Anda di halaman 1dari 27

Oktober

2018

EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT DEMAM
BERDARAH DENGUE
(DBD)
IKM B 2017
Kelompok 9
∎ Sri Rezki (10011181722092)
∎ Lediya Ayusela (10011181722099)
∎ Zahratul Ulya (10011181722104)
∎ Suci Ramadhani Nasution (10011181722115)
∎ Marisa Nurhaliza (10011281722061)
∎ Athiyyah Aryaza Putri (10011281722071)
∎ Meilinda Rizkia (10011381722162)
Pengertian
 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

 Penyakit DBD biasanya ditandai dengan demam mendadak 2-7


hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu
hati disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik pendarahan
(petichiae), dan lebam atau ruam. Kadang-kadang disertai
mimisan, berak darah, muntah darah, dan kesadaran menurun atau
shock.
Sejarah
 Tidak ada kejelasan dari bahasa apa kata "dengue" berasal.
Beberapa orang berpendapat bahwa kata tersebut dari frasa
Kadinga pepo Swahili. Frasa ini menceritakan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh arwah jahat. Kata Swahili dinga
diperkirakan berasal dari kata dengue Spanyol. Kata ini berarti
"berhati-hati“.

 Orang-orang lain berpendapat bahwa nama "dengue" berasal dari


West Indies. Di West Indies, budak yang mengalami dengue
disebut-sebut bahwa mereka berdiri dan berjalan seperti seorang
yang "flamboyan". Oleh karenanya, penyakit tersebut juga disebut
sebagai "demam flamboyan."
Triad Epidemiologi
1. AGENT
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus
yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Virus
dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga Flaviviridae.
Virus yang berukurang kecil (50 nm) ini mengandung RNA
berantai tunggal.
Triad Epidemiologi (lanjutan)
2. HOST
Manusia yang menjadi host atau target penyakit DBD.
Meskipun penyakit DBD dapat menyerang segala usia, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular
penyakit yang berpontensi mematikan ini. Di Indonesia, penderita
penyakit DBD terbanyak berusia 5-11 tahun. Manusia yang terkena
gigitan nyamuk aedes aegypti tidak selalu dapat mengakibatkan
demam berdarah dan virus dengue yang sudah masuk ke dalam
tubuh pun tidak selalu dapat menimbulkan infeksi. Jika daya tahan
tubuh cukup maka dengan sendirinya virus tersebut dapat dilawan
oleh tubuh.
Triad Epidemiologi (lanjutan)
3. ENVIRONMENT
Di Indonesia, penyakit DBD menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena jumlah penderitanya tinggi dan
penyebarannya yang semakin luas, terutama di musim
penghujan. Sejumlah pakar setuju bahwa kondisi ini juga di
pengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung
air untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan dirinya. Hal
ini menjadi faktor eksternal yang memudahkan seseorang
menderita DBD.
Triad Epidemiologi (lanjutan)
3. ENVIRONMENT
Berikut ini tempat perkembangbiakan nyamuk, yaitu:
∎ Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti
drum, tangki, tempayan, bak mandi dan ember.
∎ Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari,
seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan
barang-barang bekas yang dapat menampung air.
∎ Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, lubang
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan
potongan bambu.
Riwayat Alamiah Penyakit
1. Tahap Prepatogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih
normal atau masih sehat, tetapi mereka pada dasarnya peka
terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian, pada
tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu
dengan bibit penyakit.
Riwayat Alamiah Penyakit
(lanjutan)

2. Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi: Penyakit DBD memiliki masa inkubasi awal dari ke
1-4 hari, tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya
bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab
penyakit, sampai timbul gejala penyakit.
b. Tahap Penyakit Dini: Tahap dini dimulai dengan munculnya gejala
penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi
masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun
penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan
diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
Riwayat Alamiah Penyakit
(lanjutan)

2. Tahap Patogenesis
c. Tahap Penyakit Lanjut: Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan
mungkin bertambah berat dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga
diagnosis sudah bisa atau relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakkan diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari
akibat lanjut yang kurang baik.
d. Tahap Akhir: Tahap akhir atau sering disebut juga pasca patogenesis yaitu
berakhirnya perjalanan penyakit yang dapat berada dalam pilihan keadaan,
yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung
secara kronik atau berakhir dengan kematian apabila tidak segera ditangani.
Distribusi Penyakit
1. Distribusi Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun
saat ini DBD lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade
terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada
kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai
mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi
yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue
lebih besar.
Distribusi Penyakit
2. Distribusi menurut tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali
tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut
karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang
rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna.
Kasus penyakit DBD juga banyak di temukan di tempat yang
sanitasinya tidak sehat setra genangan air yang kurang mendukung
dan di tempat yang layanan kesehatan yang kurang memadai
khususnya di daerah-daerah trans yang jauh untuk diakses.
Distribusi Penyakit (lanjutan)
3. Distribusi Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi
oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas
(28-32 derajat celcius), dengan kelembaban yang tinggi,
nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk
jangka waktu lama.
Pencegahan
1. Pencegahan Primer : mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Terdapat beberapa upaya dalam pencegahan primer, yaitu:
a. Surveilans vektor
Surveilans untuk nyamuk Aedes aegypti sangat penting untuk
menentukan distribusi, kepadatan populasi, habitat utama larva,
faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat yang berkaitan dengan
penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan
insektisida yang dipakai, untuk memprioritaskan wilayah dan
musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor.
Pencegahan (lanjutan)
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik. Survei
jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua
tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui
ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual.
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil
kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan
endemis pada 100 rumah/bangunan yang dipilih secara acak
(random sampling). Angka Bebas Jentik dan House Indeks lebih
menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah.
Pencegahan (lanjutan)
b. Pengendalian vektor
Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan
populasi nyamuk Aedes aegypti. Secara garis besar ada 3 cara
pengendalian vektor yaitu:
- Pengendalian kimia. Pada larva atau jentik nyamuk, pengendalian
dilakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa
disebut dengan ABATE untuk tempat-tempat air yang tidak
mungkin atau sulit dikuras.
Pencegahan (lanjutan)
- Pengendalian hayati/biologis. Pengendalian hayati atau
dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari
golongan mikroorganisme hewan invertebrate atau vertebrata.
- Pengendalian lingkungan. Pengendalian lingkungan dapat
digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk
kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada pintu,
lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah, yang
berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat
mendekat pada linkungan sekitar kita.
Pencegahan (lanjutan)
c. Surveilans Kasus
Surveilans kasus DBD dapat dilakukan dengan surveilans aktif
maupun pasif. Pada surveilans pasif setiap unit pelayanan
kesehatan diwajibkan melaporkan setiap penderita termasuk
tersangka DBD ke dinas kesehatan selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam. Surveilans aktif adalah yang bertujuan memantau
penyebaran dengue di dalam masyarakat sehingga mampu
mengatakan kejadian, dimana berlangsung penyebaran kelompok
serotipe virus yang bersirkulasi, untuk mencapai tujuan tersebut
sistem ini harus mendapat dukungan laboratorium diagnostik yang
baik.
Pencegahan (lanjutan)
d. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Gerakan PSN adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang
disertai pemantauan hasil hasilnya secara terus menerus.
Dalam membasmi jentik nyamuk penularan DBD dengan cara yang dikenal
dengan istilah 3M, yaitu:
- Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan
peliharaan minimal sekali dalam seminggu.
- Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak
dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.
- Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang semuanya
dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk
Aedes aegypti.
Pencegahan (lanjutan)
2. Pencegahan sekunder
Pada pencegahan sekunder dapat dilakukan penemuan,
pertolongan, dan pelaporan penderita DBD yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara:
-Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD,
berikan pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres
dingin dan berikan obat penurun panas yang tidak mengandung
asam salisilat serta segera bawa ke dokter atau unit pelayanan
kesehatan.
Pencegahan (lanjutan)
-Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan
pemeriksaan/diagnosa dan pengobatan segaera melaporkan
penemuan penderita atau tersangka DBD tersebut kepada
Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima laporan
segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk
mencegah kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
-Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi
dan kejadian luar biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya.
Pencegahan (lanjutan)
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tingkat ketiga ini dimaksudkan untuk
mencegah kematian akibat penyakit DBD dan melakukan
rehabilitasi. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan:
-Transfusi darah
-Stratifikasi daerah rawan DBD
Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD
adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi
keadaan syok/persyok dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam
24 jam (air teh dan gula sirup atau susu), dan penambahan
cairan tubuh melalui infus (intravena) yang mungkin di
perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi
yang berlebihan.
Pengobatan (lanjutan)
Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi:
-Istirahat total di tempat tidur.
-Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau
air ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan
oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan,
maka cairan inravena (infus) harus diberikan.
-Berikan makanan lunak (bubur nasi, sup ayam, jus buah, sayur
bayam bening, dll)
-Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
Pengobatan (lanjutan)
2. Penatalaksanaan pada pasien syok:
-Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl,
ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok
diatasi.
-Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan
pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
-Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan
Ht maka diberi transfusi darah.
TERIMA
KASIH!
Apakah ada yang ingin ditanyakan?

Anda mungkin juga menyukai