Anda di halaman 1dari 18

ASKEP BPH

(BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI)

BY
ATIH SURYATI, DRA, MKES
KONSEP DASAR
• Pengertian
– Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar
periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang
asli ke perifer dan menjadi simpai bedah(Jong, Wim de,
1998)

– BPH (Beningna Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran


jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia
beberapa atau semua komponen prostatmeliputi jaringan
kelenjar/ jaringan pibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika UPF Ilmu Bedah RS Dr.
Suromo, 1994)
KONSEP DASAR 1
• Etiologi
– Etiologi pasti belum jelas, beberapa teori hipotesa penyebab BPH :
• Hipotesisi Dihidrotestosteron (DHT) : adanya peningkatan 5α
reduktase dan reseptor androgen, menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia
• Ketidak seimbangan hormon Testosteron dan Estrogen :
peningkatan usia menyebabkan peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan hormon Testosteron sbg akibat adanya hiperplasia
stroma
• Interaksi sroma – epitel : peningkatan epidermal growth faktor
atau fibroblas growth faktor dan penurunan trans forming growth
β menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel
• Penurunan sel yang mati :peningkatan Estrogen menyebabkan
peningkatan masa hidup stroma dan epitel kelenjar prostat.
• Teori stem cell : peningkatan sel stem menyebabkan proliferasi sel
transit.
4 DERAJAT BPH

• Derajat 1, penonjolan kel prostat 1-2 cm, berat 20 gr, residu urine < 50 ml,
pancaran miksi lemah, nochturia.

• Derajat 2, strang uria, disuria, nochturia bertambah, hiperthermia,


menggigil, nyeri pinggang, prostat lebih menonjol, residu urine 50-100 ml,
berat prostat 20-40 gr, batas kelenjar prostat masih teraba

• Derajat 3, gangguan > berat dari derajat 2, batas sdh takteraba, residu
urine > 100 ml, penonjolan prostat 3-4 cm berat prostat 40 gr.

• Derajat 4, inkontinensia urine, penonjolan prostat > 4 cm, terjadi


hydroureter, hidronephrosis dan gagal ginjal.
GEJALA BPH
• Gejala obstruktif
– Hesistency, sulit mulai berkemih dan berkemih harus dengan
mengejan keras
– Intermitency, berkemih terputus-putus, karena ketidak mampuan otot
destrusor untuk mempertahankan tekanan intra vesika sampai akhir
berkemih.
– Terminal dribling yaitu adanya tetesan urin saat berkemih
– Merasa berkemih tidak lampias

