Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

TB Paru Relaps
FAT H I Y YAT U R R A H M A H M
N 111 1 6 0 2 9

PEMBIMBING KLINIK
Drg. Tri Setyawati , M.Sc
d r. I K e t u t S u j a n a
PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis (TB)
paru merupakan penyakit
infeksi yang masih
menjadi masalah TB adalah suatu penyakit infeksi yang
kesehatan masyarakat. disebabkan bakteri berbentuk batang
(basil) yang dikenal dengan nama
Mycobacterium tuberculosis dan
ditularkan melalui perantara droplet
udara

2
WHO, 2012

Asia Tenggara merupakan regional


dengan kasus TB paru tertinggi yaitu
sebesar 40%, diikuti regional Afrika
26%, Pasifik Barat 19%, dan
terendah pada regional Eropa 3%.

Pada regional Asia Tenggara, negara tertinggi


prevalensi TB Paru adalah Myanmar yaitu 525
per 100.000 penduduk, diikuti Bangladesh
sebesar 411 per 100.000 penduduk, dan
Indonesia menempati urutan ke lima yaitu
dengan prevalensi sebesar 289 per 100.000
penduduk.

3
RISKESDA 2010

(1) Papua 1.441 per 100.000


peduduk, Sulawesi Tengah
(2) Banten 1.282 per 100.000
penduduk), kasus TB BTA positif dimasyarakat pada
(3) Sulawesi Utara 1.221 per tahun 2011 sekitar 4.856 orang
100.000 penduduk,
(4) Gorontalo 1.200 per 100.000 PKM PANTOLOAN
penduduk, dan
(5) DKI Jakarta 1.032 per pada tahun 2016 sebanyak 296 kasus.
100.000 penduduk.

4
Penentuan Prioritas Kasus Menggunakan
Rumus Hanlon Kuantitatif
IDENTIFIKASI
No Masalaah Besar Kegawat Kemungkinan Nilai
kesehatan masalah Daruratan Diatasi

MASALAH 1

2
ISPA

Hipertensi
4

3 4
2 4

4
10

11

3 Gastritis 3 2 3 8

4 Diare 4 4 1 9

5 Kecelakaan 4 3 1 8
Lalin
6 Tuberkulosis 4 3 3 10

5
KRITERIA A:Besar masalah
Masalah Besarmasalah Nilai
Kesehata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
n KRITERIA B : Kegawatan masalah

X (TB) V 7
Masalah Keganas Tingkat Biaya yang Niilai
Y (ISPA) V 8
Kesehatan an urgency dikeluarkan
Z V 4 X (TB) 3 3 3 9
(Hiperten Y (ISPA) 2 2 3 7
si) Z (Hipertensi) 1 4 4 9

6
KRITERIA C: kemudahan dalam
penanggulangan
Sangat sulit Z X Y sangat mudah
1 2 3 4 5

KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
Kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1

7
PENETAPAN NILAI
TUBERCULOSIS
NPD : (A+B) C = (7+9) 3= 16x3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (7+9) 3x1 = 16x3
= 48 KESIMPULAN
ISPA
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
NPD : (A+B) C = (8+7) 3 = 15 x3 = 45
kesehata (PEARL)
NPT : (A+B) CxD = (8+7) 3x1 = 15 x3
n
=45
HIPERTENSI TB 7 9 3 48 1 48 1
NPD : (A+B) C = (4+9) 2 = 13x2 =26 ISPA 8 7 3 45 1 45 2
NPT : (A+B) CxD = (4+9) 2x1 = 13x2 =26 Hiperten 4 9 2 26 1 26 3
si

8
DESKRIPSI KASUS
Identitas Pasien

Tanggal Pemeriksaan 1 Nama : Ny. I


06 JUNI 2018
2 Umur : 57 tahun

3 JK : Perempuan

4 Alamat : Jl. Bahari, Pantoloan

5 Agama : Islam

9
Riwayat Penyakit Sekarang

DESKRIPSI Awalnya pasien mengeluhkan adanya batuk


berdahak yang hilang timbul kurang lebih 1 tahun
yang lalu. Pasien mengira batuk yang dialaminya
KASUS adalah penyakit batuk biasa, sehingga pasien tidak
memeriksakan penyakitnya ini ke puskesmas
ataupun fasilitas pelayanan kesehatan. Namun
pasien merasakan bahwa batuknya semakin
K e l u h a n U t a m a memberat sehingga pasien memeriksakan diri ke
B a t u k rumah sakit, dan diberikan pengobatan
Tuberkulosis selama 6 bulan. Tetapi pasien tidak
rutin memeriksakan diri dan meminum obat yang
diberikan. Sekitar 3 bulan yang lalu, pasien
mengalami batuk bercampur darah kurang lebih
selama 3 hari, sehingga pasien segera ke rumah
sakit dan dirawat selama 1 minggu. Pasien juga
mengeluhkan sesak nafas dan juga sering merasa
lemas. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam,
nafsu makan pasien seperti biasa, BAK lancar dan
BAB biasa.

