Anda di halaman 1dari 22

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-

apa yang diingini, berupa: wanita-wanita, anak-anak, harta yang


banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik (surga) (QS. Ali Imran 14)
Islam telah memerintahkan kepada manusia, baik pria maupun wanita,
untuk menundukkan pandangan. Allah SWT berfirman:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman,
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya…” (TQS an-Nûr [24]: 30-31)
• Rasulullah SAW bersabda :
“Berilah jaminan untukku (untuk tidak
melakukan) enam perkara ini, niscaya aku jamin
bagi kalian surga : jika berbicara janganlah dusta,
jika diberi amanah janganlah khianat, jika berjanji
janganlah diingkari, tundukkanlah pandangan
kalian, tahanlah tangan kalian dan jagalah
kemaluan kalian” (HR Abul Qasim Al Baghawi
dari Abu Umamah)
• Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah kalian menahan pandangan dan
menjaga kelamuan, atau kalau tidak wajah
kalian muram atau kusam” (HR Ath Thabrani
dari Abu Umamah)
• Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya pandangan itu merupakan
salah satu dari panah iblis yang beracun.
Barangsiapa meninggalkannya karena takut
kepada-Ku, niscaya Aku akan menggantinya
dengan manisnya keimanan yang dapat dia
rasakan di dalam hatinya” (HR Ath Thabrani
dari Abdullah bin Mas’ud)
• Jarir bin Abdillah Al Bajali bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang pandangan yang
spontan, Beliau memerintahkanku agar segera
memalingkan pandangan (HR Muslim)
• Rasulullah SAW bersabda :
“Wahai Ali, janganlah ikuti pandangan
pertama dengan pandangan kedua.
Pandangan pertama untukmu (dimaafkan)
dan pandangan kedua bukan untukmu (tidak
dimaafkan)” (HR Abu Dawud)
“Suatu ketika, al-Fadhl ibn ‘Abbâs
membonceng Nabi SAW, lalu datang seorang
wanita dari Khats‘am. Al-Fadhl lantas
memandang wanita itu dan wanita itu pun
memandangnya. Maka Rasulullah memaling-
kan wajah Fadhl ke arah yang lain.” (HR
Bukhari)
Kedua, Islam memerintahkan kepada kaum wanita untuk
mengenakan pakaian secara sempurna, yakni pakaian yang
menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya. Mereka hendaknya mengulurkan pakaian hingga
menutup tubuh mereka. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang


(biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kerudung ke dadanya...” (TQS an-Nûr [24]: 31)
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mu’min, ‘Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (TQS al-Ahzâb [33]: 59)

Khimâr maknanya adalah penutup kepala, sedangkan jayb (bentuk


tunggal dari kata juyûb) adalah kerah baju (thauq al-qamish), yaitu
lubang baju pada leher dan dada. Dengan ungkapan lain, ayat di atas
mengatakan, hendaklah mereka mengulurkan penutup kepala
(kerudung) ke atas leher dan dada mereka. Sementara itu, kalimat al-
idnâu min al-jilbâb maknanya adalah mengulurkan kain baju kurung
hingga ke bawah (irkhâ’).
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya seorang anak perempuan jika
telah haid (baligh), tidak boleh terlihat dari
dirinya kecuali wajah dan kedua tangannya
hingga pergelangan tangan.” (HR Abû
Dâwud)
khimar
batas aurat muka
dan telapak tangan

menutupi mihnah
dada

longgar
tidak transparan jilbab

menutupi
mata kaki
Ketiga, Islam melarang seorang wanita melakukan safar (perjalanan) dari
suatu tempat ke tempat lain selama perjalanan sehari semalam, kecuali
jika disertai dengan mahram-nya. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak halal seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali jika disertai
mahram-nya.” (HR Muslim)
Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan),
kecuali jika wanita itu disertai mahram-nya. Rasulullah SAW
bersabda:

“Janganlah sekali-kali seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali


jika wanita itu disertai mahram-nya.” (HR Bukhari).
“Janganlah seorang laki-laki berkhalwat
dengan seorang wanita kecuali dia disertai
mahramnya, karena yang ketiga di antara
keduanya adalah setan.” (HR Muslim, dari
jalur Ibnu ‘Abbâs).
Ibn ‘Abbas menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW
berkhutbah sebagai berikut:

“Janganlah sekali-kali seorang pria berkhalwat dengan seorangwanita


kecuali jika wanita itu disertai seorang mahramnya. Tidak boleh pula
seorang wanita melakukan perjalanan kecuali disertai mahram-nya. Tiba-
tiba salah seorang sahabat berdiri dan berkata, ‘Wahai Rasulullah SAW,
sesungguhnya istriku hendak pergi menunaikan ibadah haji, sedangkan aku
sudah ditugaskan ke peperangan anu dan anu.” Rasulullah SAW
menjawab, ‘Pergilah engkau dan tunaikan ibadah haji bersama istrimu.”
(HR Muslim)
Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus komunitas wanita
terpisah dari komunitas pria; begitu juga di dalam masjid, di sekolah,
dan lain sebagainya. Artinya, Islam telah menetapkan bahwa wanita
hendaknya hidup di tengah-tengah kaum wanita, sedangkan seorang
pria hendaknya hidup di tengah-tengah kaum pria.
Islam juga telah menetapkan bahwa, shaf (barisan) shalat kaum wanita
berada di bagian belakang shaf shalat kaum pria. Islam juga
mendorong wanita agar tidak berdesak-desakan dengan pria di jalan
dan di pasar. Islam pun menetapkan bahwa kehidupan para wanita
hanya bersama dengan para wanita atau mahram-mahram mereka.
Maka seorang wanita dapat melakukan aktivitas yang bersifat umum
seperti jual-beli dan sebagainya, dengan syarat begitu ia selesai
melakukan aktivitasnya hendaknya ia segera kembali hidup bersama
kaum wanita atau mahramnya.
Islam sangat menjaga agar hubungan kerjasamaantara pria dan wanita
hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat; bukan
hubungan yang bersifat khusus seperti saling mengunjungi antara wanita
dengan pria yang bukan mahram-nya atau keluar bersama untuk
berdarmawisata. Sebab, kerjasama antar keduanya bertujuan agar wanita
mendapatkan apa yang menjadi hak-haknya dan kemaslahatannya, di
samping agar mereka melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-
kewajibannya.
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual
minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin
akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi
darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum
darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai
pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya
yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah
pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, … , Lelaki
yang hatinya terpaut dengan masjid.
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Anda mungkin juga menyukai