Anda di halaman 1dari 4

Patogenesis Urtikaria

Sumber :
1. Grattan C, Black AK. Urticaria and Angioedema. In : Bolognia JL,
JorizzoJL, Rapini RP, editors.Dermatology. 2ndedition. USA:Mosby
Elsevier;2008.
2. Aisah S. Urtikaria. In :D juanda A, HamzahM, Aisah S, editors. Buku
IlmuPenyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia; 2005. p. 169-175.2.
3. Hunter J, Savin J,DahlM. Reactive erythema and vasculitis.
ClinicalDermatology. 3rded. Blackwell Publishing; 2002. p. 94-9
4. Soter N. A, Kaplan A.P. Urticaria and Angioedema. In : Freedberg IM,
EisenAZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors.
Fitzpatrick¶sDermatology In Genereal Medicine 6 thed. New York :M
cGraw-Hill Inc;2003. p. 1129-38.
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang
meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan
pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema
setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator misalnya histamine,
kinin, serotonin, slowreacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan
prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil. Baik faktor imunologik,
maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk
melepaskan mediator tersebut. Pada yang non imunologik mungkin sekali
siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada
pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amindan derivat
amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa
antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik misalnya
asetilkolin,dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum
diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan
mediator. Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan
pemijatan dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya
demam, panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung pada
pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas (Grattan, 2008).
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang
kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil
karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE
maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan
ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan
makanan.Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara
klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a,
C5a) yang mampumerangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat
venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada
urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun pada keadaan ini juga
dilepaskan zat anafila toksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi
misalnya setelah pemakaian bahan pengusir serangga, bahan kosmetik, dan
sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan
edema angioneurotik yang herediter. (Aisah, 2005)
Gambaran Klinis
Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi kulit berupa
biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi berbatas tegas
dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal (pruritus) sedang
sampai berat, pedih, dan atau sensasi panas seperti terbakar. (Hunter, 2002)
Lesi dari urtikaria dapat tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk
wajah, bibir, lidah,tenggorokan, dan telinga. Bentuknya dapat papular seperti
pada urtikaria akibat sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular
sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan
jaringan submukosa atau subkutan, maka ia disebut angioedema urtikaria dan
angioedema dapat terjadi pada lokasi manapun secara bersamaan atau
sendirian. Angio edema umumnya mengenai wajah atau bagian dari
ekstremitas, dapat disertai nyeri tetapi jarang pruritus, dan dapat berlangsung
sampai beberapa hari. Keterlibatan bibir, pipi, dan daerah periorbita sering
dijumpai, tetapi angioedema juga dapat mengenai lidah dan faring. Lesi
individual urtikaria timbul mendadak, jarang persisten melebihi 24-48 jam,
dan dapat berulang untuk periode yang tidak tentu (Soter, 2003).

Anda mungkin juga menyukai