Anda di halaman 1dari 20

Procalcitonin (PCT) dan protein C-reaktif (CRP)

pada infeksi neonatus, studi perbandingan


antara infeksi intrauterin dan infeksi non-
intrauterin

TELAAH JURNAL
OLEH:
DIGA ANA RUSFI
PENDAHULUAN

Angka kematian neonatal rata-rata 2,0%


sejak tahun 1990, namun masih kalah cepat
dengan penurunan angka kematian ibu
(2,6%) atau kematian anak usia 1-59 bulan
(3,4%)
Hampir separuh dari anak usia
dibawah 5 tahun meninggal dan
sekitar 3 juta neonatus meninggal
setiap tahunnya
Diantara berbagai penyebab dari angka
kematian neonatus, infeksi neonatus
merupakan satu dari penyebab utama
angka kematian dan angka kesakitan
neonatus

Akhir-akhir ini, parameter seperti


Procalcitonin (PCT) dan protein C-reaktif
(CRP) telah dipertimbangkan dalam
diagnosis dari infeksi bayi baru lahir
Abstrak

Objektif

• Untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan kadar


procalcitonin (PCT) dan protein C-reaktif (CRP) pada
infeksi intrauterine dan infeksi non-intrauterin
• untuk mempelajari potensial dari PCT dan CRP sebagai
penanda diagnostik dari infeksi intrauterine.
Metode 200 kasus 98 kasus infeksi
intrauterine dan 102 kasus
infeksi non-intrauterin (2014-
2016) di Rumah Sakit provinsi
Shandong. 50 kasus dari bayi
lahir sehat sebagai kontrol.
Darah vena, darah umbilical dan
darah maternal dari masing-
masing kelompok dikumpulkan
dan kadar PCT dan CRP di
deteksi menggunakan metode
Immunofloresensi assay dan
Immunonephelometric. SPSS
18.0 sebagai analisis statistik.
lanjutan

Kesimpulan

• Kadar PCT pada darah umbilical


dapat digunakan sebagai
marker untuk infeksi intrauterin
dan kadar CRP pada darah
maternal dan umbilical dapat
digunakan sebagai marker
untuk infeksi intrauterine
A.PICO
1. PATIENT OR PROBLEM

Penelitian ini mencakup


Untuk mengetahui Potensial dari PCT 200 kasus meliputi 98
perbedaan kadar dan CRP sebagai kasus infeksi intrauterine
procalcitonin (PCT) penanda diagnostik dan 102 kasus infeksi
dan protein C-reaktif dari infeksi non-intrauterin dan 50
(CRP) pada infeksi kontrol yaitu bayi lahir
intrauterine dan
intrauterine sehat selama 2014-2016
infeksi non-intrauterin dirumah sakit provinsi
Shandong,Cina
2. INTERVENTION

Kelompok
infeksi
intrauterin

KADAR CRP
-darah maternal
-darah umbilikal
-serum janin

Kelompok Kelompok
kontrol
infeksi non- Bayi lahir
intrauterin sehat
Kelompok
infeksi
intrauterin

KADAR PCT
-darah maternal
-darah umbilikal
-serum janin

Kelompok Kelompok
infeksi non- kontrol
intrauterin Bayi lahir sehat
• Kelompok infeksi intrauterine
Gejala infeksi intrauterine diamati pada akhir
kehamilan ibu, meliputi:
– ketuban pecah dini> 18 jam,
– suhu >38ºC,
– leukositosis > 15,00x10⁹/L,
– maternal takikardi ( >100x/menit)
– fetal takikardi ( >160x/menit),
– meconium bercambur cairan amnion.
Kelompok infeksi intrauterine dikonfirmasi
mengalami infeksi selama 48 jam pertama
selama kehidupan melalui kultur darah positif
• Untuk kelompok dengan infeksi non-
intrauterine

“semua kasus didiagnosa dengan tanpa gejala


infeksi dan dikonfirmasi dengan kultur, tapi
terinfeksi dalam 28 hari setelah bayi lahir.”
Pemeriksaan untuk CRP dan PCT dilakukan
dengan

Darah maternal yang


telah terkumpul
sebelum kelahiran atau
operasi.

