yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah
pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka.

Anda mungkin juga menyukai