Anda di halaman 1dari 32

KEJAHATAN SEKSUAL

Disusun oleh:
Stephanie Sihombing (130100208)
Vani Raveendran (130100427)

Pembimbing:
dr. Alfred C. Satyo, M.Sc, MHPE, Sp.F (K)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP HAJI ADAM MALIK
1
MEDAN
2018
Pendahuluan
 Kejahatan kekerasan merupakan salah satu bentuk kejahatan
dalam masyarakat yang perkembangannya semakin beragam
baik motif, sifat, bentuk, intensitas maupun modus operandinya.
 Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual yang merupakan
salah satu bentuk kejahatan kekerasan, bukan hanya menimpa
perempuan dewasa, namun juga perempuan yang tergolong di
bawah umur (anak-anak)
 Kasus-kasus yang melibatkan (mengorbankan) antara lain
penipuan, akan dijadikan obyek perkosaan, dicabuli, dan
kemudian diperdagangkan.
2
Kejahatan seksual
1. Kejahatan seksual perkosaan
2. Kejahatan seksual pencabulan

3
1. Kejahatan seksual perkosaan
• Perkosaan tidak hanya menjadi urusan privat (individu
korban), namun harus dijadikan sebagai problem publik
karena kejahatan ini jelas-jelas merupakan bentuk
perilaku yang tidak bermoral dan keji yang selain
melanggar HAM, juga mengakibatkan derita fisik,
sosial, maupun psikologis bagi kaum perempuan.

4
Undang-undang tindak pidana Perkosaan
Pasal 285 diatur mengenai tindak pidana perkosaan untuk
bersetubuh
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun. atau kalau
umurnya tidak jelas, bahwa belum wak-tunya untuk
dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun”

5
Faktor-Faktor Penyebab Kejahatan
Kekerasan Seksual (Perkosaan)
 Faktor internal
- faktor agama  Faktor eksternal
- faktor pendidikan - faktor korban
- faktor lingkungan - faktor perekonomian makro
- faktor pergaulan - faktor narkotika
- faktor ekonomi

6
Kejahatan Seksual Pencabulan
Cabul (ontuchtige handeligen) adalah segala macam wujud perbuatan,
baik yang dilakukan pada diri sendiri maupun dilakukan pada orang lain
mengenai dan yang berhubungan dengan alat kelamin atau bagian tubuh
lainnya yang dapat merangsang nafsu seksual. Misalnya, mengelus-elus atau
menggosok-gosok penis atau vagina, memegang buah dada mencium mulut
seorang perempuan dan sebagainya.

7
UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA
PENCABULAN
Tindak pidana kesusilaan mengenai perbuatan cabul dirumuskan
dalam Pasal: 289, 290, 292, 293, 294, 295 dan 296 KUHP.
Pasal 289, mengenai perbuatan yang menyerang kehormatan
kesusilaan;
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang
menyerang kehormatan, kesusilaan, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.”

8
Pasal 290, mengenai kejahatan perbuatan cabul pada orang
pingsan atau tidak berdaya, umurnya belum 15 tahun dan
lain-lain;
Dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh
tahun,
(2)Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang
padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya,
bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya
untuk dikawin;
(3)Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya
atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima
belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.” 9
Pasal 292, mengenai perbuatan cabul sesama
kelamin (homo seksual);
“Orang dewasa yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.”

10
Pasal 293, mengenai menggerakkan orang belum dewasa untuk melakukan atau
dilakukan perbuatan cabul;
(1).Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan
penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal
tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(2). Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya
dilakukan kejahatan itu.
(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-
masing sembilan bulan dan dua belas bulan.
11
Pasal 294, mengenai perbuatan cabul dengan anaknya,
anak tirinya, anak di bawah pengawasannya yang belum
dewasa, dan lain-lain;
(1)Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan
anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah
pengawasannya yang belum dewasa yang
pemeliharaannya, pendidikan, penjagaannya diserahkan
kepadanya ataupun dengan pembantunya atau
bawahannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun

12
Pasal 295, mengenai memudahkan perbuatan cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak
angkatnya yang belum dewasa, dan lain-lain;
(1) Diancam
1. Dengan pidana penjara paling lama 5 tahun barang siapa yang dalam hal anaknya,
anak tirinya, anak angkatnya atau di bawah pengawasannya, atau orang yang belum
dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya,
ataupun oleh pembantunya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan
sengaja menyebabkan dan mempermudah dilakukan perbuatan cabul dengannya.
2. Dengan pidana penjara paling lama 4 tahun barangsiapa yang dalam hal
dilakukannya perbuatan cabul oleh orang selain yang disebutkan dalam butir 1
tersebut di atas yang diketahui yang sepatutnya harus diduganya belum dewasa
dengan orang lain, dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya
perbuatan cabul tersebut.
(2.) Jika yang bersalah melakukan kejahatan itu sebagai pencaharian atau kebiasaan,
maka pidana dapat di tambah sepertiga
13
ANAMNESIS

 Wawancara teraupetik
 Wawancara investigasi
 Wawancara medis
 Wawancara medico-legal

14
Pemeriksaan Fisik
 Umum :
- Rambut, wajah, emosi secara keseluruhan
- Tanda-tanda kekerasan diperiksa di seluruh tubuh korban
-Alat bukti yang menempel ditubuh korban yang diduga milik
korban
-Memeriksa perkembangan seks sekunder untuk menentukan
umur korban
-Pemeriksaan antropometri seperti tinggi badan dan berat badan
 Khusus :
- Genitalia
15
- Anal
10/31/2018
Pemeriksaan Fisik Forensik

 Sampel apusan vagina


 Sampel rambut kemaluan
 Sampel cairan sperma
 Sampel lainnya

17
10/31/2018
10/31/2018
Status ginekologi

 Jika ada rambut pubis yang menggumpal, gunting dan masukkan


dalam amplop
 cabut 3-10 lembar rambut dan masukkan dalam amplop lain

 Periksa selaput dara, besarnya orifisium


 Swab daerah vestibulum, buat sediaan hapus

10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
10/31/2018
Kesimpulan

Perkosaan adalah tindakan kekerasan seksual yang merupakan kejahatan terhadap hak asasi
manusia yang memberikan dampak fisik dan psikologis yang berat bagi korban dan keluarga.
Pembuktian kasus perkosaan sangat sulit dilakukan meskipun bukti-bukti telah dikumpulkan.
Pasal 285 menuntut adanya tanda-tanda persetubuhan untuk menentukan apakah terjadi
pemerkosaan. Dalam upaya pembuktian hukum bahwa telah terjadi tindak pidana perkosaan,
maka dalam hal ini Ilmu Kedokteran Forensik sangat berperan dalam melakukan pemeriksaan
dan untuk memperoleh bukti dan penjelasan atas peristiwa yang terjadi secara medis.
Pemeriksaan forensik yang dilakukan diantaranya anamnesis korban kekerasan, pemeriksaan
fisik yang terdiri dari pemeriksan umum dan khusus dan dialnjutkan dengan pemeriksaan
sampel forensik. Pembuktiaan kasus perkosaan saat ini menggunakan DNA, dengan sampel
pemeriksaan dapat diambil dari berbagai sumber seperti, air liur, spermatozoa, darah, kulit
ataupun keringat.

31
32

Anda mungkin juga menyukai