Pterygium
Oleh :
Utari R. Najiah
1308012059
Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
PENDAHULUAN
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif.
Pterigium berbentuk membran segitiga dengan puncak di daerah kornea dan basisnya
terletak pada celah kelopak (fisura palpebra) bagian nasal atau pun temporal dari
konjungtiva
double pterigium
Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma,
radang, atau proses degenerasi
Pada tahap awal pterigium penderita sering matanya terasa panas, perasaan
menganjal seperti ada benda asing, sering merah dan terjadi kemunduran tajam
penglihatan akibat astigmat kornea
PENDAHULUAN
Pterigium lebih sering ditemui di daerah beriklim tropis dan subtropis (ekuator)
Cameron yang menyatakan angka kejadiaan pterigium semakin meningkat bila
mendekati garis khatulistiwa. Khususnya daerah yang berada di antara 37° lintang
utara dan 37° lintang selatan yang disebut dengan pterygium belt
Daerah tropis 44x dibanding non-tropis
prevalensi tertinggi > 40 tahun, jarang terjadi < 20 tahun
laki-laki : perempuan = 2:1
PATHOPHYSIOLOGY
Strong association between UV light exposure and formation of pterygium.
More common- in patients who worked outdoors.
In welders than other factory workers.
UV Exposure: May induce hyperplasia in limbal cells. These altered cells invade the cornea and
limbus which moves centripetally with them. This explains wing shape of the pterygium
PATHOPHYSIOLOGY
PATHOPHYSIOLOGY
ALBEDO HYPOTHESIS DRY & DUSTY ENVIRONMENT
Light entering the temporal limbus at 90degree is Drying of the tear film by wind devitalizes tissue of
concentrated at medial limbus. medial 3rd of the palpebral aperture.
Related to corneal curvature. This allows the actinic radiation to damage the
This explains the predominance of medial conjunctival, corneal epithelium and bowmans
pterygium. membrane.
IMUNOLOGY
MICROTRAUMA Cell bound IgE irritant complexes initiate the
Mechanical irritation by dust particles, enhanced release of inflammatory mediators from mast cells.
by tear flow from lateral to medial. Release of stimulatory factors. Development of
pterygium.
PATHOPHYSIOLOGY
GENETC PREDISPOTITION
Expression of vimentin.
P53 mutation leads to decreased apoptosis and
increased TGF-b which leads to increased growth.
RECURRENT PTERYGIUM- stem cells are more
scattered and expression pattern is more denser. HYPOXIA
Increase in non perfusion areas and attenuated
vessels in nasal limbus during early stage of
pterygium causes recruitment of progenitor cells.
VIRAL MARKERS
infection with HPV and herpes virus is considered
as risk factor(rare)
TREATMENT
Non Operative Operative
Indications :
1. Extension to the visual axis and
Tear substitutes Inflammation induced astigmatism.
Topical steroids 2. Recurrent irritation.
Sunglasses- to reduce UV exposure 3. Cosmetic- patient should be
and decrease growth stimulus explained there is fairly high risk
of recurrence, which may be more
unsightly
Post Operative Care
•Avoid exposure to sunlight.
•Use of dark sun glasses.
• Topical steroid antibiotic drops, topical NSAIDS,
artificial tears.
•POD3/5 graft acquires redness.
•Complete healing expected between 6- 8weeks.
Topical medications should be tapered. Lubricants
should remain for 3months.
• Instruction to patient: avoid exposure to sunlight.
Complication
Graft failure.
Granuloma formation.
Conjunctival infection.
Suture detachment.
Delayed healing.
Recurrence.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AB
TL/Usia :18 Februari 1966/52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Penfui
Agama : Kristen Prostestan
Status Pernikahan : Sudah menikah
No. RM : 486130
Tanggal Pengambilan Kasus : 23 April 2018
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata menurun terlebih pada mata kiri sejak + 1
tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatan menurun pada kedua mata terlebih pada mata kiri sejak
+ 1 tahun yang lalu. Mata kiri merah berulang sejak sekitar enam bulan yang lalu.