10
Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga
Pasien memiliki riwayat Tuberkulosis 3 Tidak ada riwayat terkena penyakit
tahun yang lalu dan telah berobat tuberculosis.
dengan tuntas. Pasien memiliki riwayat
Diabetes Melitus dan tidak
mengkonsumsi obat. Riwayat
Hipertensi (-), Riwayat Jantung (-). Riwayat pengobatan:
Pasien pernah berobat tuberculosis 6 bulan
dan selesai

11
R I WAYAT S O S I A L DAN LINGKUNGAN

Pasien memiliki 1 suami dan 3 orang anak. Pasien tinggal di


rumah yang luasnya kurang lebih 120 m2 (10m x 12m) dengan
3 kamar tidur bersama suami dan anaknya.

Pasien memiliki anak yang merokok sejak SMA dan juga


tetangga rumah yang merokok.

Untuk air minum pasien mendapatkan air dari PDAM, pasien


mengaku ia memasak air untuk keperluan konsumsi rumah
tangga.

Pasien memiliki fasilitas MCK di rumahnya namun terlihat sangat


kotor dan lembab pada bagian dinding dan bagian lantainya.

12
RIWAYAT
S O S I A L D A N L I N G K U N G A N

Ventilasi udara rumah pasien sangat kurang


dan cenderung tertutup, lantai rumah ditehel,
dinding rumah berupa tembok beton dan
plafon
Jarak rumah pasien dengan tetangga sekitar
2-3 meter

13
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

Keadaan Umum
Sakit sedang

Status Gizi
Gizi kurang
BB: 45kg / 160cm
Kesadaran
Compos Mentis

14
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital

1 Tekanan Darah
130/90 mmhg

2 Denyut Nadi
76 x/ min , reguler

3 Pernapasan
28 kali/ min

4 Suhu
36,7 derajat Celcius

15
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala dan Leher


Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak
di bawah kulit cukup.

Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam


bercampur uban, tipis dan tidak mengkilap, konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil bulat isokor
(diameter 3 mm). Tidak terdapat pernapasan cuping
hidung. Tidak ada sekret pada telinga, bibir tidak
sianosis.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

16
PEMERIKSAAN FISIK

Paru Jantung Abdomen


Inspeksi : permukaan dada Inspeksi: iktus kordis tampak Inspeksi : permukaan datar
simetris, Penggunaan otot-
Palpasi : iktus kordis teraba Auskultasi: peristaltik kesan
otot bantu pernapasan (-)
pada ICS V linea midclavicula normal
Palpasi: massa (-), nyeri tekan sinistra Perkusi : timpani
(-) taktil fremitus kiri = kanan.
Perkusi : pekak Palpasi: massa (-), nyeri tekan
Perkusi : sonor pada kedua
Auskultasi: bunyi jantung I dan (-), hepar teraba 1 jari
lapang paru
II murni, reguler, bising dibawah arcus costa,lien tidak
Auskultasi: bunyi napas jantung (-). teraba.
vesikuler +/+, wheezing (-/-),
ronkhi (+/+).

17
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan

Tidak dilakukan pemeriksaan


Riw. foto Thorax : TB paru
Riw. Pemeriksaan Laboratorium : MTB Detected, Rifampisin Sensitif

18
DIAGNOSIS
Dapat ditegakkan berdasarkan :

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Penunjang
(Tidak dilakukan)

Tuberculosis Paru Relaps

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


P E N ATA L A K S A N A A N K A S U S

Medikamentosa Nonmedikamentosa
Terapi OAT FDC kategori II tahap Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada
penyakit TB dan cara penularannya.
intensif RHZE+ Inj.Streptomisin
Membuang dahak pada wadah tertutup serta menggunakan
masker.
Menjelaskan kepada pasien agar tekun minum obat serta rutin
memeriksakan dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk
evaluasi perkembangan penyakit TB
Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya,
buka jendela setiap hari pagi dan siang hari.
Menganjurkan pasien makan teratur dan cukup serta
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Pasien wanita 57 tahun memiliki riwayat
tuberculosis. Awalnya pasien mengeluhkan

ANALISIS adanya batuk berdahak yang hilang timbul


kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien mengira
batuk yang dialaminya adalah penyakit batuk
PADA KASUS biasa, sehingga pasien tidak memeriksakan
penyakitnya. Sekitar 3 bulan yang lalu, pasien
mengalami batuk bercampur darah kurang lebih
selama 3 hari, sehingga pasien segera ke
rumah sakit dan dirawat selama 1 minggu.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas dan juga
sering merasa lemas.

21
Identifikasi
masalah 1. Bagaimana masalah Tuberkulosis di Wilayah
kerja Puskesmas Pantoloan?
2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi
masalah Tuberkulosis di Wilayah kerja
Puskesmas Pantoloan?