Serum janin yang • Kadar PCT dengan


terkumpul dari janin 2 immunofloresensi
jam sebelum lahir dan assay
sebelum penggunaan • Kadar CRP dengan
dari berbagai antibiotik. metode
imunophelometric

Darah umbilical yang


terkumpul dalam 10 menit
setelah neonatus lahir.
3. COMPARE

• Studi Kordek et al, telah menyelidiki 15 pasien dan


mereka merupakan bayi baru lahir yang yang
terinfeksi dan menemukan bahwa “konsentrasi
PCT maternal selama persalinan tidak
berkontribusi untuk prediksi dini dari infeksi
neonatus, tetapi konsentrasi PCT dalam darah
umbilical, sebagaimana kadarnya dalam darah
vena neonatus pada hari kedua kehidupan,
dihubungkan dengan infeksi intrauterine.”
• Cicarelli et al. melaporkan bahwa “kadar
CRP dalam darah maternal dan umbilical
selama dan setelah persalinan ditemukan
bahwa kadar CRP secara signifikan lebih
tinggi pada serum maternal
dibandingkan dalam serum bayi baru
lahir pada saat persalinan tersebut.”
• Studi dari Cosickic et al. menunjukkan
bahwa “CRP dapat digunakan sebagai
pemeriksaan yang cepat dan mudah
tersedia untuk mengetahui kesehatan
neonatus dan untuk menentukan
neonatus mana yag memerlukan
monitoring dan perawatan sampai hasil
mikrobiologikal tiba.”
4. OUTCOME

PCT CRP

• Darah maternal ↑ pada • Darah Maternal dan


kelompok infeksi darah umbilikal ↑ pada
intrauterin (tidak kelompok infeksi
signifikan) intrauterin (signifikan)
• Darah umbilikal ↑ pada • Serum janin tidak ada
kelompok infeksi perbedaan signifikan
intrauterin (signifikan)
• Serum janin ↑ pada
kelompok infeksi
intraterin dan non-
intrauterin dari
kelompok sehat
(signifikan)
B.VIA
1. Validity

Studi ini disetujui Total 200 kasus Studi ini meninklusi

Sumber Data
Izin penelitian

Subjek penelitian
oleh komite etik yang telah dipilih kehamilan yang
dari rumah sakit di meliputi 98 kasus berakhir sebagai
provinsi Shandong infeksi intrauterine, premature dan
yang tergabung dan 102 kasus persalinan matur.
dengan universitas infeksi non- Dan
Shandong intrauterin, selama mengeklusikan
2014-2016 di Kehamilan dengan
rumah sakit malformasi fetal
provinsi Shandong kongenital dan
yang tergabung kasus yang di
dalam universitas terapi antibiotik
Shandong. selama 2 minggu.
Terjamin melalui Untuk menyelidiki Menggunakan tes
Kualitas data

Analisis Statitistik
Tujuan penelitian
perbedaan dalam chi-squre atau tes
pemantauan kadar PCT dan CRP Fisher. Nilai P <
dalam kedua jenis
infeksi dan untuk
0,05 menunjukan
mempelajari potensial statistic yang
PCT dan CRP sebagai signifikan. Semua
marker diagnostic dari analisis
infeksi intrauterine. menggunakan
kadar PCT dan CRP SPSS 18,0.
dalam darah maternal,
darah umbilical dan
serum darah janin
masing-masing
kelompok.
2. IMPORTANT
Hasil penelitian ini penting untuk mengetahui kadar PCT dan
CRP dari kedua kelompok jenis infeksi tersebut dan
menunjukkan potensial dari PCT dan CRP sebagai marker
diagnostik untuk infeksi intrauterine.

Diagnosis awal akan secara signifikan menurunkan


resiko kematian akibat infeksi,
- Keterbatasan dari pemeriksaan tradisional meliputi
sensitifitas dan spesifisitas yang rendah,
- Metode yang sangat terbatas,
- Pemeriksaan yang tidak begitu dalam dan sebagainya.

Dengan demikian, penanda atau marker baru yang ampuh/


poten dibutuhkan untuk diagnosis infeksi intrauterine.
3. APPLICABLE
Jurnal ini dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan rujukan dalam praktik di RSUD Raden
mattaher Jambi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai