Anda di halaman 1dari 83

Kuliah 21-22 November 2016

Anatomi, Fisiologi & Pemeriksaan


Faring Laring

dr. Stephani Linggawan, SpTHT-KL

FK. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


1
ANATOMI FARING

2
VESTIBULUM CAVUM ORIS OROFARING
ORIS • Diantara Proc. • Diantara Ismus
• Diantara bibir – Alveolaris gigi s/d fausium s/d
mucosa pipi s/d Ismus facium dinding belakang
Proc. Alveolaris • Berhubungan dg faring
gigi lidah, palatum,
dan dasar lidah

3
VASKULARISASI

Lidah  A. Lingualis LIDAH


Dasar mulut  A. Sublingual -Motoris : N. XII
Pipi  A. Facialis - Sensoris : N. Lingualis, N. X
Palatum  A. Faring asc - Pengecapan :
A. Palatina desc. - 2/3 depan : korda timpani +
N. Lingualis
V. Facialis  Plx. Pterygoid - 1/3 belakang : Cab. N. IX
 V. Jugularis Interna
DASAR MULUT
Aliran limfe -Motoris : Cab. N. Mandibularis.
Submental, submandibula & parotis - Sensoris : Cab. N. V
 Int. Jugular chain
PALATUM
Aliran limfe pangkal lidah & dasar Motoris : N. IX, X, V, VII
mulut
 ipsilateral & kontralateral

4
FARING

kantong fibromuskuler bentuk spt


corong dari dasar tengkorak s/d tepi
bwh kartilago krikoid
panjang ± 14cm

Nasofaring = epifaring
 Setinggi C1
Orofaring = mesofaring
 Setinggi C2, C3
Laringofaring = hipofaring
 Setinggi C4, C5, C6
5
NASOFARING
Batas-batas
Atas : dasar tengkorak
Bawah : palatum molle
Depan : koana
Belakang : vertebra cervicalis
Lateral : ostium tuba Eustachius, torus tubarius,
fossa Rossenmuler, recesus faringeus

Struktur penting
1. Adenoid
2. Jaringan limfoid ddg lateral faring, recesus faring
fossa Rossenmuler
3. Torus tubarius, muara tuba Eustachius
4. Koana
5. Foramen Jugulare (N. IX, X, XI, v. jug. Int)
6. Bagian petrosus os temporal
7. Foramen lacerum (N.III, IV, VI) 6
 Mukosa fungsi pernafasan
Epitel berlapis torak bersilia dengan sel goblet

Pada perbatasan dengan oropharynx  epitel transisional

 Vaskularisasi
Cabang. A. carotis eksterna
A. carotis interna dibagian lat. bersama a. faring asenden

 Aliran limfe
 KGB Retrofaring, KGB cervic. profunda

 Persyarafan
- Motoris : N. X.
- Sensoris : N. IX.
Cabang Maksilaris N. V
N. Vidianus
Ganglion Sfenopalatina 7
OROFARING

Batas-batas
Atas : palatum mole
Bawah : tepi atas epiglotis
Depan : cavum oris
Belakang : vertebra cervicalis

Struktur penting
1. Dinding faring posterior
2. Tonsila palatina, fossa, arcus ant - post
3. Uvula
4. Tonsila lingualis
5. Foramen caecum
8
9
FOSSA TONSILLARIS
- arcus anterior : m.palatoglosus
- arcus post : m.palatofaring
- lateral : m.konstriktor faring superior
- Pole atas : jaringan ikat kendor (fossa supratonsil)
 tempat abses

Cincin Waldeyer
Nasofaring : Adenoid
Tonsil. Tubarius
Orofaring : Tonsil. Palatina
Tonsil. Lingualis
Lateral bands.
Laringofaring : jaringan limfoid ventr. laring 10
11
 MUKOSA
 fungsi pencernaan  Epitel gepeng berlapis tidak bersilia

 VASKULARISASI
Cabang A. Carotis Eksterna
Pole atas : A. Faringica asenden
A. Paltina minor
Pole bawah : A. Palatina asenden
Cabang tonsil A. Fasialis
Cabang tonsil A. Lingualis dorsalis

V. Fasialis  Plx. Pterigoideus  V. Jugularis interna


Aliran limfe
KGB Retrofaring  Lnn. Jugularis profunda
Bagian inferior  KGB Parafaring  Lnn. Thoracalis

 PERSYARAFAN
- Motoris : N. IX, X, XI, VII
- Sensoris : N. IX
12
LARINGOFARING
Batas-batas
Atas : tepi atas epiglotis
Bawah : introitus esofagus
Depan : laring
Belakang : vertebra cervicalis

Struktur penting
1. Valekula
2. Epiglotis
3. Sinus piriformis
4. M.konstriktor faring inferior

13
Valekula = pill pocket
Berupa 2 cekungan
Dibentuk oleh lig. Glosso Epigl.
Medial & Lateral

Epiglotis
proteksi glotis saat menelan

Regio post-cricoid
dibelakang laring

Fossa piriformis
disamping laring

14 14
 MUKOSA
~ orofaring  fungsi pencernaan
Epitel gepeng berlapis tidak bersilia

 VASKULARISASI
~ orofaring

PERSYARAFAN
- Motoris : N. IX, X, XI, VII
- Sensoris : N. X

15
RUANG FARINGEAL
1. RUANG RETROFARING
Batas-batas
Atas : Dasar tengkorak
Bawah : Tepi bawah fasc. Cerv.
Depan : Dind. Belk. Ph.
Belakang : Vert. Cerv.
Lateral : Fossa pharyngomax

Isi : jaringan Ikat kendor , fascia prevertebralis, KGB


 sering terjadi abses pada bayi & anak

16
2. RUANG FARINGOMAKSILA = PARAFARING
Bentuk kerucut
Dasar : Dasar tengkorak dekat Foramen jugulare
Puncak : Cornu majus os hyoid
Batas
Dalam : M. konstriktor faring superior
Luar : Ramus asc. mandibula + M. pteryg. interna
Post. : Parotis
Dorsal : M. prevertebralis

1. Anterior = Pre-stiloid
 supurasi dari tonsil, mastoid, os petrosus,
caries dentis.  abses
2. Posterior = Post-stiloid
 berisi carotis sheath
(A. carotis interna, V. Jugularis interna, N. X)
17
FISIOLOGI FARING

18
FISIOLOGI NASOFARING

• Fungsi utama : pernapasan


• Ventilasi & drainase dari cavum timpani melalui tuba
Eustachius
• Drainase dari hidung
• Resonansi (pembentukan suara)

19
FISIOLOGI OROFARING & LARINGOFARING

• Saluran pernapasan & drainase dari nasofaring


• Saluran pencernaan dari mulut
• Resonansi suara
• Jaringan limfoid cincin Waldeyer  imunitas,
menghancurkan kuman patogen, membentuk antibodi
spesifik (imunoglobulin) & limfosit
• Proses menelan

20
PROSES MENELAN
FARING
persimpangan jalan proses menelan & pernapasan

Proses menelan :
1. Fase Oral ~ volunter (sengaja)
2. Fase Faringeal ~ involunter (reflek / otomatis)
3. Fase Esofageal ~ involunter

21
FASE ORAL
1. makanan dibawa dari rongga mulut  faring
2. dasar mulut, os hioid, laring ditarik ke atas & depan ~
kontraksi m. milohioid
3. ujung lidah menekan palatum
durum + gerakan lidah dari
anterior ke posterior
4. kontraksi m. stiloglosus &
palatoglosus  ismus fausium
menyempit  makanan
terdorong ke orofaring

22
22
FASE FARINGEAL
• bolus makanan menyentuh ddg bel faring  awal reflek
menelan
• larnig diangkat & ditarik ke anterior  laring tertutup
epiglotis
• palatum mole bergerak ke atas, hub. nasofaring &
orofaring tertutup ~ gerakan m. tensor palatini & m.
levator veli palatini
• Pusat pernapasan di medula dihambat oleh pusat
menelan (apnea deglutisio)

