Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

Bronkopneumonia dan Gastroenteritis Akut


Oleh:
DAVIN (140100152)
Pembimbing: dr. Monalisa Elizabeth, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
PENDAHULUAN

Captain of the men of Death


Penyebab kematian ketiga di Amerika
Penyakit infeksi yang menyumbang angka kematian
terbesar pada balita.

Pneumonia= peradangan akut pada parenkim paru yang


mengenai alveolus dan jaringan interstisial paru
Laporan survei tahunan WHO menunjukkan penyebab
utama kematian balita di dunia adalah pneumonia (17%)
dan diare (16%)

Dilaporkan sekitar 1,8 juta kematian per tahun atau Angka mortalitas terbaru
mencatat pneumonia menjangkit
900 ribu jiwa atau 16% balita
di dunia
Hasil laporan Riskesdas (2007)
Angka mortalitsa nasional pada bayi (23,8%) dan pada balita (15,5%)
Prevalensi ISPA (25,5%)
Dampak sosial & ekonomi penyakit cukup besar

Penanganan, pecegahan dan pengendalian penyakit ini masih belum merata


dan terkoordinasi. Hanya 54% kasus yang dilaporkan oleh RS dan sekitar 19%
bayi sakit yang diberikan antibiotik. Penyediaan vaksin pilihan (Hib dan
Pneumococcus) yang belum menjadi tanggungan pemerintah
 Pasien datang dengan keluhan sesak napas
STATUS ORANG SAKIT yang dialami sejak 1 hari yang lalu (±6 jam).
Napas cepat dan dangkal, napas berbunyi (+),
otot bantu napas (+), retraksi supraklavikular
(+). Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan
Anak perempuan inisial AS, 3 tahun 11 cuaca. Sesak tidak dipengaruhi oleh posisi
bulan, dibawa ke IGD RS USU pada ortopnoe (-), trepopnoe (-), platypnoe (-)
Minggu malam (29 April 2018) pukul  Demam dialami sejak 1 minggu SMRS, bersifat
naik turun. Demam turun dengan obat
22.30 dengan keluhan utama sesak antipiretik. Temp. tertinggi yaitu 39OC. riwayat
napas. demam berulang (+), kejang demam (-)
Ibu os juga mengeluhkan anaknya  Batuk dialami pasien sejak 3 hari yang lalu.
dengan demam dan mencret yang Batuk berdahak (+)
memberat dalam 1 minggu ini.  Mencret dialami os. Sejak 1 minggu yang lalu.
Frekuensi 2-3x/ hari, air>ampas. Ampas warna
hijau (Kamis tgl 16-04-18)
 Mukosa kering, BB berkurang 2 kg sejak os.
mencret
Riwayat penyakit terdahulu:
Os. mengalami diare berulang 1 minggu ini, air>ampas, keruh, warna hijau, darah (-) dan tidak
diobati. Riwayat demam berulang (+), yang turun dengan obat antipiretik yang didapatkan dari bidan.
Orang tua os. mengatakan bahwa os. pernah menelan sebuah koin ketika sedang bermain. Menurut
keterangan orang tua, koin berhasil dikeluarkan, dengan sedikit sputum berdarah. Setelah kejadian
itu, os. mengalami demam dan mencret yang semakin berat. Os. muntah saat diberi makan. Riwayat
sesak napas berulang disangkal.

Diare berulang Diare berulang


Sesak napas akut
air>ampas air>ampas
6 jam SMRS
(tdk berwarna) (warna hijau)

Senin (13-04-18) Kamis (16-04-18) Minggu (29-04-18)

Demam berulang Demam, mencret


Menelan sebuah koin bertambah berat
Turun dengan
logam
pemberian antipiretik
Riwayat pengobatan: obat puyer (antibiotik + antidiare) dan sirup antipiretik
Riwayat imunisasi: lengkap (BCG 1x, Polio 4x, DPT 4x, Hepatitis B 4x, Campak 1x)
Riwayat persalinan: Persalinan secara SC, ditolong oleh dokter, MK 8 bulan 2 minggu, G2P1A1 BB
lahir 3700 gr, PB lahir 50cm. LK (-). Anak langsung menangis spontan, tidak dijumpai biru.
Riwayat kelahiran: Os merupakan anak dari kehamilan kedua, dimana sebelumnya ibu os.
mengalami keguguran. Usia Ibu saat hamil adalah 31 tahun. Hipertensi Gestasional (+), DM (-).
Konsumsi jamu-jamuan (-). Perawatan antenatal tidak jelas.
Riwayat nutrisi: - ASI (-)
Riwayat trasfusi dan operasi (-)- Susu formula (+) sejak usia 0 bulan, f 3x/hari
Riwayat nutrisi: - Bubur susu (-)