• Gejala iritasi
– Urgency, yaitu perasaan desakan ingin berkemih yang sulit ditahan
– Frequency, sering berkemih dengan volume sidikit-sedikit baik pada
siang maupun malam hari (Nochturia)
– Dysuria, yaitu nyeri saat berkemih
PENATA LAKSANAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan laboratorium
– Urinalisis , tes glukosa, darah lengkap, elektrolit, protein, albumin, pH urine , urine
kultur apabila terjadi ISK. RFT (Renal Fungsi Test) bila sdh terjadi gangguan fungsi ginjal,
PSA (Phosphatase Serum Acid) Prostat Malignangy bila dicurigai adanya kegananasan
• Pemeriksaan diagnostik
– IVP (Intra Vena Pyelografi) foto rongent dengan pemberian zat kontras Urografin, akan
terlihat gambaran Impresi Prostat serta bentuk Hockey Stick Ureter
– BNO/BOF (Buig Nier Oversich Foto)
– USG utk menilai pembesaran prostat serta volume residu urine
– Retrografi dan Voiding Cystouretrografi untuk melihat refluks vesiko-ureter
• Pemeriksaan Cystoscopy
– Penglihatan secara langsung melalui teropong alat Cystoscope
• Pemeriksaan Uroflowmetri, untuk mendeteksi derajat obstruksi leher
kandung kemih :
– Q max : > 15 ml/dt berarti Non obstruksi
– 10-15 ml/dt gangguan Border line
– < 10 ml/dt berarti terjadi obstruksi
PENGOBATAN
• PEMBEDAHAN
– TURP (Trans Uretral Resection Percutaneous) sekitar 90-95 %
– Open Prostatectomy sekitar 5-10 % dengan jenis : Retropubic/ Extravesical
Prostatectomy, Perrianal Prostatectomy, Suprafubic/ Transvesical Prostatectomy
– Indikasi :
• Berat Prostrat 50-100 gr
• Tdk bisa direseksi selama 1 jam
• Disertai komplikasi batu vesika > 2,5 cm dan multiple
• Tidak ada fasilitas TURP
• Retensio akut/ kronis
• Residual urine > 100 ml
• BPH dengan penyulit spt GGK, ISK, Hematuri masive, terapi medikamentosa tdk
berhasil
• Adanya hadil Flowmwtri obstruktif yaitu < 10 ml/dt, dg kurva mendatar dan waktu
miksi memanjang
– Kontra indikasi :
• IMA (Infark Miocard Akut)
• CVA (Cerebro Vasculair Acident) AKUT
NON PEMBEDAHAN
• Memperkecil gejala obstruksi dg mengurangi pelepasan cairan prostat spt
mengurangi masage prostat, frequensi coitus dan masturbasi
• Menghindari alkohol, kopi dan diuretik, mencegah terjadinya trabekulasi
kk.
• Menghindari obat2 penyebab retensi urine spt Cholinergic, Antihistamin
dan Decongestans
• Observasi Watchfull Waiting (check up secara berkala) tiap 3-6 bln
kemudian setiap tahun tergantung kondisi klen : BPH ringan, Baseline data
normal dan Flowmetri non obstruktif
• Untuk retensi urine : Kateterisasi, Cystostomy, TUMT (Trans Uretral
Microwape Thermoterafi)
• Terapi medikamentosa pada BPH ringan s/d berat disertai penyulit dan
kontra indikasi pembedahan
• Jenis obat :
– Fitro terapi (Herbal) : Hypoxis rosperi (rumput), Serenoa repens (palem),
Curcubita pepo (waluh)
– Anti Androgen (gol Supressor Androgen) : Inhibitor 5α reduktase, analog LHRH
– Gol. Α Blocker utk menurunkan tekanan Uretra-Prostatika : Prazosin, Alfulosin,
Doxazosin, Terazosin.
ASKEP PADA BPH
• PENGKAJIAN
– Identitas/ Data Demografi

– Riwayat Keperawatan
• Suspeck BPH pada usia > 60 tahun
• Pola miksi , frquency, dysuria, nochturia dll
• Gejala obstruksi, hessitency, pancaran lemah, retensio, intermiten terminal
drbling,Haematuria

– Pemeriksaan fisik :
• Palpasi : teraba Ballotement pada abdomen bawah yang menyebabkan Frequency,
kemungkinan adanya Hernia, Rectal touche (colok dubur) dpt mengukur besarnya
prostat, adanya Haemorrhoid
• Inspeksi : Abdomen , untuk melihat gejala obstruksi lama dg adanya gangguan
fungsi ginjal (odem, pruritus, echymosis, deficiency nutrisi), penonjolan daerah
supra pubik (distensi kk atau pembesaran prostat), penis (stenosis meatus, striktura
uretra, femosisi, batu uretra), deteksi adanya Hernia
• Perkusi : supra pubik suara dullsound atau redup