23
FASE ESOFAGEAL
• makanan dalam esofagus
• mengikuti gerak peristaltik lambung

24
25
25
PEMERIKSAAN FARING

26
FARINGOSKOPI

Inspeksi
- Ptialismus, trismus
- Gerakan bibir dan sudut mulut (N.VII)
- Mukosa dan ginggiva atau geraham rusak  sinusitis
maksilaris (caries gigi P2, P1, M1, M2, M3)
- Lidah  paresa N. XII, atrofi, aftae, tumor malignant
- Palatum durum (torus palatinus), prosesus alveolaris
bengkak  radang atau tumor sinus maksilaris
Palpasi
- Bila ditemukan ulkus di lidah  karsinoma
Perkusi
- Gigi dan geraham rasa sakit  radang
27
Tonsil & Faring
Mulut dibuka lebar-lebar, lidah
tarik ke dalam, dilunakkan &
ditekan ke bawah, di bagian
medial.
 Penderita disuruh bernapas:
- tidak boleh menahan napas
- tidak boleh napas keras-
keras
- tidak boleh ekspirasi /
mengucap “ch”
 Lidah ditekan anterior tonsil
s/d kelihatan pole bawah tonsil
28
a. Memeriksa besar tonsil
T0 : tonsil dalam fosa tonsil atau telah diangkat
T1 : besarnya ¼ arkus anterior – uvula
T2 : besarnya ½ arkus anterior – uvula
T3 : besarnya ¾ arkus anterior – uvula
T4 : besarnya mencapai uvula atau lebih

29
b. Memeriksa mobilitas tonsil
Menggunakan 2 spatula
Spatula 1 : letakkan diatas lidah anterior tonsil
(paramedian)
Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal
menekan jaringan peritonsil,
sedikit lateral dari arkus anterior
Fiksasi  tumor tonsil
Mobil, nyeri  tonsilitis kronis

30
c. Memeriksa patologi tonsil dan palatum mole

Perhatikan patologinya:
• semua merah, titik putih pada tonsil  tonsilitis akut
• arkus anterior merah  tonsilitis kronik
• nyeri penekanan  aftae
• isthmus faucium kecil, tonsil terdesak ke medial,
sekitar tonsil oedem dan hiperemi, uvula terdesak
heterolateral, oedem  abses peritonsil
• pseudomembran warna kotor, bila diangkat mudah
berdarah, bull neck  difteri
• tonsil keras, terfiksasi  tumor tonsil
• duri, tulang  korpus alienum

31
d. Memeriksa patologi faring

 mukosa faring oedem, hiperemis  faringitis akut


 hanya granulae hiperemi  faringtis kronik
 aftae
 difteri
 ulkus sifilis
 sikatriks
 korpus alienum

32
e. Memeriksa paresis palatum mole
• Normal
saat istirahat : uvula menunjuk ke bawah, konkavitas
palatum mole simetris
ucapkan “aa, ee” : bergerak-gerak, tetap simetris
• Paresis bilateral
istirahat : seperti normal
ucapkan “aaa, eee” : mungkin uvula sedikit bergerak
• Paresis unilateral
istirahat : seperti normal
ucapkan “aaa, eee” : palatum mole terangkat ke sisi sehat,
uvula miring, menunjuk ke sisi sehat, konkavitas asimetris
 tumor nasofaring, paresa N. X

33
34
ANATOMI LARING

35
Laring

1. Kartilago Epiglotis
2. Jaringan lemak
3. Kartilago tiroid
4. Ventrikulus laring
morgagni
5. Plika vokalis
6. Membrana krikotiroid
7- 8. Kartilago krikoid
9 -10. Kartilago aritenoid
11. Plika ventrikularis
12. Kartilago kornikulatum
13. Kartilago kuneiforme

36
Struktur Rangka Laring
• Os hioid
• Kartilago tiroid
• Kartilago krikoid (satu-satunya yg berbentuk cincin)
• Kartilago epiglotis
• Kartilago aritenoid (sepasang)
• Kartilago kornikulata (sepasang)
• Kartilago kunaeiformis
• Kartilago tritisea (didlm ligamen hiotiroid lateral)