- ASI (-) - Nasi tim (+) sejak usia 6 bulan, f 3x/ hari
- Makanan dewasa (+) sejak usia 15 bulan, f 3x/ hari
- Susu formula (+) sejak usia 0 bulan, f 3x/hari
- Bubur susu (-)
- Nasi tim (+) sejak usia 6 bulan, f 3x/ hari
- Makanan dewasa (+) sejak usia 15 bulan, f 3x/ hari
Riwayat Tumbuh Kembang: - Menegakkan kepala: usia 6 bulan
- Membalikkan badan: usia 6 bulan
- Duduk: usia 12 bulan
- Berkata: usia 12 bulan
- Berdiri: usia 2 tahun
- Berjalan: usia 2 tahun 9 bulan
Pemeriksan fisik

Sens: CM
Keadaan Umum: Sedang Anemia (-), Dispneu (-), Retraksi (+),
Sianosis (-), icterus (-), Gelisah
Keadaan Penyakit: Sedang BB 15kg, TB 105cm, LK 46cm/ LLA 15cm
Keadaan Gizi BB/U: median (Z > -2SD)
Tb/U: median (Z<2SD)
TB/BB: median (Z>-1)
LILA: normal
Vital Sign GCS 15, TD 100/50 mmHg RR: 36x/mnt
HR:131 x/mnt, T: 38OC, SaO2 89% (tanpa
O2)
Kepala Deformitas (-), UUB menonjol (-), wajah edema (-), sindrom (-)
Mata Konjungtiva anemis (+), sekret (-), sklera ikterik (-), Pupil isokor, RC (+/+)

THT Telinga (dbn), Hidung (dbn), pernapasan cuping hidung (-), tonsil (sulit dinilai), nyeri
menelan (-)
Mulut mukosa kering (+), gigi karies (+), lidah kotor (-), anemis (-), tremor (-), oral thrush (-)

Leher Struma (-), trakea medial, pembesaran KGB (-) TVJ: R+2cmH2O, kaku kuduk (-)

Perut Soepel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Alat gerak Akral hangat, CRT<3”, T/V cukup edema (-)

Pengobatan - 02 2 lpm (nasal canule) - Inj. Paracetamol 150mg/ 8jam (K/P)

- IVFD RL 75mg/BW (6 jam) - Zinc 1x20 mg

- Inj. Dexamethasone 5mg/ 8jam - Nebule Salbutamol 1 amp/ 4 jam

Rencana - Cek lab CBC, AGDA, KGD, elektrolit


- Foto Toraks
Darah lengkap
(CBC)
Rujukan
Pemeriksaan Darah
Hb
Ht
10,2
27,10
12-16
37-41
g/dl
%
Minggu, 29-04-18
Eritrosit 3,50 3,6-5,2 106 /ul
Leukosit 19,40 5,5-15,5 103 /ul
Neutrofil 79,6 50-70 % Kesan: Anemia, Leukositosis, Alkalosis
Limfosit 12,2 20-40 % metabolic, Hiponatremia, Hipokalemi
Monosit 8 2-8 %
Eosinofil 0 1-6 %
Basofil 0,2 0-1 %
Trombosit 267 150-440 103 /ul `
Kimia Darah
Ph 7,41 7,35-7,45 Metabolik
pCO2 21,3 33-44 mmHg KGD d random 180 52-98 mg/dl
pO2 93,20 71-104 mmHg Elektrolit
HCO3 13,4 22-29 mmol/l Na 132 135-155 mmol/l
BE -9,7 (-2) - +3 mmol/l K 1,15 3,1-5,1 mmol/l
SaO2 97 94-98 % Cl 97 96-106 mmol/l
Follow up Hari-1 S Sesak napas (+), Gelisah, Demam (-), Mencret (-), Muntah (-)

Senin,
O Sens. CM
Tgl 30/04/18
TD 100/50
(01.30) RR 30x/ min reguler
HR 120x/ min regular, murmur (-)
Temp: 36,8
A Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi

P -Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 12 jam


-Koreksi hipokalemia 11 mEq KCL + 11 mEq D5% habis dalam 3 jam
-Nebule Salbutamol 1 amp/ 6 jam
Follow up Hari-1 S Sesak napas (+), Gelisah, Demam (-), Mencret (-), Muntah (-)
O Status presens
Senin,
Sens. CM, TD 90/50, Temp. 37,9C
Tgl 30/04/18 Kepala
(07.30) Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat -)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada
SF, retraksi (-), HR 96x/min regular, murmur (-), RR 28x/ min regular, ronchi (+/-), wheezing (+/+)
Perut
Soepel, peristaltic (+) normal, mencret (-)
A.gerak
Akral hangat (+), CRT< 3”, T/V cukup, puls (+/+)
Edema (-/-)
A DD: Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi Bronkiolitis Bronkitis
P - O21-2 lpm
- IVFD D5% NaCL 0,45%
- Inj. Ampicillin 375 mg/ 6 jam
- Inj. Gentamicin 75 mg/ 24 jam
- Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P)
- Zinc oral 1x20 mg
- Nebule Ventolin 2,5 mg/ 6 jam
- Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
Follow up Hari-1 S Batuk (+) dahak sulit dikeluarkan, Sesak (+) berkurang, Mencret (-)
Muntah (-), Demam (-)
Senin,
O Status presens
Tgl 30/04/18 Sens. CM, Temp. 36,8 C
(16.30) Kepala
Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat -)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada
SF, retraksi (-), HR 96x/min regular, murmur (-), RR 28x/ min regular, ronchi (+/-), wheezing (+/+)
Perut
Sepel, peristaltic (+) normal, mencret (-), H/L ttb
A.gerak
Akral hangat (+), CRT<3”, T/V cukup, puls (+/+), Edema (-/-)
A DD: Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi Bronkiolitis /Bronkitis

P - O21-2 lpm
- IVFD D5% NaCL 0,45%
- Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 8 jam
- Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P)
- Zinc oral 1x20 mg
- Nebule Ventolin 2,5 mg/ 6 jam
- Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
R/ Cek CBC & elektrolit
Pemeriksaan Darah
Selasa, 01-05-18
Darah lengkap Hasil Nilai rujukan
(CBC) Kesan: Anemia, Leukositosis,, Hiponatremia,
Hb 10,7 12-16 g/dl Hipokalemi, Hipoklorida
Ht 29,10 37-41 %
Eritrosit 3,73 3,6-5,2 106 /ul
Leukosit 19,40 5,5-15,5 103 /ul
Neutrofil 66,9 50-70 %
Limfosit 19,9 20-40 %
Monosit 12,9 2-8 %
Eosinofil 0,10 1-6 %
Basofil 0,2 0-1 &
Trombosit 332 150-440 103 /ul
Elektrolit
Na 132 135-155 mmol/l
K 1,16 3,1-5,1 mmol/l
Cl 92 96-106 mmol/l
Follow up Hari-2 SSesak (-) batuk (+) dahak sulit dikeluarkan, mencret (+) sekali dalam sehari, Muntah (-), Demam (-),
Pucat (+)
Selasa,
O Status presens
Tgl 01/05/18 Sens. CM, TD 90/50, Temp. 37C, KU lemah
(07.20) Kepala
Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat +)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada
SF, retraksi (-), HR 122x/min regular, murmur (-), RR 30x/ min regular, ronchi (+/-), wheezing (+/+)
Perut
Soepel, peristaltic (+) normal, mencret (-), H/L tidak teraba
A.gerak
Akral hangat (+), CRT< 3”, T/V cukup, puls (+/+), Edema (-/-)
A DD: Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi/ Bronkiolitis ,Bronkitis
P - O21-2 lpm
- IVFD D5% NaCL 0,45%
- Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 8 jam
- Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P)
- Zinc oral 1x20 mg
- Nebule Ventolin 2,5 mg/ 6 jam
- Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
Follow up Hari- S Sesak (-) batuk (+) dahak sulit dikeluarkan, mencret (+) sekali dalam sehari, Muntah (-), Demam (+),
Pucat (+)
2
O Status presens
Selasa,
Sens. CM, TD 90/60, Temp. 38,8 C, BB 15kg, KU lemah
Tgl 01/05/18 Kepala
(20.00) Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat +)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada
SF, retraksi (-), HR 100x/min regular, murmur (-), RR 20x/ min regular, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Perut
Soepel, peristaltik (+) normal, mencret (-), H/L tidak teraba
A.gerak
Akral hangat (+), CRT< 3”, T/V cukup, puls (+/+), Edema (-/-)
A Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi , DD: Bronkiolitis , Bronkitis
P - O21-2 lpm
- IVFD D5% NaCL 0,45%
- Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 8 jam
- Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P)
- Zinc oral 1x20 mg
- Nebule Ventolin 2,5 mg/ 6 jam
- Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
Follow up Hari- S Sesak (-) batuk (+) dahak sulit dikeluarkan, Mencret (-), Muntah (-), Demam (-), Pucat (+)
3 O Status presens
Sens. CM, TD 90/60, Temp. 36,6 C, BB 15kg, KU lemah
Rabu,
Kepala
Tgl 02/05/18 Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat +)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada
SF, retraksi (-), HR 100x/min regular, murmur (-), RR 20x/ min regular, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Perut
Soepel, peristaltik (+) normal, mencret (-), H/L tidak teraba
A.gerak
Akral hangat (+), CRT< 3”, T/V cuk
up, puls (+/+), Edema (-/-)
A Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi DD: Bronkiolitis , Bronkitis
P - O21-2 lpm
- IVFD D5% NaCL 0,45% 30 gtt/min
- Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 8 jam
- Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P)
- Zinc oral 1x20 mg
- Nebule Ventolin 2,5 mg/ 6 jam
- Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
R/ Cek CBC. AGDA, elektrolit
Pemeriksaan darah
Rabu, 02-05-18
Darah lengkap Hasil Nilai rujukan
(CBC)
Hb 10,5 12-16 g/dl Kesan: Anemia, Leukositosis,, Hipokalemi,
Ht 28,3 37-41 % Hipoklorida
Eritrosit 3,58 3,6-5,2 106 /ul
Leukosit 23,01 5,5-15,5 103 /ul
Neutrofil 82,8 50-70 %
Limfosit 12,8 20-40 %
Monosit 4,2 2-8 %
Eosinofil 0 1-6 %
Basofil 0,2 0-1 %
Trombosit 345 150-440 103 /ul `
Kimia darah
Calcium 7,3 mg/dl
Elektrolit
Na 139 135-155 mmol/l
K 2,14 3,1-5,1 mmol/l
Cl 91 96-106 mmol/l
Follow up Hari-4 S Sesak (-) batuk (+) dahak sulit dikeluarkan, Mencret (-),
Muntah (-), Demam (+), Pucat (+)
Kamis,
O Status presens
Tgl 03/05/18 Sens. CM, Temp. 37 C, KU lemah
Kepala
Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat +)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada:
SF, retraksi (-), HR 100x/min regular, murmur (-), RR 20x/ min regular, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Perut
Soepel, peristaltik (+) normal, mencret (-), H/L tidak teraba
A.gerak
Akral hangat (+), CRT< 3”, T/V cukup, puls (+/+), Edema (-/-)
A DD: Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi, DD Bronkitis/ bronkiolitis

