Kelompok Neurologi 4
Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Pasien beserta
Keluarga Saat Kondisi Menurun/Kritis
Seorang pasien laki-laki usia 55 tahun dibawa keluarga ke RS dengan keluhan
perut sakit dan bertambah besar serta sesak. Pasien ini sebelumnya pernah
MRS di RS pada bulan Juli 2017. Kondisi waktu itu sudah tidak panas dan
mengalami pembengkakan hati, karena kondisi mulai membaik, pasien
dibawa pulang oleh keluarga. Padahal saat dikonsulkan ke dr Faisal, SpPD
oleh perawat masih belum diperbolehkan pulang, karena keluarga memaksa
maka diminta membuat surat pulang paksa.Saat ini merupakan kali kedua
pasien dibawa ke RS, saat masuk RS oleh petugas diarahkan masuk ke IGD
diterima oleh perawat dengan Rekam Medis (RM) C4192 dan ditangani oleh
dokter jaga IGD. Dokter jaga IGD melakukan asesmen awal dengan
melakukan anamnesis pada pasien dan keluarga serta dilakukan pemeriksaan
fisik, setelah didiagnosis dokter jaga melapor pada dokter spesialis yang jaga
yaitu dr Darmadi SpPD melalui telpon, sedangkan perawat melakukan
asesmen asuhan keperawatan dengan pasien dan keluarga pasien.
Saat konsultasi dengan Dr Sp, dokter jaga IGD mendapatkan advis untuk
dilakukan tindakan yaitu pasien diberi O2 nasal, infus NS. advis Dr Sp dicatat
dilembar RM, Resep obat disampaikan ke keluarga pasien dan advis Dr Sp
disampaikan ke perawat. Perawat menindaklanjuti advis Dr Sp dan keluarga
pasien menukarkan resep obat di bagian farmasi, apoteker menyampaikan
ke keluarga pasien agar obat tersebut untuk diberikan ke perawat IGD.
Setelah dilakukan tindakan pasien masuk di ruang bangsal rawat inap.
Keesokan harinya dr Darmadi SpPD hadir ke RS, dokter jaga IGD
menyampaikan hasil asesmen ke dr Darmadi SpPD kemudian pasien di
visite dan didampingi dokter jaga dan perawat, setelah dilakukan
pemeriksaan keluarga pasien mendapatkan penjelasan dari dr Darmadi
kalau pasien menderita Tumor Hati, selain itu pasien juga tidak bisa
makan maka advis dr Darmadi untuk dipasang NGT.
Malam harinya keluarga pasien melaporkan ke perawat untuk
menghubungi dr Darmadi SpPD meminta untuk konsultasi masalah
pemberian serum vitamin, riwayat sebelumnya menurut keluarga
pasien saat dirawat dr Faisal diberi serum vitamin. Keluarga pasien juga
menjelaskan kalau sudah telpon dan SMS dr Darmadi tetapi tidak
diangkat/dijawab. Keluarga pasien juga berkonsultasi dengan dokter
umum yang jaga di IGD dan dokter tersebut menjelaskan kalau tidak
berani mendahului dokter spesialis. Keesokan harinya pasien dalam
kondisi kritis dan dibawa ke ICU, belum sampai lima menit pasien
meninggal dunia. Pihak manajemen RS saat dikeluhkan oleh keluarga
pasien menjelaskan kalau pasien tidak dikasih aminoleban bukan
serum vitamin karena pasien sesak, kalau diberi suplemen makin
tambah sesaknya.
Klarifikasi istilah
• Aminoleban : nutrisi yang mengandung
branched-chain amino acid yang diberikan
kepada pasien yang mengalami gangguan
hepar kronis (shunichi, 2005).
• C4192 : kode rekam medis
Rumusan masalah
1. Bagaimana kolaborasi antar tenaga kesehatan saat melakukan asesmen di ruang
IGD?
2. Apakah tindakan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga medis di skenario
sudah tepat?
3. Apakah memberikan surat ijin pulang paksa dengan keadaan pasien yang belum
baik diperbolehkan?
4. Bagaimana kita menjelaskan kepada pasien tentang memberikan aminoleban
dan tidak diberikan serum vitamin?
