Anda di halaman 1dari 34

Rizki Putri Andini R.

1310211099
 Irama jantung normal dikendalikan oleh simpul SA
yang terletak di atrium kanan dekat vena kava superior
 Kriteria irama sinus normal :
- Gelombang P diikuti QRS
- QRS rate 60-100 x/menit
- R-R interval teratur
- P di sadapan II (+), di aVR (-)
 Bila laju QRS > 100 x/menit disebut sinus takikardi
 Bila laju QRS < 60 x/menit disebut sinus bradikardi
 Menggunakan rumus :
300 1500
Jumlah kotak besar di antara R-R Jumlah kotak kecil di antara R-R

 Frekuensi normal :
Jarak R-R : 0,6 – 1 detik (3 – 5 kotak besar)
 Melihat arah gelombang di Lead I dan aVF
 Gelombang yang tampak pertama
 Menunjukkan depolarisasi atrium
 Selalu (+)di Lead II dan selalu (-) di aVR

 Gelombang P normal di Lead II


- Lebar : <0,12 detik atau <3 kotak kecil
- Tinggi : <0,3 mV atau <2,5 kotak kecil

 Gelombang P normal di V1
- Komponen akhir (terminal force) gelombang P
ukuran <1 mm x 1 mm (<0,04 detik x 0,04 detik)
- Amplitudo komponen awal : <1,5 mm
 Jarak antara awal gelombang P dan awal kompleks
QRS
 Untuk mengukur waktu perjalanan depolarisasi dari
atrium ke ventrikel
 Normalnya: 0,12 – 0,20 detik (3-5 kotak kecil)
 3 Defleksi yang mengikuti gelombang P
- Gel Q : defleksi negatif pertama setelah gelombang P
- Gel R : defleksi positif pertama setelah P
- Gel S : defleksi negatif setelah gelombang R
 Mengindikasikan depolarisasi (dan kontraksi) ventrikel
 Normalnya : 0,05 – 0,11 detik (QRS sempit)
 Lebar : <0,04 detik atau <1 kotak kecil
 Dalam : <1/3 QRS atau <2 kotak kecil
 Kelainan : Infark miokard
 Tinggi : <27 kotak kecil
 Kelainan : Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kanan
Rr’ = Bundle Branch Block
 Tidak ada di V6
 Kelainan : Ada di V6 cek di V3R Hipertrofi
ventrikel kanan
Hipertrofi ventrikel kiri
 Jarak antara gelombang S dan permulaan gelombang T
 Menggambarkan waktu antara akhir depolarisasi ventrikel
sampai pada permulaan repolarisasi ventrikel
 Kelainan :
- Elevasi : Infark, perikarditis
- Depresi : Iskemia(depresi sejajar isoelektrik)
Pembesaran ruang tipe strain (depresi serong ke
atas/bawah)
Efek digoxin (depresi melengkung)
 Elevasi segmen ST sering ditemukan pada orang normal,
terutama di V2-V3 (dapat mencapai 3 mm). Fenomena ini
disebut sebagai repolarisasi dini (early repolarization).
 Informasi lain yang perlu juga dinilai adalah pemanjangan atau
pemendekan segmen ST akibat gangguan elektrolit
 Gelombang lengkungan ke atas yang mengikuti QRS
 Menggambarkan repolarisasi ventrikular
 Positif (terutama bersama R tinggi)
 Inversi di Lead III, aVR, V1 (& V2-V3 pada orang kulit
hitam)
 Permulaan QRS hingga akhir T
 Mencakup waktu dari permulaan depolarisasi
ventrikel sampai pada akhir repolarisasi ventrikel
 Lebar : <1/2 interval R-R atau <0,46 detik
 Potensial dengan amplitudo rendah (rata-rata 2 mm)
yang timbul setelah gelombang T
 Biasanya lebih jelas dilihat di V2-V3
 Salah satu hipotesis terjadinya gelombang U adalah
akibat repolarisasi serabut Purkinje
 Agar mengenali irama ektopik, perlu dipikirkan 4
pertanyaan sbb :
1. Apakah ada gelombang P?
2. Apakah kompleks QRS sempit atau lebar?
3. Apakah ada hubungan antara gelombang P dan kompleks
QRS?
4. Apakah irama teratur atau tidak teratur?
 Pada EKG yg normal, jawabannya :
1. Ya, ada gelombang P
2. Kompleks QRS sempit
3. Ada satu gelombang P untuk setiap kompleks QRS
4. Irama pada dasarnya teratur
 Irama sinus yang bertambah cepat di atas 100
 Dimediasi oleh stimulasi reseptor β1 adrenergik oleh
norepinefrin yg dilepaskan di ujung saraf simpatik, dan
epinefrin yg dilepaskan kelenjar adrenal
 Etiologi :
- Dehidrasi - Gagal jantung kongestif
- Hipotensi - Pain/anxiety
- Sepsis/demam - Psikosis
- Anemia berat - Hipertiroidisme
- Hipoksemia - Idiopatik
- Olahraga - Drug intoxication
 Regular
 Gelombang P terlihat jelas sebelum kompleks QRS, dengan morfologi
identik dgn irama sinus normal
 Frekuensi : >100 dpm (<3 kotak besar)
 Berlangsung beberapa menit hingga jam
 Mulainya mendadak, biasanya diawali dgn denyut
supraventrikular prematur (atrium atau sambungan)
dan berhentinya juga mendadak
 TSVP adalah suatu gangguan irama yg mutlak teratur,
frekuensi antara 150 dan 230 denyut per menit
 Massase karotis : memperlambat atau menghentikan
 Dapat terjadi pada jantung normal atau lebih sering pada pasien dgn
dasar patologi jantung
 Mutlak teratur, gelombang P tampak pada frekuensi 250 – 350 denyut
per menit
 Biasanya di Lead II dan III, gambaran gigi gergaji
 Blokade AV 2:1, 3:1, 4:1, dsb
 Masase karotis : meningkatkan blokade
 Aktivitas atrium sangat berantakan (tidak teratur)
 Frekuensi atrium : 350 – 500 dpm
 Frekuensi ventrikel : bervariasi, biasanya antara 120
dan 180 dpm
 Tidak ada gelombang P yg sebenarnya
 Garis isoelektris berombak
 Masase karotis : dapat melambatkan frekuensi
ventrikel
 Suatu irama yg tidak teratur
 Frekuensi : 100 – 200 dpm, kadang < 100 dpm
 Adanya gelombang P dan kompleks QRS yg morfologi
dan intervalnya bervariasi
 Masase karotis : tidak berpengaruh
 Suatu irama yg tidak teratur
 Frekuensi : 100 – 200 dpm
 Paling lazim ditemukan pada jantung normal,
penyebabnya keracunan digitalis
 Masase karotis : tidakberpengaruh, atau hanya
melambat ringan
 Tiga atau lebih kontraksi ventrikel pematur berturut-
turut
 Frekuensi : 120 – 200 dpm
 Agak ireguler
 TV yg berlangsung lama merupakan keadaan gawat
darurat, yg mjd petanda henti jantung dan
memerlukan terapi segera
 Hampir selalu tampak pada jantung yg sekarat
 Rekaman EKGnya menyentak-nyentak secara
spasmodik (fibrilasi ventrikel kasar) atau berombak
halus (fibrilasi ventrikel halus)
 Tidak ada kompleks QRS yg sebenarnya
 Jantung tdk menghasilkan curah jantung
 CPR dan defibrilasi listrik harus dilakukan segera
 Gangguan irama yg paling lazim ditemukan pada
stadium awal infark miokardium akut
 Pada individu sehat, bradikardi dpt tjd akibat
meningkatnya tonus vagus dan dpt menyebabkan
pingsan
 Frekuensi : <60 dpm (>5 kotak besar)
 Ditandai dgn penundaan konduksi yg lama pada nodus AV atau berkas HIS
 Pemanjangan interval PR : >0,2 detik (>5 kotak kecil)
 Setiap kompleks QRS didahului satu gelombang P
 Lazim pada jantung normal, namun bisa juga tanda awal penyakit degeneratif
pada sistem konduksi atau manifestasi sementara miokarditis atau toksisitas
obat
 Tidak memerlukan pengobatan
 Disebabkan oleh blokade di dalam nodus AV
 Blokade/perlambatan semakin bertambah pada setiap impuls, sampai
saat tertentu impuls dari atrium benar-benar terblok shg ventrikel tdk
terdepolarisasi
 Interval PR melebar, kemudian semakin melebar pada gelombang-
gelombang berikutnya, disusul dgn drop beat
 Disebabkan oleh blokade di bawah nodus AV pada berkas HIS
 Impuls atrium dijalankan ke ventrikel, namun tidak terjadi
pemanjangan interval PR yg progresif
 EKGnya menunjukkan 2/lebih denyut normal dgn interval PR normal
dan kemudian sebuah gelombang P yf tidak diikuti kompleks QRS
(denyut gagal)
 Rasio gel P thd kompleks QRS
= 2 : 1, 3 : 1, dsb.
 Tidak ada impuls atrium yg lewat untuk mengaktifkan
ventrikel (blokade jantung total)
 Tempat blokade dapat di nodus AV atau lebih rendah
 Atrium dan ventrikel berkontraksi sendiri-sendiri
- Frekuensi atrium : 60 – 100 dpm
- Frekuensi ventrikel : 30 – 45 dpm
 Gel P tampak pada interval yg teratur, namun tidak
mempunyai hubungan dgn kompleks QRS
 Kompleks QRS tampak lebar dan aneh

Anda mungkin juga menyukai