P - O21-2 lpm
- KCL 7,5 cc + 23 cc D5% habis dalam 3 jam
- IVFD D5% NaCL 0,45% 30 gtt/min
- Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 8 jam
- Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P)
- Zinc oral 1x20 mg
- Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
Follow up Hari-5 S Sesak (-) batuk (+) dahak sulit dikeluarkan, Mencret (-),
Muntah (-), Demam (-), Pucat (+)
Jumat,
O Status presens
Tgl 04/05/18 Sens. CM, TD 90/60, Temp. 36,7 C, KU lemah. BB 15 kg
Kepala:
Mata dbn (pupil isokor, RC +/+, konj. Palpebral pucat -)
THT dbn
Mulut: mukosa kering
Dada:
SF, retraksi (-), HR 100x/min regular, murmur (-), RR 22x/ min regular, ronchi (-/-), wheezing (-
/-)
Perut
Soepel, peristaltik (+) normal, mencret (-), H/L tidak teraba
A.gerak
Akral hangat (+), CRT< 3”, T/V cukup, puls (+/+), Edema (-/-)
A DD: Bronkopneumonia + GE tanpa dehidrasi, DD bronkilitis, bronkitis
P - Cefixime tab 2x75 mg
- Parasetamol 6 x 150 mg
- Zink 1x20 mg
R/Pasien berobat jalan
Evaluasi pengobatan
ANALISA KASUS
Teori Kasus Analisa Kasus
Bronkopneumonia adalah infeksi akut pada Pasien AS dibawa ke IGD dengan keluhan
saluran napas bawah yang terlokalisir pada utama sesak napas akut sejak 6 jam yang lalu
bronkiolus dan jaringan alveolus paru (1 hari yg lalu). Os. tampak gelisah dengan
sekitarnya. Manifestasi yang paling umum pola napas cepat dan dangkal, retraksi
ditemukan yaitu gejala respiratorik (sesak dijumpai, napas berbunyi dijumpai. Orang tua
napas, takipnu, batuk ringan (purulent), os. mengatakan anaknya mengalami batuk-
dengan atau tanpa wheezing) dan gejala batuk berdahak sejak 1 minggu ini, dan
sistemik (demam tinggi, mengggil, malaise, memberat sejak os. menelan sebuah koin
pucat, anoreksia). Tanda-tanda sesak napas logam 3 hari yang lalu. Os datang dengan
meliputi napas cuping hidung, retraksi dinding kondisi demam (Temp. 38OC)
dada, penggunaan otot napas.
Posisi : PA erect
Trakea : Medial
Klavikula : Superposisi (-)
Diafragma : Hemi kanan > kiri, sudut
kostofrenikus kiri & kanan
lancip
Jantung : Dbn
Bronkus : Air bronkogram (-)
Paru : Bercak infiltrate di
parahilar lapangan kiri &
kanan paru
Teori Kasus Analisa Kasus
Pencitraan pneumonia bacterial secara radiografi memberikan Dari foto toraks dapat dilihat bahwa infiltrat tersebar di
gambaran terbanyak berupa bercak infiltrate alveolar, atelektasis dan daerah parahiler dan interstisial dimana corak
efusi pleura. Untuk itu, gambar perlu dilakukan dari aspek frontal bronkovaskular meningkat.kesan sedijit hiperinflasi.
Kemungkinan besar pneumonia diebabkan oleh virus.
maupun lateral. Gambaran konsolidasi satu lobus paru sangat jarang
Dibutuhkan analisa lebih lanjut melalui pemeriksaan kadar
ditemukan pada kasus bayi-anak. Sedangkan pada pneumonia viral CRP, LED dan PCT. Dalam kasus ini tidak dilakukan
gambaran tersering berupa corak paru peribronkial, interstitisial
ataupun bercak-bercak lobules. Inflitrat interstisial dapat berupa linier,
retikular, Kadang dapat pula tampak hiperinflasi atau terbentuknya
pneumotakel pada infeksi adenovirus yang berat. 3
Adapun dapat dibedakan antara infeksi pneumonia bakterial dan
pneumonia viral4
Tabel 1. Perbedaan pneumonia bakteri vs pneumonia virus
Bakteri Virus

Klinis Demam tinggi (>38,5OC) Demam biasa (>37,5OC)


Retraksi (+) Malaise
Mialgia
Total WBC 14.000-40.000 <20.000

Sel Dominan PMN MN

Radiologi Alveolar Interstisial


Adenopati parahilar
Efusi
Marker penting LED > 80mg/dl
CRP >4mg/dl
PCT > 1 ng/ml
• Dikutip dari: Guo W, Wang J, Sheng M, Zhou M, Fang L. Radiological findings in 210
paediatric patients with viral pneumonia: a retrospective case study. The British Journal
of Radiology. 2012;85(1018):1385-1389. doi:10.1259/bjr/20276974.
TEORI KASUS ANALISA KASUS
Penyebab nyeri abdomen akut pada anak ditandai oleh menurunnya nafsu makan, berkurangnya Riwayat mencret berulang dialami os. sejak 1
intake cairan, anak menjadi rewel, sehingga perut anak terlihat kembung. Pada tahap lebih minggu yang lalu. Frekuensi 2-3x/ hari,
lanjut, anak bertambah kurus dan berat badannya mulai berkurang. Neonatus air>ampas. Ampas warna hijau (Kamis tgl 16-
NBC, perforasi lambung spontan, Penyakit Hirschsprung, Ilerus meconium, atresia ani, stenosis 04-18). Os. juga mengalami demam berulang
intestinal. 1 minggu ini. Demam tidak terlalu tinggi dan
2. Bayi (<2 tahun) turun dengan obat antipiretik. Nafsu makan
Gastroenteritis akut/ sindrom virus, intususepsi, hernia inkarserata, volvulus, sindrom sickling, os. berkurang sejak 1 minggu ini, sehingga
intoleransi susu sapi, Divertikulum Meckel berat badan os. berkurang 2 kg. Os. menjadi
3. Anak sekolah (3-13 tahun) lemas dan tidak aktif bermain lagi.
Gastroenteritis akut, infeksi saluran kemih, apendiksitis, trauma, konstipasi, kolesistitis, batu Setelah dirawat di RS, os. mendapatkan
empedu, HSP terapi cairan berupa infus NaCL 0,225%,
4. Remaja (>18 tahun) suplemen Zinc 1x20 mg, dan puasa diet
Gastroenteritis akut. Sindromvirus, ISK, apendiksitis, konstipasi, penyakit peradangan pelvis, laktosa.
pankreatitis. Kolesistitis, HSP Os. mengalami mencret pada hari Selasa
Gastroenteritis (GE) adalah sindroma klinis yang ditandai oleh gejala akut berupa diare dan/ atau (01/05/18), darah (-), ampas tidak berwarna.
muntah disertai demam, nyeri abdomen dan anoreksia yang berlangsung tidak lebih dari 2 Muntah tidak dijumpai, perut sedikit distensi
minggu. Penyakit ini merupakan penyabab kematian pada 2 juta balita di seluruh dunia. Etiologi dan os. tampak gelisah dan lemas. Suhu
utama GE akut adalah infeksi rotavirus (70%) dengan puncak predileksi usia 6 bulan-2 tahun, tubuh os naik turun dengan suhu tertinggi
O
transmisi secara fekal oral atau saluran napas dan banyak tersebar di negara tropis. GE viral akut tidak melebihi 39 C.
ditandai oleh demam ringan dan diare berair tanpa darah, umunya dijumpai tanda-tanda Os. tidak mengalami mencret lagi (remisi)
dehidrasi. Penyebab lainnya adalah infeksi bakter (10-20%) seperti Campylobacter jejuni dan setelah diberikan obat zink dan terapi cairan.
Salmonella spp., ditandai oleh demam tinggi dan BAB berdarah atau banyak ditemukan sel
leukosit.5
Teori Kasus Analisa Kasus
Tatalaksana pneumonia mencakup aspek farmakologi Dalam kasus ini, pasien mendapatkan terapi suportif
dan nonfarmakologi berupa:
1. Farmakologi - O21-2 lpm (sesak)
-Antibiotik - Nebule Ventolin 2,5 mg/ 6 jam (sesak)
Lini pertama: Amoxicillin, ampicillin, Gentamisin - IVFD D5% NaCL 0,45% (dehidrasi)
Lini kedua: Makrolida, Sefalosporin generasi 3 - Zinc oral 1x20 mg (dehidrasi)
dan 4 - Inj. Parasetamol 150 mg/ 8 jam (K/P) (demam)
- Antipiretik Parasetamol lebih aman daripada ibuprofen karena
- Bronkodilator tidak menyebabkan iritasi lambung, hipertensi dan
- Mukolitik gangguan pemberkuan darah.
1. Non farmakologi Diet M II 1250 kcal +30 gr protein
Oksigenasi, Diet ASI, hidrasi cairan, hygiene Pilihan antibiotik yang diberikan berupa:
Tujuan awal yaitu mengatasi keluhan sesak. Kemudian - Inj. Ceftriaxone 750 mg/ 8 jam
atasi gejala metabolik seperti asidosis respirasi. - Cefixime tab 2x75 mg
Penanganan diare derajat ringan cukup dengan Sefaosporin generasi 3 direkomendasikan WHO
pemberian minum atau Zinc oral. Setelah itu, inisiasi sebagai lini kedua bila gagal dengan terapi empirik.
diet untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak, Golongan ini efektif dalam membunuh bakteri Gram +
sesuai kalkulasi kebutuhan gizi. Terapi definitif yaitu seperti S.pneumoniae sebagai etiologi utama pada
antibiotik yang disesuaikan dengan kultur specimen CAP.
dahak atau secara empiris (pemeriksaan tidak
PEMBAHASAN

