Anda di halaman 1dari 66

UPDATE IN VACCINATION

Achmad Yudha AP
LANDASAN HUKUM
TUJUAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI
Perkembangan Imunisasi di Indonesia
(1956-2017)
1. Mempertahankan Eradikasi Polio
 Cakupan imunisasi imunisasi rutin yang tinggi dan merata
 Melaksanakan Endgame Strategy Eradikasi Polio

2. Mencapai Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE)  Mei 2016


dan pertahankan

3. Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubela/CRS


 Pelaksanaan Crash Program Campak di 183 kab/kota 28 provinsi
Agustus 2016
 Pelaksanaan Kampanye MR  2017 - 2018
 Introduksi Vaksin MR menggantikan vaksin Campak pada imunisasi
rutin
PERMENKES 2017 IMUNISASI

WAJIB PILIHAN

TAMBAHAN (KLPK KHUSUS (Meningitis


RUTIN UMUR TERTENTU YANG Meningokokus, VAR,
PALING BERISIKO Yellow fever)

DASAR
LANJUTAN
(<1TAHUN)
BCG, HEP B, BADUTA SEKOLAH
WANITA USIA
PENTABIO, (PENTABIO, DASAR (DT,
SUBUR
CAMPAK CAMPAK) CAMPAK, Td)
IMUNISASI DASAR (< 1 TAHUN)

MR
MENGAPA IMUNISASI HEPATITIS
B HARUS DIBERIKAN SAAT
LAHIR?

Endemisitas
Karier kronik
Transmisi maternal
Penularan Virus Hepatitis B
• Perinatal/vertikal: ibu ke bayi saat lahir
• 70-90% bayi yang terinfeksi menjadi penyakit hati kronik:
cirhosis/ Ca hepatoseluler

• Horizontal: bayi ke bayi/anak atau ke dewasa, atau sebaliknya

• Parenteral, perkutan: unsafe injection, transfusi darah

• Sexual transmission
HEPATITIS B
• Diberikan secara IM, dosis 0,5 ml, Vastus lateralis anterior (Paha)

• Paling optimal  <24 jam pasca persalinan  didahului inj.


vitamin K1 2-3 jam sebelumnya  khusus daerah dengan akses
sulit, masih diperkenankan sampai <7 hari

• Bayi lahir dari ibu HBsAg (+)  imunoglobulin hepatitis B (HBIg)


pada ekstremitas yang berbeda
VAKSINASI HEPATITIS B
PADA PREMATUR / BBLR
STATUS IBU
HbsAg (-) BBL ≥ 2000 g Langsung diberikan Hep B dalam 12
jam
BBL < 2000 g Tunda  BB ≥ 2000 g atau usia 1
bulan
HbsAg (+) Langsung diberikan Hep B dan HBIG
dalam 12 jam
HbsAg tidak diketahui Langsung diberikan Hep B dalam 12
jam, HBIG tidak perlu kecuali dalam
< 7 hari didapatkan HbsAg (+)
• Vaksin HB monovalen  usia 0,1, dan 6 bulan.

• HB kombinasi dengan DTPw  jadwal pemberian pada usia


2, 3, dan 4 bulan (Pentabio)

• HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada


usia 2, 4, dan 6 bulan (Hexaxim, Pediacell)
POLIO

• OPV diberikan secara oral, dosis 2 tetes

• IPV diberikan secara IM, dosis 0,5 ml, Vastus lateralis anterior
(Paha)
POLIO
• April 2016 tOPV switch bOPV. Seluruh tOPV ditarik kemudian
dimusnahkan

• Rekomendasi: paling sedikit 1 dosis IPV yang penting dalam


masa transisi dalam menuju eradikasi polio

• Diharapkan dunia bebas polio pada 2018


BCG
• Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan

• Diberikan secara IC, dosis 0,05 ml (< 1 tahun) dan 0,1 ml (> 1
tahun), lengan (deltoid) kanan atas

• Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan
• Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux (KEMENKES, 2017)

• Apabila diberikan sesudah usia 3 bulan, perlu dilakukan uji


tuberkulin terlebih dahulu (IDAI, 2017)

• Bila uji tuberkulin tak ada  observasi local accelerated


reaction
DPT

• Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu.


• Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan
vaksin lain.
• Diberikan secara IM, dosis 0,5 ml, Vastus lateralis anterior (Paha)
• Vaksin DTPa  interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu
usia 2, 4, dan 6 bulan.
• Vaksin DTPw  interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu
usia 2, 3, dan 4 bulan.
PENTABIO (DPT-HB-Hib)
• Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau
Tdap. Booster Tdap diberikan setiap 10 tahun.

• Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1,


DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval,
 status Imunisasi T2
CAMPAK

• Imunisasi campak pada anak balita (program nasional) diberikan


2 kali pada umur 9 dan 18 bulan (PERMENKES RI No.12 / 2017)

• Diberikan secara SC, dosis 0,5 ml, lengan (deltoid) kiri atas

• Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila


sudah mendapatkan MMR.
• Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan,
maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal
interval 6 bulan).

• Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak,


maka dapat diberikan vaksin MMR/MR.
MR
• Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang
dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan
pelarut.

• Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.

• Setiap dosis vaksin MR mengandung 1000 CCID50 virus


campak dan 1000 CCID50 virus rubella
• Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml.

• Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang


disediakan dari produsen yang sama.

• Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling


lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
Kontraindikasi
 Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan
radioterapi
 Wanita hamil
 Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
 Kelainan fungsi ginjal berat
 Decompensatio cordis
 Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
 Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
Pemberian imunisasi ditunda
 Demam
 Batuk pilek
 Diare
• Jika anak belum mendapatkan imunisasi MR pada usia 9 bulan, maka
imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia 11 bulan

• Jika anak belum mendapatkan imunisasi lanjutan pada usia 18 bulan,


maka imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia 24 bulan.
IMUNISASI LANJUTAN
BADUTA
MENGAPA HARUS ADA IMUNISASI LANJUTAN?
• Serologi sebelum BIAS titer antibodi terhadap campak  52,60% –
65,56%, sebelum BIAS titer antibodi terhadap campak meningkat 
96.69% - 96.75% (SRH, 2009).

• Serologi sebelum BIAS titer antibodi terhadap difteri  20.13% –


29,96%, setelah BIAS titer antibodi terhadap difteri meningkat 
92.01% - 98.11% (SRH, 2011)
• Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak
dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan

• Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan


Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T3
Jadwal Imunisasi Program Pasca introduksi
vaksin baru
IMUNISASI LANJUTAN
ANAK USIA SEKOLAH DASAR
• Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan
Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5
IMUNISASI LANJUTAN
WANITA USIA SUBUR (WUS)
• Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.

• Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah


mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, kohort dan/atau rekam medis.
TERIMA KASIH
1
• Seorang nenek membawa cucu perempuannya yang berusia 6
bulan. Berdasarkan alloanamnesis, pasien sudah mendapatkan
Hep B, BCG dan Polio 1 sesuai dengan jadwal (tertera di buku
KIA), hanya imunisasi DPT terlewat (karena pindah tempat
tinggal dan sering sakit). Apakah rencana anda untuk pasien ini?
Berapa interval waktu antar imunisasi?

56
2

• Seorang bayi perempuan baru saja dilahirkan, BBL 1950 g,


PB 41 cm. Status HbsAg ibu tidak diketahui. Bagaimanakah
imunisasi pada pasien tsb?
VAKSINASI HEPATITIS B
PADA PREMATUR / BBLR
STATUS IBU
HbsAg (-) BBL ≥ 2000 g Langsung diberikan Hep B dalam 12
jam
BBL < 2000 g Tunda  BB ≥ 2000 g atau usia 1
bulan
HbsAg (+) Langsung diberikan Hep B dan HBIG
dalam 12 jam
HbsAg tidak diketahui Langsung diberikan Hep B dalam 12
jam, HBIG tidak perlu kecuali dalam
< 7 hari didapatkan HbsAg (+)
3
• Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan datang ke
puskesmas tempat anda bekerja untuk imunisasi campak.
Bagaimana pendapat saudara? Kapankah booster campak
diberikan?
REKOMENDASI IMUNISASI PASIEN HIV ANAK
• Penyuntikan dianjurkan di daerah deltoid atau paha anterolateral.
Titer antibodi pada penyuntikan di deltoid, terbukti 17 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan penyuntikan di regio gluteus. Kurang lebih 20 %
subyek dengan suntikan di gluteus gagal memproduksi antibodi
protektif, hal ini mungkin di-sebabkan karena banyaknya jaringan
lemak sehingga suntikan tidak mencapai otot.

Anda mungkin juga menyukai