Anda di halaman 1dari 28

ABSES LEHER

DALAM
NOR AZMINA BINTI ABD BASIR
112017074
• Fasia pada leher terbagi atas dua fasia utama :
1. Fasial servikal superficial
2. Fasia servikal profunda:
1.Lapisan selubung (Superficial deep cervical fascia,
investing Fascia )
2.Lapisan tengah (Middle deep cervical fascia, viseral
fascia ). Dibagi dua yaitu otot dan visceral
3.Lapisan dalam (Deep layer of the deep cervical fascia,
prevertebra fascia ). Dibagi dua yaitu prevertebral
dan alaris
4.Fasia Carotid Sheath
Gambar penampang sagital spasia leher dalam
Spasia leher dapat dikelompokkan menjadi :
• Spasia yang terletak di sepanjang leher :
spasia retrofaring, spasia bahaya, prevertebra,
vaskular viseral
• Spasia suprahyoid:
spasia parafaring, submandibula dan submental,
parotis, masticator, peritonsil, temporal
• Spasia infrahyoid:
spasia pretrakea
Definisi
• Abses adalah kumpulan nanah yang
terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi.
• Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah
(pus) di antara fasia leher dalam akibat dari
berbagai sumber infeksi, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga, dan leher.
• Nyeri tenggorok, demam, dan terbatasnya
gerakan membuka mulut dan leher.
• Insidensi abses peritonsil di Amerika Serikat -
sekitar 30 kasus / 100.000 orang per tahun,
mewakili sekitar 45.000 kasus per tahun.
• Tonsilitis penyakit anak – 1/3 kasus abses
peritonsil
• Insiden abses peritonsil tertinggi pada pasien
dengan usia 15-35 tahun.
• Tidak ada predileksi jenis kelamin ataupun
ras.
• Infeksi gigi, operasi gigi dan mulut
• Tonsilitis akut
• Mikrobiologi  gabungan kuman anaerob-aerob
• Yang paling sering - Streptococcus beta
hemolyticus , Staphlococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus.
Bengkak
pada Trismus
leher

Odinofagia Disfagia

Demam, Bengkak, ganggu


nyeri fungsi
Klasifikasi

• Abses leher dalam :


1. abses peritonsil
2. abses retrofaring
3. abses parafaring
4. abses submandibula
5. angina ludovici
Abses Peritonsil
• Terkumpulnya material purulen yang terbentuk di luar
kapsul tonsil dekat kutub atas tonsil.
• Etiologi : komplikasi tonsilitis, biasanya bakteri aerob dan
anaerob.
• Patologi : infiltrat  edema  hiperemis  supurasi
• Gejala : demam, nyeri tenggorok, odinofagia, hipersalivasi,
otalgia, dan suara bergumam (hot potato voice).
• PF : Palatum molle tampak membengkak dan menonjol ke
depam, teraba fluktuasi, arkus faring tidak simetris,
pembengkakan di daerah peritonsil, uvula terdorong ke sisi
yang sehat, dan trismus. Tonsil bengkak, hiperemis,
mungkin banyak detritus dan terdorong ke sisi kontra
lateral.
• Apabila terjadi edema peritonsil akan mendorong
tonsil dan uvula ke arah kontralateral
Terapi
• Stadium infiltrasi – Antibiotik dosis tinggi dan obat
simtomatik. Kumur dengan air hangat dan kompres
dingin pada leher.
• Abses – drainase (aspirasi jarum atau dengan teknik
insisi/drainase). Intraoral incision dan drainase
dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses,
biasanya diletakkan di lipatan supratonsillar.
• Trismus – drainase setelah diberi cairan kokain 4%
pada daerah insisi dan dareah ganglion sfenopalatina
pada fosa nasalis.
• Dianjurkan tonsilektomi – biasanya dilakukan sesudah
infeksi tenang (2-3 mg sesudah drainase abses)
Komplikasi
• Abses pecah spontan - mengakibatkan
perdarahan, aspirasi paru atau piemia.
• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring
sehingga terjadi abses parafaring.
• Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke
mediastinum sehingga terjadi mediastinitis.
• Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakrnial, dapat
mengakibatkan trombus sinus kavernosus,
meningitis dan abses otak
Abses RETROFARING
Abses Retrofaring
• Suatu peradangan yang disertai
pembentukan pus pada daerah retrofaring.
• Etiologi : Ispa, trauma dinding belakang
faring, organisme aerob, anaerob atau gram
negatif.
• Gejala : odinofagia, disfagia, demam,
pergerakan leher terbatas, dan sesak nafas.
• PF : pembengkakan dinding posterior faring.
• Terapi : Antibiotik ddosis tinggi untuk kuman aerob dn anaerob
dan tindakan bedah.
• Pungsi dan insisi abses – melalui laringoskopi langsung pada
posisi Trendelenburg.
• Komplikasi : penjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskuler
visera, mediastinitis, obstruksi jalan nafas sampai asfiksia. Jika
pecah - pneumonia aspirasi dan abses paru
Abses PARAFARING
Abses Parafaring
• Infeksi yang terjadi di ruang parafaring
• Etiologi : tusukan jarum, proses supurasi kelenjar
limfe leher dalam, dan penjalaran infeksi peritonsil,
retrofaring, atau submandibula
• Gejala : trismus, edema angulus mandibula,
demam tinggi, edema dinding lateral faring,
odinofagia, dan disfagia.
• PF : pembengkakan di daerah parafaring,
pendorongan dinding lateral faring ke medial, dan
angulus mandibula tidak teraba.
• Terapi : Antibiotik ddosis tinggi,
• Drainase - insisi servikal
pada 2 ½ jari di bawah dan
sejajar mandibula. Bila nanah
di dalam selubung karotis,
insisi dilanjutkan vertikal dari
pertengahan insisi horizontal
ke bawah di depan M.
Sternocleidomastoideus
(cara Mosher). Cara Mosher
Abses SUBMANDIBULA
Abses Submandibula
• Infeksi yang terjadi di ruang submandibula
• Etiologi : infeksi dari gigi, dasar mulut, kelenjar
limfa submandibula, kelenjar liur, bakteri aerob
dan anaerob
• Gejala : demam, nyeri leher, edema di bawah
mandibula, edema di bawah lidah, trismus
• PF : pembengkakan di daerah submandibula,
fluktuatif, lidah terangkat ke atas dan
terdorong ke belakang, angulus mandibula
dapat diraba. Aspirasi didapatkan pus
ANGINA LUDOVICI
Angina Ludovici
• Peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid atau di daerah sub
mandibula, dengan tidak ada fokal abses
• Etiolgi : infeksi dari gigi, bakteri aerob dan anaerob
• Gejala : nyeri tenggorok dan leher, edema
submandibula, hiperemis, dan keras pada
perabaan. Kekerasan yang berlebihan pada
jaringan dasar mulut mendorong lidah ke atas dan
ke belakang dan dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas secara potensial sehingga timbul
sesak napas.
• Terapi : Antibiotik dosis tinggi,
• Drainase – insisi melalui garis
tengah, dengan demikian
menghentikan ketegangan
(dekompresi) yang terbentuk
pada dasar mulut.
• Komplikasi : sumbatan jalan
nafas, penjalaran abses ke
ruang leher dalam lain dan
mediastinum, dan sepsis
• Rontgen Servikal Lateral
• Rontgen Panoramiks
• Rontgen Toraks
• Tomografi Komputer (TK/CT scan)
• Pemeriksaan Bakteriologi
• Antibiotika dan
Medikamentosa
Simtomatika

• Pungsi
Abses
• Insisi
Antibiotik yang dianjurkan
Penulis Antibiotik Umur
Sakaguchi dkk (97) Penisilin & Klindamisin D
Parhischar, Har-El (01) Penisilin G & Oxacillin atau Nafcilin A&D
Penisilin, β lactamase resistant drug
Gates (83) PenisilinG, Klindamisin, Gentamisin DTV
Cefotaxime, Metronidazole
Chen dkk (98) Flucloxacine, Metronidazole D
Ceftriaxone , Klindamisin
Plaza, Mayor (01) D
Simo dkk (98) Cefuroxime, Klindamisin A
Nagy dkk Amoksillin-Asam klavulanik A&D
(97) Penesilin G, Metronidazole
Mc Clay dkk (03) A
Sichel dkk (02) A&D
Brondbo dkk (83) A
Prognosis

Hampir berulang kembali apabila


tidak minum obat yang adekuat

Anda mungkin juga menyukai