Pneumonia adalah inflamasi akut yang mengenai parenkim


paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (bakteri/
virus) maupun oleh agen non infeksi
Klasifikasi Pneumonia

A. Epidemiologi kasus
1. Community Acquired Pneumonia
Bakteri tipikal: Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenzae,
Staphylococcus aureus. Virus: RSV, Adenovirus, Measles virus, Bakteri atipikal:
Chlamydia, Mycoplasma pneumonia, Coxiella burnetii, Legionella pneumophila
dan Ureaplasma urealyticum
2. Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
Pseudomonas sp., Klebsiella pneumonia, Eschericia coli, Staphylococcus aureus
3. Pneumonia pada Immunocompromised patient
Pneumocystis carinii, Cytomegalovirus, Herpesvirus, Mycobacterium tuberculosis
B. Kelompok Usia
Neonatus
Spektrum etiologi pneumonia neonatus meliputi bakteri Gram positif seperti
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus group B, bakteri
Gram negatif seperti Haemophillus influenza, E. coli, Pseudomonas atau Klebsiella
dan Chlamydia trachomatis. Penyebab penularan transplasental meliputi infeksi
virus seperti Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo, virus Herpes simpleks (TORCH),
penyebab infeksi respiratoria bagian atas seperti RSV, Adenovirus, Rinovirus,
Parainfluenza virus, Influenza virus, dan Enterovirus.
B. Kelompok Usia
Balita

Spektrum etiologi pneumonia pada anak meliputi bakteri respiratoria umum seperti
Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Staphylococcus aureus, bakteri
atipikal seperti Mycoplasma pneumonia, Clamydia pneumonia dan virus respiratoria
bagian atas.
B. Kelompok Usia
Anak besar

Pneumonia pada anak yang lebih besar sering disebabkan oleh organisme atipikal
seperti Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia disamping bakteri
respiratoria umum seperti S. pneumonia, H. influenzae, S. aureus dan virus
respiratoria bagian atas.3
C. Predileksi
Pneumonia lobaris: infeksi mengenai satu bagian
lobus, dua atau seluruh lobus paru. Gambaran
konsolidasi menutupi seluruh lobus paru sehingga air
bronchogram dapat terlihat
Bronkopneumonia: infeksi terjadi di ujung akhir
bronkiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen sehingga memberikan gambaran bercak-
bercak difus merata pada kedua paru. Bercak infiltrat
meluas hingga perifer paru dan dengan peningkatan
corak peribronkial.
Pneumonia interstitisial: infeksi terjadi di dinding
alveolar, dan jaringan peribronkial serta daerah
interlobularis sehingga memberikan gambaran
peningkatan corak bronkovaskular
Risk Factor

Berdasarkan American Lung Association, faktor resiko pneumonia antara lain:


• Terpapar asap rokok
• Menderita infeksi saluran napas atas berulang (influenza, common cold,
faringitis)
• Riwayat aspirasi berulang
• Penyakit paru kronis (COPD, bronkiektasis, fibrosis kostik)
• Gangguan SSP (Palsi serebral, dementia, stroke)
• Penyakit autoimun atau penyakit yang menurunkan sistem imun
• Penggunaan steroid jangka panjang
• Riwayat operasi atau trauma fisik
PATOGENESIS