37
37
38
38
abduktor

39
39
40
40
Persendian
 Artikulasi krikotiroid
 Artikulasi krikoaritenoid

Ligamen & Membran


 Membran tirohioid
 Ligamen hioepiglotik
 Membran krikotiroid

41
41
Muskulus
• Muskulus ekstrinsik
 Suprahioid
 Diatas os hioid, berfungsi menarik laring
kebawah
 Infrahioid
 Dibwh os hioid, berfungsi menarik laring keatas
• Muskulus intrinsik
 gol. adduktor (5 pasang)
 menggerakkan KV ke media (adduksi)
 gol. abduktor (sepasang)
 menggerakkan KV ke lateral (abduksi)
42
Muskulus ekstrinsik
Suprahioid
(diatas os hioid, berfungsi menarik laring ke bawah)
 m digastrikus
 m geniohioid
 m stilohioid
 m milohioid
Infrahioid
(dibwh os hioid, berfungsi menarik laring ke atas)
 m sternohioid
 m omohiod
 m tirohioid

43
Muskulus Intrinsik
Berfungsi untuk menggerakkan pita suara :
 gol. adduktor (5 pasang)  menggerakkan KV ke medial
1. mm. krikoaritenoid lateral (d/s)
2. mm. tireoaritenoid (d/s) = m. vokalis
3. mm. krikotiroid
4. mm. interaritenoid obligus (2 bersilang)
5. mm. interaritenoid transversus (tunggal)
 gol. abduktor (sepasang)  menggerakkan KV ke lateral
 m krikoaritenoid posterior

44
44
abduktor
45
Muskulus

46
47
47
Vaskularisasi
AV. Laringis superior & AV. Laringis inferior

Aliran limfe
Superior KV  Lnn. cervicalis profunda superior
Inferior KV  Lnn. cervicalis profunda inferior & Lnn. mediastinum

Persarafan ~ cabang N.X


N. laringis superior  Ramus eksterna
(motorik  m. krikotiroid)
Ramus interna
(sensorik  mukosa dalam laring)
N. laringis inferior  Ramus anterior
(motorik otot intrinsik laring yg lain, kec
m.krikotiroid oleh ramus eksterna laringis
superior)
Ramus posterior
(sensorik)

48
Persarafan

Perjalanan ka-ki beda, dimana n. laringis inferior kiri perjalanannya lbh pjg krn
mengelilingi aorta, sdg yg kanan lbh pendek krn hanya mengelilingi arteri
subklavia. Krn perjlnnya lebih panjang  lebih sering mengalami ggn, oleh krn
itu parese plica vokalis lbh sering sblh kiri. 49
FISIOLOGI LARING

50
FISIOLOGI LARING

• Organ penghasil suara


• Proteksi jalan napas
• Respirasi
• Proses bicara (fonasi)
• Proses Batuk

51
Syarat suara nyaring :
1. anatomi korda vokalis normal
2. fisiologi harus normal
• KV dpt bergerak ke medial
• KV dpt merapat di median
3. arus udara yg cukup kuat dari paru

52
53
54
55
PERGERAKAN PITA SUARA

56
PEMERIKSAAN LARING

57
Pemeriksaan Laring

1. Pemeriksaan luar : inspeksi, palpasi


2. Laringoskopi indirek : cermin laring
3. Laringoskopi direk : laringoskop rigid/ fiber optik
4. Pemeriksaan kelenjar leher
5. Pemeriksaan X – foto rontgen

58
Pemeriksaan luar

Inspeksi : warna dan keutuhan kulit, benjolan


daerah leher sekitar laring

Palpasi : - mengenal bagian kerangka laring dan


cincin trakea
- adakah oedem, struma, kista, metastase
- laring normal  mudah digerakkan
kanan kiri oleh pemeriksa

59
Laringoskopi indirek

Maksud : melihat laring tidak langsung dengan bantuan


cermin yang disinari dengan cahaya
Syarat :
- terdapat jalan lebar untuk cahaya yang dipantulkan cermin
dari faring ke laring
 lidah dikeluarkan  radiks lingua ke ventral
- tempat yang luas buat cermin, tidak tertutup uvula.
 penderita bernapas lewat mulut  uvula bergerak
ke atas menutup jalan nasofaring

60
Alat yang dipergunakan:
- sumber cahaya : lampu kepala
- cermin laringoskop
- kasa
- lampu spiritus

Bahan:
- tetrakain 1 % (untuk yang sensitif)

61
Cara pemeriksaan
• Px duduk tegak, pinggang membungkuk ke depan,
kepala sedikit tengadah
• Px membuka mulut & menjulurkan lidah
• Lidah dipegang optimal dipertahankan dengan jari
tengah kiri menggunakan kasa
• Cermin dihangatkan, suhu diperiksa pada punggung
tangan pemeriksa sebelum digunakan
• Cermin laring ditempatkan di depan palatum mole
dan diangkat ke atas sehingga tidak menyentuh
lidah & faring posterior maka akan tampak
pandangan hipofaring & laring
• Px diminta untuk mengucap e e e, tindakan ini
diulang beberapa kali untuk melihat gerakan pita
suara.
62
63
• korda vokalis
• plika ventrikularis
• epiglotis
• komisura anterior
• komisura posterior
• plika ariepiglotika
• fosa piriformis
• kartilago aritenoid
• dinding belakang faring
• radiks linguae
• sinus Morgagni
• konus elastikus

64
Perhatikan patologi laring
- radang : semua merah  laringitis akut
- ulkus : pada komisura posterior, korda vokalis
 laringitis TBC
- oedem : radang, alergi, tumor
- cairan : sputum hemoragis  TBC, keganasan
- tumor : benigna  papiloma, polip, nodul, kista
maligna  karsinoma

Perhatikan pergerakan korda vokalis


- normal  simetris, gerakan abduksi dan adduksi
- tidak bergerak  paresa unilateral/ bilateral

65
Terima Kasih

66
ANATOMI LARING
Berbentuk limas segitiga terpancung terbalik
Kerangka laring terdiri dari :
 1 (satu) tulang : tulang hioid
 6 (enam) tulang rawan :
• kartilago tiroid (terbesar)
• kartilago krikoid (satu-satunya tulang rawan yg
berbentuk cincin  sangat
menentukan diameter lumen
laring)
• kartilago epiglotis
• kartilago aritenoid d/s bercokol di atas kartilago
krikoid
• kartilago kornikulata d/s
• kartilago kuneiforme d/s 67
68
69
Ditunjang oleh ligamen-ligamen :

• Lig. Keratokrikoid Ant + Lat + Post


• Lig. Krikotiroid Med + Post
• Lig. Kornikulofaringeal
• Lig. Hiotiroid Med + Lat
• Lig. Hioepiglotika
• Lig. Ventrikularis
• Lig. Vokalis
• Lig. Tiroepiglotika

70
Gerakan laring dilakukan oleh :
• Otot ekstrintik :
 Klmpk Suprahioid  sbg elevator laring
Disarafi N.V (trigeminus), VII (facialis), IX (glossopharyngeus)
Terdiri dari :
m. Digastrikus
m. Geniohioid
m. Stilohioid
m. Milohioid
 Klmpk Infrahioid  sbg depresor laring
Disarafi ansa hipoglosi C2-3
Tdd : m. Sternohioid
m. Omohioid 71
m. Tirohioid
• Otot Intrinsik
 Kelompok Abduktor : m. Krikoartitenoid post
 Kelompok Aduktor : m. Krikoartenoid lat
m. Interaritenoid Oblik
m. Interaritenoid Tranv
m. Tiroaritenoid Ext
 Kelompok Tensor : menegangkan plica vocalis
m. Tiroaritenoid Interna
m. Krikotiroid
Semua otot ini berada di dalam lumen laring kecuali krikotiroid 
berada di luar lumen laring
72
Rongga Laring diliputi oleh epitel
• Batas :
Atas : Aditus laring
Bawah : Tepi bawah kartigo krikoid
Depan : Permukaan posterior epiglotis
tuberkulum epiglotis
Lig. Tiroepiglotika
Sudut antara kedua lamina
kartilago tiroid
Arkus kartilago krikoid
73
Lateral : Membran quadrangularis
Kartilago aritenoid
Konus elastikus
Arkus kartilago krikoid
Belakang : M. Interaritenoid transversus
Lamina kartilago krikoid
• Diliputi mukosa jenis epitel silindris bersilia &
epitel skuamos pada daerah :
Plika vokalis
Permukaan anterior(superior) epiglotis
Plika ariepiglotika
Komisura posterior
Daerah-daerah ini merupakan daerah yg srg 74
terkena trauma shg butuh epitel yg lebih kuat
75
76
Reinke’s space
Latero superior conus
elasticus  daerah
pemicu bbrp klnn laring
77
Daerah kedua korda vokalis
ka-ki

Submukosa pd bayi lbh vaskuler  mdh tjd oedem yg hebat pd laring bila tjd infeksi  obstruksi hebat.
Penurunan 1 mm oedem laring maka penurunan airway pd bayi >50%. Sdg pd dewasa kurang dari 10%. Krn tepi
epiglotis masih tumpul maka penutupan laring masih inkompeten. Oleh krn itu pd waktu mkn anak hrs
diperhatikan posisinya. IM : intermuskuler, IK : Inter kartilago 78
FISIOLOGI LARING
1.Fungsi proteksi 4. Fungsi emosi
2.Reflek batuk 5. Fungsi fonasi
3.Fungsi respirasi dan sirkulasi
1. Fungsi proteksi
• Scr filogenesitas  fungsi yg berkembang pertama
kali
• Mencegah masuknya benda asing ke trakea
• Dengan mekanisme :
 Penutupan sfingter laring (epiglotis menutup aditus
laring)
 Tahan nafas sesaat  peningkatan tknn laring  scr
reflek menyebabkan terbukanya
sfingter laring secara mendadak
 Reflek batuk 79
2. Reflek batuk
• Mekanisme sfingter laring bekerja
• Tekanan udara subglotis meningkat
• Merangsang mekanisme sfingter laring utk
relaksasi secara mendadak
• Udara bertknn dari subglotis keluar serentak
sebagai batuk yg mampu mendorong benda asing
atau sekret dari trakhea/laring  ke hipofaring
3. Fungsi respirasi dan sirkulasi
• Diperankan oleh pembukaan rima glotis gerakan plica
vocalis ke arah lateral
• Kontraksi otot abduktor menyebabkan rima glotis
melebar
• Volume udara respirasi meningkat
• Tekanan udara alveolus meningkat 80

• Tekanan udara sirkulasi meningkat


4. Fungsi emosi
• Diperankan oleh plika vokalis
• Perubahan amplitudo & frekwensi getaran
plika vokalis akan menghasilkan suara yang
mengekspresikan emosi
• Cth : merintih (kalo orang sakit, kekuatannya
berkurang, suara tidak seperti org sehat), mengeluh,
berteriak, tertawa terbahak
5. Fungsi fonasi
• Diperankan oleh otot intrinsik
• Tinggi rendah suara diatur dgn perubahan
peregangan plika vokalis oleh otot tensor
81
82
Plika vokalis aduksi
m. Krikotiroid m. Krikoaritenoid
posterior

Tiroid ke anteroinferior Aritenoid ke posterior

Aritenoid dan tiroid saling menjauh


m. Interaritenoid

Plika vokalis efektif berkontraksi siap digetarkan


m. Krikoaritenoid lateral
Aritenoid keanterior

Plika vokalis mengendor


Pd saat mau bernafas tjd kontraksi m. krikoarit lat  aritenoid bergeser ke depan
 jrk aritenoid & tiroid jd lbh dekat  korda vokalis jd kendor  siap utk dilewati
83
udara insprasi.

Anda mungkin juga menyukai