BULLYING
Oleh :
PEMBIMBING :
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis mendapat kemudahan untuk menyelesaikan tugas referat yang berjudul “Bullying”.
Dalam pembuatan referat ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: .
1. dr. Lila Nurmayanti, Sp.KJ sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
2. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah membantu dalam
Dalam penulisan referat ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan tingkatan. Pada saat lahir,
manusia sebagai individu tumbuh dan berkembang di lingkungan. Pada fase ini, bayi
ditanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Bertumbuh dewasa dan menjadi
remaja, manusia sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas daripada
keluarga. Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas. Individu mulai berinteraksi
dengan teman sebayanya. Hal ini membuat keterampilan sosial individu makin meningkat.
Jika nilai-nilai yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya diserap dengan baik, maka
keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu tersebut bisa menjadi lebih baik. Hal itu
disebabkan karena manusia tumbuh dan berkembang dari fase ke fase tanpa meninggalkan
apa yang telah ia pelajari dari fase sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi nilai-nilai
yang ditanamkan keluarga kurang terserap oleh anak, maka bisa jadi perkembangan perilaku
seperti kenakalan dan perilaku-perilaku beresiko lainnya, salah satunya adalah bullying.1
oleh seorang individu kepada individu lain dengan maksud untuk menyakiti atau
menimbulkan perasaan tertekan atau setress. Bullying tidak hanya mengakibatkan kerugian
dan tekanan tetapi juga mengakibatkan gangguan emosi dan gangguan perkembangan yang
dapat terjadi hingga remaja dan dewasa pada anak yang menjadi korban. Pelaku bullying juga
8 hingga 50% di beberapa negara Asia, Amerika dan Eropa. Di tingkat Asia, kejadian
bullying pada siswa di sekolah mencapai angka 70%. Tindakan bullying menempati
peringkat pertama dalam hal-hal yang menimbulkan ketakutan di sekolah. Indonesia menjadi
urutan pertama pada riset yang dilakukan oleh LSM Plan International dan International
Center for Research on Women (ICRW) terkait bullying, riset ini dilakukan di beberapa
negara dikawasan Asia. Sebanyak 84% anak di Indonesia mengalami bullying di sekolah,
sekitar 9000 anak terlibat dalam riset ini berusia 12-17 tahun. Menurut Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), kasus bullying di sekolah menduduki tingkat teratas pengaduan
tiga kota besar Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat
kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat
Secara sudut pandang hukum, pemerintah Indonesia telah menetapkan sanksi dikaitkan
dengan perilaku bullying. Sanksi tersebut diatur pada kitab Undang-Undang Hukum Pidana
pasal 170, 289, 300, 333, 335, 336, 351, 368, 369. Pelaku bullying terhadap anak dapat
sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Pencegahan tindakan bullying ini memerlukan kerjasama seluruh pihak, tidak hanya dari
peran pemerintah dalam membentuk aturan yang tegas terhadap kasus bullying. Orangtua
memiliki peran yang penting dalam membina komunikasi dengan anak. Selain itu, peran
sekolah juga penting karena tindakan bullying paling banyak terjadi di sekolah. Peran
sekolah harus menyediakan teman yang aman dan bebas dari intimidasi sehingga setiap anak
Pencegahan masalah perilaku bullying pada anak dan remaja bukan hanya menjadi tugas
orang tua dan sekolah, peran masyarakat dan negara juga dibutuhkan dalam upaya
pencegahan dan penanganan perilaku bullying. Semua yang terlibat dalam bullying (pelaku,
korban atau yang menyaksikan) membutuhkan dukungan. Sikap guru atau orang tua yang
mengetahui anaknya menjadi pelaku atau menyaksikan atau menjadi korban bullying
sebaiknya harus tenang jangan bereaksi berlebihan dan tunjukkan sikap unconditional love
Bantu anak atau remaja untuk menumbuhkan self-esteem (harga diri) yang baik. Anak
atau remaja dengan self-esteem (harga diri) yang baik akan bersikap dan berpikir positif
menghargai dirinya sendiri menghargai orang lain percaya diri optimis dan berani
menyatakan haknya.
Membina komunikasi yang baik antara orang tua dan anak mendiskusikan dengan anak
Menjadi model atau contoh panutan yang baik bagi anak atau remaja bagaimana
Menghentikan dan mendampingi anak atau remaja dalam menyaksikan acara TV atau
DAFTAR PUSTAKA
3.Sejiwa. 2008. Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak.
Jakarta : PT Grasindo.
4. Astuti, P.R. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak.
Jakarta: Grasindo.
Anak. Lembaran Negara RI tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara. Jakarta.
6.Surilena. Perilaku Bullying (Perundungan) pada Anak dan Remaja. CDK. 2016;43(1):35-8.