5. Siapakah yang berhak memberikan O2 nasal dan infus?
6. Apakah sudah dilakukan pengecekan riwayat pengobatan pasien sebelumnya?
7. Apa tujuan apoteker menyuruh pasien membawa obat ke perawat?
8. Bisakah seorang dokter menegakkan diagnosis hanya dengan asesmen awal, apa
saja yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
9. Apa penyebab kematian pasien?
10. Apakah efek pemberian suplemen/vitamin terhadap pasien yang menderita
penyakit hati?
Bagaimana kolaborasi antar tenaga kesehatan
saat melakukan asesmen di ruang IGD?
Belum dilakukan.
Apa tujuan apoteker menyuruh pasien
membawa obat ke perawat?
Obat diberikan ke perawat karena pemberian
obat harus dalam pengawasan dokter, karena
memasukkan obat ke dalam tubuh pasien
dengan tindakan invasif
Bisakah seorang dokter menegakkan diagnosis hanya
dengan asesmen awal, apa saja yang harus dilakukan
untuk menegakkan diagnosis?
Dituntut
bekerja sama
secara efektif
Perkembangan
dengan
profesi
profesi terkait
kedokteran
lainnya untuk
seiring dengan
memberikan
‘Healer’ pada kemajuan
pelayanan
masyarakat pendidikan
kesehatan
kuno kedokteran
yang
berkualitas
Peran Tiap Profesi: Dokter
• WHO 5-star Doctor:
Kolaborator
• Berperan secara efektif dalam tim
Pendidik
• Berperan memberikan edukasi dan advokasi pada pasien
Change agent
• Menjadi pemimpin dalam upaya peningkatan mutu keperawatan
Peneliti
• Mengembangkan ilmu melalui kegiatan riset
Peran Tiap Profesi: Apoteker
WHO 7-stars pharmacist:
• Leader
• Decision maker
Patient- • Communicator
Products- oriented
oriented • Life long learner
• Teacher
• Care giver
PHARMACEUTICAL CARE
• Manager
• Researcher
Peran Tiap Profesi: Apoteker
Peran dalam komunitas: Peran dalam RS:
Bidang pelayanan Bidang manajerial
kefarmasian farmasi RS
Bidang pengelolaan Bidang pengelolaan
perbekalan farmasi
Bidang pengawasan
kualitas obat
Bidang KIE obat
Hambatan Kolaborasi Interprofesional
Differences in
• Personal values and expectations
• Personality Historical
• Culture and ethnicity interprofessional Fears of
• Language and jargons and intra diluted
• Schedule and professional routines professional professional
• Regulations and norms of
rivalries identity
professional education
• Accountability and rewards
Strategi Kolaborasi Interprofesional
• Open communication
• Clear roles and responsibilities
• Clear directions
• Respectful atmosphere
• Shared responsibility of team success
• Acknowledgement and processing of conflict
• Mechanism to evaluate outcomes, and adjust
accordingly
KOLABORASI TENAGA
KESEHATAN
Lucita Puspa Diastuti / 201410330311020
KOLABORASI
“Proses interaksi antar profesi yang bekerja dalam
suatu kelompok tertentu”
Clear communication:
Komunikasi efektif antar tenaga kesehatan
Clarification of roles and scoper of practice:
Memahami lingkup kerja dan tanggung jawabnya masing-masing
sebagai tenaga kesehatan
Respect
Clarity Humble
Audible Empathy
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua
pendekatan komunikasi yang
digunakan:
Pengumpulan informasi
Menumbuhkan
kepercayaan antar
profesi
Meningkatkan
kualitas pelayanan,
keselamatan dan
kepuasan pasien
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan
pada Komunikasi Efektif Interprofesi
Kesadaran dan
Sensitifitas
pengertian
kepada
terhadap
penerima
makna
komunikasi
simbolis
Penentuan
waktu yang Komunikasi
tepat dan tatap muka
umpan balik
KOMUNIKASI & KOMPETENSI
APOTEKER
Apoteker di Pelayanan Kesehatan
4. Pemberian informasi
8. Komunikasi efektif sediaan farmasi dan alat
kesehatan
Desentralisasi Kombinasi
Sentralisasi
sentralisasi dan
desentralisasi
Sistem UDD