– Data penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan diagnostik
• Penatalaksanaan
DIAGNOSA PERAWATAN
• Pre operatif
– Perubahan pola eliminasi : Retensio urine, Inkontinensia urine, Dysuria, b/d pembesaran
prostat
– Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritasi mukosa, distensi kk, kolik renal, ISK
– Anxietas b/d rencana pembedahan, kehilangan status kesehatan, penurunan libido
– Dysfungsi seksual b/d obstruksi sistem perkemihan
– Gangguan pola tidur b/d nochturia
– Resiko injuri/ infeksi b/d retensi kandung kemih
– Resiko penyakit berulang b/d kurang pengetahuan ttg manajemen pengobatan,
perawatan di rumah, persiapan operasi
• Post operatif
– Resiko perdarahan b/d dampak tindakan pembedahan atau reseksi
– Gangguan rasa nyaman nyeri b/d terputusnya continuitas jaringan
– Anxietas b/d proses penyakit yang mungkin berulang
– Resiko terjadinya retensi urine b/d obstruksi stolsel / cloth (bekuan darah)
– Resiko cairan berlebih (Syndroma TURP) b/d absorbsi cairan irigasi berlebih.
– Resiko ISK b/d luka post operatif
PERENCANAAN PRE OPERATIF
• Kaji perubahan pola eleiminasi
• Kaji terhadap adanya retensio urine, rasa nyeri akibat retensio urine
maupun kolik renal atau ureter
• Kaji tingkat anxietas klien dalam menghadapi pembedahan, status
kesehatan serta penurunan libido
• Lakukan pendekatan dan berian informasi adekuat berkaitan masalah
tersebut di atas.
• Beri tahu klien agar membatasi masukan cairan saat malam hari
• Anjurkan melakukan pengosongan kandung kemih saat bepergian untuk
mencegah trauma pada kandung kemih
• Anjurkan untuk menjaga personal hygiene terutama pada daerah genital
• Lakukan perawatan kateter sesuai SOP yang berlaku
• Lakukan pendidikan kesehatan secara adekuat berkaitan dengan
manajemen pengobatan, perawatan di rumah serta persiapan operasi
PERENCANAAN POST OPERATIF
• Kaji TTV sesuai SOP untuk post operatif care
• Kaji kelacaran aliran urine, karakteristik urine terutama
adanya haematuri, dan bekuan darah
• Berikan obat analgetik, anti biotik sesuai program terapi
• Lakukan pendekatan, berikan informasi tentang proses
penyakit, manajemen pengobatan, serta perawatan di rumah
dan watchfull waiting sesuai anjuran yang telah diberikan
• Kaji terhadap adanya perdarah hebat serta adanya bekuan
darah yang memungkinkan terjadinya obstruksi aliran urine
• Lakukan monitoring intake dan output cairan irigasi, kaji
karakteristik urine
• Lakukan perawatan luka operasi, perawatan kateter, berikan
obat anti biotik sesuai program terapi.
IMPLEMENTASI PRE OPERATIF CARE
• Mengatasi perubahan pola eliminasi retensio, inkontinensia maupun dysuria dg
pemasangan kateter, kondom kateter dan pemberian analgetik
• Mengkaji rasa nyeri, memberikan anti biotik, analgetik atau obat simtomatik sesuai
gejala yang timbul
• Mengkaji anxietas, mengoreksi mispersepsi tentang pembedahan dan memberikan
informasi yang akurat tentang :
– Jenis pembedahan
– Persiapan fisik,
– Persiapan administratif
• Melakukan pendekatan serta memberikan informasi tentang dysfungsi seksual
serta cara mengatasinya
• Membatasi pemberian cairan saat sebelum tidur, memberikan obat tidur bila
diperlukan
• Menguasahakan pengosongan kandung kemih, menjaga perineal, penis hygiene
dan memberikan anti biotik profilaksis
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen pengobatan, perawatan
kateter bila pulang terpasang kateter, melakukan watchfull waiting sesuai waktu
yang telah ditentukan serta memberikan informasi persiapan pembedahan
IMPLEMENTASI POST OPERATIF CARE
• Memonitor TTV setiap ¼ jam selam 1jam pertama post operasi, kemudian tiap ½
jam sampai pulih dari anesthesia, dan setiap 4 jam sampai 24 jam post operatif.
Kemudian dilanjutkan sesuai kebutuhan.

• Mengkaji karakteristik urine terutama terhadap adanya Haematuri, bekuan darah


serta kelancaran aliran urine

• Memberikan terapi analgetik, anti biotik sesuai program terapi

• Memberikan informasi adekuat melalui pendidikan kesehatan berkaitan dengan


perjalanan penyakit, perawatan di rumah manajemen pengobatan.

• Mengkaji intake dan output cairan, turgor kulit, odem serta mengkaji output cairan
irigasi (traksi), kelancaran aliran cairan irgasi (traksi).

• Mengkaji terhadap kemungkinan infeksi, melakukan perawatan kateter serta luka


operasi.

Anda mungkin juga menyukai