22
PEMBAHASAN KASUS
Paradigma hidup sehat
diperkenalkan oleh H. Faktor Genetik (Keturunan)
L. Blum mencakup 4
faktor yaitu : Faktor Perilaku (Gaya Hidup)
Individu atau Masyarakat
Faktor Lingkungan (Sosial,
Ekonomi, Fisik, Politik)
Faktor Pelayanan Kesehatan
(Jenis, Cakupan dan Kualitasnya)

23
PEMBAHASAN KASUS
Faktor Genetik
Berdasarkan teori TB bukanlah penyakit keturunan, karena TB merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.

Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan berusia 57 tahun dengan status gizi kurang. Penyakit TB
paru seiring dengan terjadinya transisi demografi yang menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi
lebih tinggi, pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun sehingga sangat
rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB paruKeadaan malnutrisi, gizi kurang, atau
kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru.1

24
PEMBAHASAN KASUS
Faktor Lingkungan
• Pencahayaan rumah
Keadaan rumah pasien pada kasus ini tergolong lembab dan kurang cahaya. Pasien dan keluarga mengaku jarang membuka
jendela dan gorden. Cahaya yang masuk ke dalam rumah pasien sangat kurang. Hal ini menyebabkan mikroorganisme dapat
berkembang dengan pesat, termasuk kuman dan bakteri penyebab TB.

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum 10% luas lantai, dengan durasi
pencahayaan minimal 1 jam setiap hari. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng
kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena
itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.5

25
Kepadatan Hunian Rumah Riwayat Kontak
Rumah tempat tinggal pasien dalam kasus ini memiliki jarak Pasien kurang memperhatikan adanya orang-orang di
yang sangat dekat dengan rumah tetangga-tetangga sekitarnya.
lingkungan tempat tinggal yang memiliki gejala batuk
Bahkan sebagian besar rumah di lingkungan tempat tinggal
berdahak yang lama seperti yang dialaminya. Pasien
pasien ini tidak memiliki halaman. Jarak antar rumah satu dan
lainnya ± 0,5-1 meter. Hal ini tentu saja dapat menjadi faktor menyangkal adanya orang tua ataupun saudara yang
pendukung untuk tersebarnya penyakit TB dengan mudah. memiliki gejala yang sama dengan pasien
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni sebelumnya.
di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload.

Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya


dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat
relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang
tersedia

26
PEMBAHASAN KASUS
Faktor Perilaku

• Pengetahuan yang kurang tentang TB


Pasien dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang TB, pengertian, faktor resiko, penularan, akibat dan sebagainya.
Pengetahuan yang rendah ini mempengaruhi tindakan yang menjadi kurang tepat. Pasien mengaku tidak segera
memeriksakan diri ketika sudah ada gejala sakit yang mengarah ke TB.

• Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar mengenai etika batuk


Pasien dan keluarga yang belum mengaplikasikan bagaimana tatacara beretika batuk dengan benar.

• Kebiasan merokok
Pasien dalam kasus ini termasuk perokok pasif. Pasien memiliki anak yang merupakan peroko berat dan juga tetangga yang
merupakan perokok. Dengan adanya paparan asap rokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB paru.

27
PEMBAHASAN KASUS
Faktor pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan di Puskesmas Pantoloan berperan untuk mencegah


terjadinya penyakit TB. Petugas puskesmas mengadakan program penyuluhan
mengenai penyakit TB di masyarakat.

28
KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah TB


merupakan menyakit infeksi menular yang kasusnya
masih cukup banyak meskipun bukan 10 penyakit
terbesar di puskesmas Pantoloan.
TBC merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
skrining apabila sudah ada tanda dan gejala batuk lebih
dari 3 minggu, juga menghindari paparan asap rokok
maupun polusi, dan menjaga kebersihan rumah agar
tetap sehat.
Kejadian penyakit TBC pada kasus ini di pengaruhi faktor
perilaku dan faktor lingkungan.

29
A.Penyuluhan kesehatan khusus, juga kepada masyarakat dengan suspek atau kontak
B.Pengobatan dan perawatan kasus dengan tepat.

SARAN

Meningkatkan penyuluhan mengenai TB dan penyebarannya serta faktor-faktor resiko


yang dapat mempengaruhinya.
Promosi Kesehatan Meningkatkan penyuluhan mengenai etika batuk, sehingga dapat mencegah penularan
penyakit yang lebih luas

Peningkatan kepedulian masyarakat mengenai rumah bersih dan sehat diperlukan


Perlindungan Khusus untuk mengurangi penyebaran penyakit TB
Mempertahankan sistem imun agar tidak mudah terjadi infeksi

Mencari kasus suspek sedini mungkin dan melakukan pemeriksaan sesegera


Diagnosis Dini dan mungkin
Pengobatan Segera Penatalaksanaan yang tepat.

Melakukan pengobatan dan perawatan sesuai pedoman sehingga penderita sembuh dan
tidak terjadi komplikasi.
Pembatasan Cacat Meningkatkan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk memungkinkan pengobatan
dan perawatan yang lebih intensif.

Penyuluhan kesehatan khusus, juga kepada masyarakat dengan suspek atau kontak
Rehabilitasi Pengobatan dan perawatan kasus dengan tepat.

30
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai