warahmatullahi
wabarakatuh
Welcome to our presentation!
Alhamdulillah, bersyukur kita kepada Allah Subhanahu wata’alaa yang
dengan rahmatnya tugas ini dapat selesai dengan tepat waktu dan saya
juga mengapresiasi kerja rekan kelompok yang telah berkenan bekerjasama
dan bersinergi untuk menyelesaikan tugas ini.
1
Pertama, mari Kita berdo’a terlebih dahulu agar
Allah mudahkan Kita dalam menuntut ilmu dan
Memulai tersebut.
2
Hasrat Elfirka
Muhammad Iqbal Gulo
1 16160039
4 161600
Febby Elfana
Rezky Vilia Rahmatillah
Kelompok 1 2 161600
5 161600
Yolanda Dwiza
Putri
3 161600
3
Sejarah sediaan parenteral
4
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
Sediaan emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
Parenteral/ dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.(FI.III.1979). Sedangkan
sediaan injeksi/ menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam
obat suntik. wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa
diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang
dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(FI.IV.1995)
5
William Harvey, seorang dokter dan ahli fisiologis Inggris mendeskripsikan tentang
sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Harvey berkeyakinan bahwa kematian akibat
gigitan ular beracun terjadi krn racun daibsorpsi melalui vena dan disirkulasikan ke tubuh
(Th. 1616)
Gabriel Pravaz, seorang ahli bedah dari Pereancis memperkenalkan alat suntik
berpepncebur (plunger). Bentuk alat suntik ini banyak digunakan (Th. 1853)
Sejarah Sediaan Pustaka bidang kedokteran mengemukakan pentingnya mensterilkan, baik alat suntik
maupun larutan obat. Dengan kemajuan berupa penemuan saringan (filter) bakteri, maka
Parenteral secara bertahap hal ini memberikan kontribusi pada perkembangan pengobatan secara
parenteral (Th. 1890-an)
Monografi resmi pertama dari larutan injeksi tampil dalam monografi National Formulary V
(NF V) Amerika dengan judul “ampuls” (Th. 1926)
6
Penggolongan sediaan steril untuk parenteral
menurut Farmakope Indonesia ed IV :
1. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai
dengan nama : Injeksi ................
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer
Penggolongan atau bahan tambahan lain. Larutan diperoleh setelah penambahan pelarut yang
sesuai memenuhi persyaratan,nama :......................steril
sediaan 3. Sediaan padat pada 2. Tetapi mgd 1 atau lebih dapar, pengencer atau bahan
7
Penggolongan berdasarkan volume :
8
Penggolongan berdasarkan cara
penyuntikan :
1. intrakutan ( kulit). volume obat suntik 0,1 -
Penggolongan 0,2 ml
sediaan 2. subkutan ( bawah kulit) ,volume< 1 ml
parenteral 3. intramuskular( di intara jaringan ), larutan
cepat diserap sedang suspensi,atau larutan
obat dalam minyak lambat penyerapannya.
Volume sampai 20 ml masih dapat
disuntikkan
9
Penggolongan berdasarkan cara
penyuntikan
1. Intrakutan ( kulit). volume obat suntik 0,1 :-0,2 ml
2. Subkutan ( bawah kulit) ,volume< 1 ml
3. Intramuskular( di intara jaringan ), larutan cepat diserap
sedang suspensi,atau larutan obat dalam minyak lambat
Penggolongan penyerapannya. Volume sampai 20 ml masih dapat
sediaan disuntikkan
11
Apa keuntungan dan kerugian penggunaan
sediaan parenteral?
12
Pertama Memberikan efek yang cepat
13
Apabila sudah masuk ke dalam tubuh
Pertama susah untuk dikeluarkan terutama
apabila terjadi kasus toksisitas
Kerugian
Kedua Hargal relatif lebih mahal
14
Rute Pemberian Sediaan Parenteral
15
Rute 1. Rute Transdermal (ID)
2. Rute Subkutan (Sc)
Pemberian 3. Rute Intramuskular (IM)
sediaan 4. Rute Intravena (IV)
5. Rute Intraarteri
parenteral 6. Rute Lain
16
1. Rute
Transdermal • Pada pemberian secara intradermal, atau dapat
(ID) pula intrakutan, obat disuntukkan pada lapisan
superfisial kulit
• Melalui rute ini, volume larutan yang disuntikkan
biasanya dalam jumlah kecil, hanya 0,1 mL
untuk sekali pakai. Biasanya cara ini
dicadangkan untuk pengujian diagnostika dan
dalam jumlah terbatas untuk vaksin
• Absorpsi melalui rute ini lambat, menyebabkan
hasil kerja onset obat pun lambat.
17
2. Rute
• Injeksi volume kecil dilakukan pada jaringan
Subkutan (Sc)
longgar di bawah kulit, biasanya pada
permukaan terluar dari lengan datau paha.
• Respons obat yang diberikan dengan cara ini
lebih cepat daripada respons obat yang
diberikan secara intradermal.
18
• Injeksi secara intramuscular dapat dilakukan pada
massa otot
• Lokasi yang biasa digunakan adalah otot deltoid
(segitiga) pada lengan bagian atas, dimana
disuntikkan sebanyak 2 mL larutan obat
• Volume lebih besar maksimal 5 mL dapat
3. Rute diinjeksikan ke dalam otot gluteal medial dari
itramaskular (IM) setiap penonjolan (buttock)
• Absorpsi melalui rute intramuscular berlangsung
lebih cepat daripada rute subkutan, dapat ditunda
atau diperlama dengan cara pemberian obat dalam
bentuk suspense steril, baik dalam pembawa air
maupun minyak 19
• Larutan bervolume besar atau kecil dapat diberikan
ke dalam vena untuk mendapatkan efek lebih cepat
• Hasilnya dapat diperkirakan, tetapi pemberian
melalui rute ini potensial berbahaya Karena tidak
dapat mundur begitu obat sudah diberikan
• Larutan obat yang mengiritasi dapat diberikan
4. Rute menurut rute ini Karena terjadi pengenceran secara
intravena (Iv) cepat oleh darah dan cairan intravena dapat
diberikan sebagai pengencer
• Metode pemberian ini tidak terbatas pada vol dan
jumlah serta lokasi, menyebabkan cara ini mudah
dilakukan.
20
• Rute intraarteri tidak sering digunakan.
• Alasan lazim untuk memanfaatkan rute
intraarteri adalah memasukkan material radio
opak (bahan kontras) untuk tujuan diagnostic,
seperti untuk arteriogram.
5. Rute Intra • Beberapa obat neoplastic seperti metotreksat
Arteri diberikan melalui rute ini.
• Selain itu, kemungkinan terjadi spasmus arteri
yang selanjutnya dapat diikuti oleh gangrene
merupakan bagian (resiko) dari penyuntikan
dengan cara ini.
21
Thank you for watching...
Any questions?
“terimakasih atas perhatian temen teman semua,
semoga bermanfaat.”
“Assalamu’alaykum warahmatullahi
wabarakatuh”