Penderita merasa matanya perih dan panas terutama bila mata kena cahaya matahari,
debu, atau angin. Penderita juga merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal
ketika menutup mata kirinya. Awalnya penderita merasa gatal pada kedua mata,
kemudian penderita mengucek-ngucek matanya. Rasa gatal kemudian diikuti dengan
rasa perih dan panas yang disertai dengan pengeluaran air mata dan mata menjadi
merah. Keluhan-keluhan ini terutama timbul saat penderita sedang beraktifitas di luar
rumah yaitu saat mata penderita kena debu, angin, dan sinar matahari. Sejak 6 bulan
ini, untuk mengurangi gejala tersebut pasien menggunakan obat tetes mata yang
dibelinya di apotek namun tidak ada perbaikan. Riwayat trauma -
RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat penyakit Dahulu
Tidak pernah berobat sebelumnya, HT dan DM disangkal
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai gejala yang sama
Riwayat Kebiasaan
Pasien menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sebagai ibu rumah tangga,
apabila beraktivitas di luar rumah pasien tidak menggunakan kacamata pelindung
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital :
TD :110/80 mmHg, N : 84 x/menit, reguler, kuat, RR: 20 x/menit, S : 36,4°C
Kepala : normocephal
Mata : conjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : rhinorrhea -/-
Telinga : otorrhea -/-
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thoraks : Ekstremitas
I : pengembangan dada simetris
Akral hangat, edema -/-, CRT <2”
P : nt (-)
P : sonor pada kedua lap. Paru
A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen :
I : datar, supel, distensi (-)
A : BU (+), kesan normal
P : nyeri tekan s (-), massa (-), hepar lien ttb
P : tympani
Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
Visus VOD : 5/15 PH 5/5 koreksi VOS : 5/60 PH 5/6 koreksi
tetap
tetap
STATUS LOKALIS
Gerakan Bola Mata Baik ke segalah arah, tidak Baik ke segalah arah, tidak terasa
terasa nyeri nyeri
Palpebra sup + inf
- Edema - -
- Hiperemi - -
- Arah pertumbuhan bulu N N
mata Krusta (-) Krusta (-)
- Margo palpebra
Konjungtiva palpebra sup + inf Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
Pterigium (+) Pterigium (+)
Penebalan (+) Penebalan (+)
Kornea Jernih Jernih
Permukaan cembung Permukaan cembung
Infiltrasi (-) Infiltrasi (-)
Pterigium (+) Pterigium (+)
COA N N
Iris Warna coklat, bentuk normal Warna coklat, bentuk normal
OS pro avulsi
PROGNOSIS
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Menurut kepustakaan
umumnya pterigium bertumbuh secara perlahan dan jarang sekali menyebabkan
kerusakan yang bermakna, karena itu prognosisnya adalah baik.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pterigium dapat menyebabkan gangguan penglihatan serta iritasi yang sering
mengganggu. Penanganan pterigium dilakukan secara konservatif dan operatif
dengan hasil perbaikan visus, kosmetik, dan radang dapat dicegah.
Resume : Seorang penderita perempuan, 52 tahun datang ke Poliklinik Mata
RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang dengan keluhan utama penurunan
penglihatan pada mata kiri dan sering merah berulang. Mata juga terasa seperti
terganjal sesuatu sejak sekitar enam bulan lalu. Perih (+), panas (+), mata merah
(+), gatal (+), lakrimasi (+). Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD 4/60
VOS 5/15, Pemeriksaan slit lamp yaitu ditemukan pada mata kanan kornea murni
ditutupi oleh membran berbentuk segitiga yang puncaknya belum melewati
setengah jarak antara limbus dan pupil sedangkan pada mata kiri didapatkan
puncaknya telah menutupi pupil. Sehingga penatalaksanaan yang dilakukan
adalah dilakukannya pembedahan pada mata kiri pasien sedangkan pada mata
kanan dilakukan tindakan non bedah.
THANKYOU