Mikroorganisme patogen masuk bersama inhalasi udara dan ditampung oleh sekret
di faring. Dibutuhkan minimal 108 bakteri/ µl saliva untuk dapat menginvasi saluran
napas bagian bawah. Selain itu ukuran partikel juga berperan dimana partikel
berukuran >10 µl akan menetap di faring, ukuran 3-10 µl menetap di percabangan
bronkus, ukuran 0,5-3 µl di saluran bronkiolus dan permukaan alveolus, dan hanya
ukuran <0,5 µl yang akan mencapai kantong alveolus. Pada saat sistem pertahanan
tubuh tidak mampu menahan invasi mikroorganisme yang masuk melalui jalan
napas, maka terjadilah reaksi inflamasi di sepanjang saluran napas tersebut
Resolusi (1 minggu
Hepatisasi merah (48 berikutnya): eksudat
Hepatisasi kelabu (3-
jam berikutnya): mengalami lisis dan
Kongesti (4-12 jam 8 hari berikutnya):
paru-paru terlihat direabsorpsi oleh
pertama): eksudat Paru-paru mulai
merah (seperti hepar) makrofag sehingga
serosa masuk ke kelihatan kelabu
karena infiltrasi jaringan perlahan-
dalam alveoi melalui karena komponen
eritrosit, fibrin dan sel lahan akan terbentuk
pembuluh darah yang seluler yang rusak
polimorfonuklear kembali. Kadang-
berdilatasi dan bocor akibat proses
tang mengisi kantong kadang akan
degradasi enzimatik
alveoli menyisakan jaringan
skar di parenkim paru
Gejala infeksi sistemik: demam, sakit kepala, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan GI
seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmonel
Gejala gangguan respiratorik: batuk berdahak (sputum biasanya purulent), sesak
napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan
sianosis
Inspeksi
Takipneu (RR>60 pada usia <2 bulan, RR>50 pada usia 2-12 bulan, RR>40 pada usia
1-5 tahun, dan RR>30 pada usia>5 tahun), retraksi, air hunger, dan tanda-tanda
sianosis
Palpasi
Fremitus vocal biasanya meninggi pada bagian paru yang mengalami konsolidasi,
namun temuan ini sangat sulit diterapkan pada anak-anak
Perkusi
Suara pekak (dullness)terdengar pada lapangan paru yang sakit
Auskultasi
Suara napas bronkial di lapangan paru perifer menggambarkan konsolidasi yang luas
pada pneumonia lobaris. Suara napas tambahan berupa ronchi dan wheezing.
Klasifikasi Tanda & Gejala Klinis Tatalaksana
Pneumonia Berat Batuk atau sesak napas - Rawat inap di RS
+ - Oksigenasi sampai SaO2>90%
- Saturasi O2 <90% atau sianosis sentral - Atur jalan napas tetap terbuka
- Distres napas berat (merintih atau retraksi - Berikan antibiotk yang tepat
dada yang dalam) - Turunkan demam bila ada
- Tanda-tanda bahaya (tidak mau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, kejang)
Pneumonia - Napas cepat (takipneu) - Perawatan di rumah
RR> 50x/mnt (bayi 2-11 bln) - Berikan antibiotic yang diresepkan dokter
RR > 40x.mnt (anak 1-5 thn) - Nasehati orang tua agar datang jika
- Retraksi dada terjadi tanda-tanda bahaya
- Datang kembali untuk follow up hari-3
Bukan pneumonia Tidak ada gejala di atas - Perawatan di rumah
- Konsumsi obat batuk dan obat bebas lain
sesuai kebutuhan
- Nasehati ibu untuk kunjungan berikutnya
- Follow up sampai hari-5 bila gejala tidak
berkurang
- Bila batuk lebih dari 2 minggu segera
datang kembali
Untuk menentukan indikasi rawat inap atau perawatan di unit ICU, dapat digunakan
alat bantu yang dikembangkan oleh asosiasi British Thoracic Society atau lebih
dikenal CURB-65. Komponen yang dinilai ada 5 buah meliputi:8

1. Confusion (Skor mental < 8 pertanyaan dan ada disorientasi diri, tempat dan
waktu)
2. Blood Urea (BUN) ≥20 mg/dl/ 7 mmol/dl
3. Blood Pressure (SBP < 90 mmHg atau DBP <60 mmHg)
4. Age ≥ 65

Interpretasi:
Skor 0-1 (CAP ringan): perawatan jalan
Skor 2 (CAP sedang): rawat inap di bawah supervisor
Skor 3 (CAP berat): rawat di ICU, hanya boleh dipulangkan jika skor 4/5
Menurut peraturan Kemenkes No.5/2004, rencana penatalaksanaan meliputi:
o Pemberian oksigenasi, dapat dilakukan menggunakan nasal cannule atau masker,
monitor saturasi O2
o Pemberian cairan dan kalori yang cukup (parenteral). Jumlah cairan disesuaikan
dengan derajat dehidrasi, sedangkan kalori disesuaikan dengan berat badan dan
peningkatan suhu.
o Pertimbangkan penggunaan Nasogastric tube untuk diet enteral apabila pasien
beresiko tinggi untuk aspirasAi
o Pemberian mukolitik atau nebulisasi salin normal untuk mengeluarkan sekret
lendir terutama pada bayi dan anak kecil
o Koreksi elektrolit asam basa sesuai hasil analisa gas darah
o Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan umur, keadaan umum penderita dan
penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam dan pemberian intravena
lebih dianjurkan. Antibiotik yang biasanya diberikan adalah beta laktam
(Amoksisilin, Ampicilin), dapat dikombinasikan dengan sefalosporin generasi
ketiga (Seftriakson) dan kloramfenikol.
Rekomendasi WHO tentang perawatan suportif untuk pasien pneumonia 8
• Memberikan obat penurun demam seperti parasetamol (10-15 mg/kg BB) untuk
anak disertai dengan demam (T>39OC)
• Memberikan obat bronkodilator kerja cepat seperti nebule (Ventolin nebule
2,5mg, combivent 2.5 ml) bila ditemukan wheezing
• Hilangkan sekret slime dengan alat hisap (suction) secara perlahan bila terdapat
sekret kental yang mentupi tenggorokan
• Pastikan kebutuhan cairan anak terpenuhi sesuai dengan umur anak
• ASI harus diberikan sebisa mungkin dan cairan oral
• Jika anak tidak bisa minum, bisa dipasang pipa nasogastric dengan pemberian
cairan secara perlahan. Pemasangan dapat dilakukan pada dua lubang hidung,
sehingga resiko aspirasi pneumonia ketika diberikan cairan volume besar dapat
diminimalisir
• Berusaha untuk membujuk anak untuk makan secara oral segera mungkin setelah
anak bisa makan. Makanan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak
dalam mencerna makanan. Ibu juga harus diajarkan cara perawatan hygiene yang
benar
Subjects Age 2-12 Age 2-59 Age <5 years All children
months months
Fast breathing - +/- - + +
Chest + +/- + - -
indrawing
Warning sign - + +/- - -
HIV infected Low or High - - High Low
Ampicillin (benzyl Ampicillin (benzyl penicillin)
1 st line Amoxicillin* Amoxicillin* Amoxicillin*
+
penicillin) + (PO) (5days) (PO) (3days)
+ Gentamicin
Cotrimoxazole Gentamicin**
(PO) (5 days) ±
(IV) (5 days) Ceftriaxone
(optional)
(5 days)
2 nd line Hospital policy Ceftriaxone*** Ceftriaxone Hospital policy Hospital policy
(Single drug)

*= Amoxicillin tab 2x40mg/BW


** Ampicillin 4x50mg/BW (IV) or benzyl penicillin 4x50.000
units/BW (IM or IV) + Gentamicin 1x7,5 mg/BW (IV)
***= Ceftriaxone 1x80mg/BW (IV or IM)
Efusi parapneumonia adalah menumpuknya cairan di rongga pleura yang menyertai proses infeksi
pneumonia bakteri, abses paru dan bronkiektasis. Proses inflamasi di parenkim paru mulai meluas ke
EFUSI PLEURA
daerah pleura dan mempengaruhi permeabilitas pembuluh darah di lapisan pleura visceral. Proses
perkembangan efusi paraoneumonia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu eksudatif, fibropurulen dan
organisasi.
Pada fase eksudatif, terjadi peningkatan volume cairan steril di jaringan interstisial melalui pleura
visceral akibat perembesan melalui kapiler dan terhambatnya drainase limfatik di area tersebut.
Pemeriksaan cairan pleura didapati sel leukosit PMN, kadar glukosa dan pH dalam batas normal.
Fase fibropurulen yang merupakan ciri khas infeksi cairan pleura dimana cairan pleura menjadi keruh
dan mulai terkontaminasi bakteri, dimana pH cairan dan kadar glukosa menurun sedangkan LDH
meningkat.
Fase organisasi kronik dimana terjadi pembentukan fibroblast ke dalam eksudat pleura sehingga
membentuk membran yang disebut pleural peel. Membran tersebut menghalangi pengembangan
paru.
EMPIEMA

Kantong membran pleural peel yang terbentuk antara pleural visceral dan pleura parietalis
melokalisasi nanah (pus). Pus itu sendiri berisi sel-sel PMN, bakteri dan protein darah yang berperan
dalam pembekuan (fibrin). Terkumpulnya pus di dalam cairan pleura akan tekanan paru meningkat
sehinga penderita akan menjadi sulit bernapas dan kadang terasa nyeri di dada. Bila kantong pleural
peel tersebut pecah dan letaknya berdekatan dengan bronkus maka akan terbentuk bronkopleural
fistula, dan bila menembus dinding toraks dan jaringan lunak di sekitarnya disebut empyema
nesesitasis.
KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus Bronkopneumonia dan Gastroenteritis akut pada


anak perempuan berusia 3 tahun 11 bulan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
klinis (sesak napas, demam, batuk, diare) dan pemeriksaan fisik (ronkhi). Pasien
selanjutnya diberikan terapi suportif untuk sesak napas (O2 1-2 lpm, parasetamol,
IVFD D5% NaCl 0,45%, Ventolin nebule 2,5 mg), untuk diare (Zinc 1x20 mg) dan
antibiotik (Ceftriaxon 1x750 mg) dan dilakukan pemantauan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai